6. Pusat Perhatian

28.7K 5K 333
                                    

"Itu memang aku." Kata Putra Mahkota menunjuk dirinya sendiri ketika Amore mengingat laki-laki misterius bertudung yang melarangnya menyentuh pedang di toko senjata sebulan yang lalu. Dia adalah Putra Mahkota Kerajaan Myron, Walden Giordo.

Alis Amore berkedut, dia langsung menunduk sopan dan memberi salam. "Maafkan kelancanganku yang tidak mengenalimu Putra Mahkota."

"Angkat kepalamu. Aku baik-baik saja." Katanya cepat namun tenang.

Ketika Amore kembali mengangkat kepalanya dia bisa melihat senyum cerah Walden. Aura bangsawannya benar-benar tak terbantahkan, dia begitu bersinar, tampan tanpa cacat.

Sangat berbeda dengan Duke Gavel yang dia temui waktu itu. Aura Duke itu sangat berkebalikan dengan Pangeran Walden yang cerah dan hangat.

Sementara Duke Gavel mengeluarkan aura dingin dan gelap sehingga tidak mudah mendekatinya. Dia seperti vampir! Amore pikir dia benar-benar makhluk mitos penghisap darah yang dia baca di novel-novel itu. Wajahnya putih pucat, auranya dingin, dan lagi matanya merah.

Yang jelas, kedua orang itu sangat berkebalikan.

"Kita bertemu lagi. Kau belum mengatakan namamu Nona." Walden terseyum lembut.

Amore menatapnya datar, "Aku yakin Pangeran sudah mengetahui namaku. Meski begitu, aku akan memperkenalkan diriku sekarang. Aku Amore Bourche."

"Aku sering mendengar tentangmu." Komentarnya meneliti Amore.

"Suatu kehormatan untuk seorang sampah sepertiku diingat oleh Pangeran." Amore menjawab dengan percaya diri, sengaja menekankan kata 'sampah', berharap setelah ini Walden akan menjauhinya karena reputasi buruknya.

Amore tak suka menjadi pusat perhatian, dan saat ini Putra Mahkota mendekati dan sedang bicara padanya. Yang tentu saja membuat dirinya diperhatikan banyak orang. Amore melirik ke sekitarnya, mulai membuat rencana di kepalanya untuk keluar dari situasi saat ini.

Amore berharap bisa melihat Kenneth di suatu tempat, agar dia memiliki alasan untuk menghindari Walden. Tapi keinginannya itu tak terwujud. Yang ada dia malah sial dan bersitatap dengan Tesar saat itu.

Tesar benar-benar menatapnya penuh kebencian, mungkin karena Amore telah mempermalukannya di depan umum tempo hari.

Lalu ada juga tatapan permusuhan gadis-gadis bangsawan lainnya yang penuh keirian karena Amore berhasil mencuri perhatian Putra Mahkota dan bahkan berbicara dengannya.

"Sepertinya aku tak bisa menghindarinya." Gumam Amore lelah.

"Hm? Ada apa?" Walden mengangkat sebelah alisnya dengan bingung saat mendengar gumaman Amore.

"Ah... tidak ada, Yang Mulia." Amore tersenyum kecil lalu tak sengaja melihat kembali ke arah Tesar. Tidak, ada Kenneth juga disana.

Kenneth terlihat marah sambil memelotoi Tesar. Mereka sepertinya tengah beradu argumen di tengah-tengah banyak orang. Sepertinya Kenneth membuat perhitungan pada Tesar karena kejadian beberapa hari yang lalu. Pasti Maria telah menceritakan kejadian itu pada adiknya.

Tidak. Amore tahu Kenneth tak akan menahan diri jika itu tentang Tesar yang menganggunya. Dia bahkan tak akan segan-segan untuk mengeluarkan pedangnya untuk Amore.

Gawat. Itulah yang ada dipikiran Amore saat itu.

"Maaf Yang Mulia. Aku harus pergi." Kata Amore cepat lalu langsung berlari ke arah Kenneth.

Kenapa malah jadi seperti ini? Padahal Amore sengaja meninggalkan Kenneth agar adiknya itu memiliki kesempatan untuk bertemu dengan sang heroin.

Amore sekilas melihat pelayan yang membawa beberapa gelas anggur di nampan. Tanpa berpikir lagi dia mengambil satu dan begitu sampai didekat Kenneth dan Tesar dia menyiramkannya tepat ke wajah Tesar.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang