Ketika pagi hari tiba, Priest langsung menyembuhkan luka-luka Amore. Meski itu tak sepenuhnya sembuh setidaknya Amore bisa bergerak dengan baik, dan rasa sakit di punggungnya juga membaik berkatnya.
Amore dan Gavel sarapan di penginapan barulah setelah itu pergi dengan kereta kuda milik keluarga Heinz yang sudah menunggu mereka di depan penginapan.
Amore dan Gavel duduk berdampingan di dalam kereta. Keduanya terdiam, terlalu canggung untuk berbicara setelah mereka tidur sambil berpelukan semalaman.
Tapi kemudian Amore tak bisa menutupi rasa penasarannya, jadi dia mulai membuka suara, "Duke."
Gavel menoleh dan menatapnya, "Hm?"
"Bagaimana caranya kau menemukan lokasiku kemarin? Aku penasaran dengan itu."
Sebelum menjawab Gavel menatapnya agak lama, "Itu berkat artefak terkutuk ditubuhku."
Amore menatapnya dengan pandangan bertanya, ingin tahu seperti apa artefak yang ada ditubuh Gavel.
Seakan mengerti apa yang diinginkan Amore, tiba-tiba Gavel mengangkat bajunya hingga ke dada, yang langsung mengekspos tubuh kekarnya yang menawan. Amore membeku saat itu, dia tanpa sengaja terpaku melihat otot perut Gavel yang berbentuk kotak-kotak.
"Apa yang kau lihat?" Goda Gavel dengan nada jahil.
Blush!
Wajah Amore memerah karena malu saat tanpa sadar dia menatap tubuh Gavel sambil ternganga.
"Jangan lihat yang lain, aku menunjukkanmu yang ini." Gavel menunjukkan tato berbentuk kompas di dada kanannya seraya terkekeh geli saat melihat wajah Amore yang memerah dan terlihat salah tingkah.
Amore menatap tato itu sekilas lalu membuang wajahnya, menatap ke arah lain dengan salah tingkah.
Itu sangat berbahaya! Sial! Tenanglah jantung sialan! Rutuk Amore dalam hati.
"Ja-jadi apa kekuatan benda itu?" Amore berusaha mengalihkan pembicaraan sambil melirik Gavel yang kini sudah kembali merapihkan bajunya.
"Seperti bentuknya, fungsinya juga sama. Itu bisa memberikan petunjuk arah untuk apa yang kucari. Apalagi kalau itu sama-sama benda terkutuk, itu lebih mudah untuk dideteksi. Karena itu, aku berhasil menemukanmu." Jelasnya sambil menatap Amore.
"Hanya itu?"
"Tentu saja tidak." Gavel mulai mendekatkan wajahnya pada Amore lalu berbisik pelan, "Benda ini juga memberiku kekuatan, karena itu aku bisa melakukan 'itu' sepuluh tahun yang lalu."
Saat itu Amore merasa merinding diseluruh tubuhnya, dia mengerti apa yang dimaksud oleh Gavel. Hal yang dia lakukan sepuluh tahun yang lalu. Yaitu membantai satu keluarga besar bangsawan untuk membalas dendam atas kematian keluarganya.
Amore beralih menatap Gavel, dia menatap laki-laki itu lama sambil memikirkan bagaimana Gavel bisa melewati semua itu. Dia pasti sangat kesulitan menghadapi semuanya dan kehilangan keluarganya. Dia masih berada di usia tiga belas tahun saat kehilangan semuanya. Dia bahkan lebih muda daripada saat Kim Sarang ditinggalkan kedua orangtuanya.
Masa lalu Gavel mengingatkannya akan rasa sakit yang dia alami di kehidupan sebelumnya. Bukankah nasib keduanya hampir sama tragisnya? Perbedaannya hanya satu. Orangtua Gavel mencintainya, sedangkan orangtua Sarang tidak. Memikirkan hal itu Amore tersenyum pahit dan menghindari kontak mata dengan Gavel.
Tanpa sadar matanya memanas, dia hampir saja meneteskan air matanya saat itu.
Melihat tatapan itu Gavel menjadi salah sangka, "Apa kau baru saja mengasihaniku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trash Lady
Фэнтези🌸2. Reincarnation Series #3 in Romance (2/07/2021) #4 in Fantasi (4/07/2021) Warning! 15+ Dulu aku gadis lemah penyakitan yang akhirnya mati tanpa seorangpun disisiku. Seumur hidupku aku hanya berbaring di kasur rumah sakit dan tak bisa melakukan...