19. Engagement

20.2K 3.9K 61
                                    

Amore mendengus pelan ketika adik bungsunya, Alea terus bergumam takjub saat memperhatikan sekeliling kamar yang saat ini ditempati Amore sementara saat di kediaman Duke Heinz.

"Sungguh mewah, kukira kastil kita yang termewah di kerajaan. Namun kastil Grand Duke lebih luas dan mewah dari perkiraanku." Ucap Alea takjub ketika memeriksa ornamen dan benda-benda di kamar itu yang hampir semuanya terbuat dari emas.

"Aku yakin setidaknya kekayaan Duke hampir sama dengan total kekayaan ayah!" Katanya lagi seraya beralih menatap Amore yang hanya diam dan menatapnya dengan cuek. "Kenapa kau diam saja, kak?"

Amore mengangkat kedua bahunya dengan cuek, dan dalam hati memikirkan design mewah gedung dan bangunan di kehidupan sebelumnya yang jauh lebih modern dari semua ini. Karena itu dia tak bisa takjub oleh hal-hal kecil seperti ini.

"Tapi, aku masih tak menyangka kalau Grand Duke yang kita takuti selama ini, malah bertekuk lutut dihadapan kakak. Apa yang kau lakukan hingga dia jadi begitu?" Alea menatap Amore yang sudah memakai gaun putih tanpa lengan dengan design dan potongan elegan yang sangat pas di lekuk tubuhnya. Gaun yang dipesan secara khusus oleh Gavel sendiri untuk Amore pakai saat bertunangan.

Amore tersenyum miring dengan santai, "Kau masih bertanya? Tentu saja karena aku cantik. Tak ada yang lebih cantik dariku di kerajaan ini."

Alea menatapnya tak percaya, namun dia sudah tak kaget lagi dengan reaksi Amore yang sudah bisa dia tebak itu. "Lagi-lagi yang bisa kau banggakan hanya wajahmu."

"Tidak. Aku lebih kuat dari Kenneth sekarang. Kau lupa? Bilang saja kau iri karena tak secantik aku. Yang bisa kau banggakan hanyalah sihirmu." Amore balik mencibir adik bungsunya yang masih berumur dua belas tahun itu. Walau umur mereka berdua terpaut enam tahun, Amore sama sekali tak menganggap Alea anak kecil. Alea sangat berbeda dengan anak seumurannya karena dia salah satu jenius sihir termuda di Myron. Apalagi dia berasal dari keluarga Bourche yang tentu pendidikannya sangat terjamin dibanding keluarga lainnya.

Alea merengut tak suka, dan ingin membalas perkataan Amore ketika Kenneth tiba-tiba masuk menginterupsi. Dia datang diwaktu yang sangat tepat untuk menghentikan pertengkaran kedua saudari itu. Kenneth memang selalu jadi penengah jika kedua saudarinya bertengkar. Tak akan ada yang tahu bagaimana jadinya jika seandainya tak ada Kenneth di keluarga itu.

"Sudah siap? Apa kakak gugup?" Kenneth tersenyum kecil menghampiri kedua saudaranya.

Amore melirik Alea dan tersenyum lebar, "Berkat Alea aku jadi tak terlalu gugup."

Sementara itu Alea masih cemberut dan kesal karena perdebatannya barusan dengan Amore.

"Ayo keluar. Semuanya sudah menunggu." Kenneth memberikan tangannya, dan kemudian Amore menyambut uluran tangannya.

Sebelum masuk ke dalam pintu aula kastil Heinz Amore menghela napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa gugupnya, dan kemudian melangkah dengan mantap didampingi oleh Kenneth.

Saat pintu terbuka yang pertama kali Amore lihat adalah kerumunan orang yang kini menatapnya dengan wajah ternganga, takjub akan kecantikan alaminya. Maria hanya menatanya dengan riasan minim agar menonjolkan kecantikan asli Amore. Rambutnya ditata dan tergulung cantik ke belakang menyerupai bunga, Maria sengaja menatanya demikian agar bisa mengekspos leher jenjang putih mulus Amore pada semua orang. Maria ingin Nonanya menjadi pusat perhatian dan menerima semua pujian di malam spesial ini.

Amore dengan ragu melihat sekeliling, terhenti pada Gavel yang kini menatapnya dengan wajah terkejut. Dia sudah menunggu Amore dengan tak sabar, dia ingin melihat Amore dengan gaun yang dia pilihkan untuknya. Namun seperti yang diduga, kecantikan Amore tak ada bandingannya di negeri ini. Gavel tanpa sadar terpana saat Amore berjalan menuju ke arahnya.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang