26. Rencana

17.1K 3.5K 189
                                        

Malam itu, Ren berhasil membawa mayat pelaku yang menembakkan panah ke Amore. Untunglah Rouge melindunginya, kalau sampai sedikit saja anak panah itu menggoresnya, dia akan mati. Panah itu dilumuri racun mematikan yang akan membunuh seekor beruang hanya dalam lima menit, apalagi jika manusia yang terkena. Itu mungkin akan menjadi kematian instan untuk Amore.

Karena hal mengejutkan ini, Marquis menjadi panik dan murka. Dia langsung menambah dan membuat para ksatria menjaga kediamannya lebih ketat, terutama di sekitar kamar Amore. Bahkan di bagian luar kamarnya yang mengarah ke tamanmun dijaga ketat agar tak seekor semutpun lolos.

"Kau membunuhnya?" Amore terkejut saat melihat Ren membawa mayat seorang pria berbalut baju serba hitam dan menutupi sebagian wajahnya dengan kain.

"Tidak Lady, saat aku berusaha menangkapnya. Dia telah lebih dulu bunuh diri menggigit lidahnya." Ren melemparkan tubuh itu bagaikan sampah tepat dihadapan Amore. Jangankan meninggalkan jejak, dia bahkan rela bunuh diri sehingga tak bisa diinterogasi.

"Siapa bajingan yang berani melakukan ini?" Marquis menggeram marah, namun Amore memiliki pikiran untuk menebak siapa dalangnya.

"Itu mungkin Marquis Carden." Sahut Ken dengan dingin, dia juga sangat marah. Hampir saja nyawa saudara perempuannya hilang karena bajingan itu.

Amore melirik Ken, dia juga memiliki pikiran yang sama dengannya, yaitu Marquis Carden. "Namun bagaimana mereka bisa melakukannya? Bukankah Gavel sudah menekan mereka, terutama dalam hal keuangan dan tindakan."

Kenneth mendengus pelan, "Kau tidak tahu Marquis Carden kak. Bahkan jika harus menjual jiwanya, dia akan tetap mencapai keinginannya. Dia orang yang seperti itu."

Amore mengerutkan kening dengan jijik. Dia jadi teringat Putra Mahkota Walden, dan merasa iba karena didalam faksinya memiliki orang-orang seperti mereka.

"Sebaiknya kakak istirahat, aku sudah memasang sihir perlindungan tingkat tinggi disekitar kamarmu." Tiba-tiba Alea muncul.

Amore tersenyum kecil seraya mengacak-acak rambutnya dengan gemas. Terkadang Amore tersentuh dengan perlakuannya yang begitu perhatian padanya, meski terkadang mereka bertengkar kecil dan beradu mulut.

"Ah, hentikan. Kau merusak rambutku." Alea cemberut seraya berdecih kesal. "Lihatlah dirimu! Kau begitu lemah. Kau bisa saja mati karena panah beracun itu."

Marquis dan Kenneth langsung memelototi Alea saat dia membahas kematian, namun Amore hanya mengangkat bahu dengan cuek seperti biasa. Yang dikatakan Alea benar, dia memang lemah. Namun, dia bisa apa? Dia sudah mencapai batasnya dalam ilmu pedang, dan tak mungkin dia bisa mengimbangi kemampuan Gavel yang memiliki segalanya dibanding dirinya. Walau dia lebih mahir dari Kenneth, tapi dia bisa melakukan sihir untuk menutupi kekurangannya.

"Aku punya Rogue, dia melindungiku." Amore mengelus tato pedang ditangan kirinya, sesat kemudian itu menjelma menjadi bentuk pedang ditangannya.

Melihat aura hitam tak menyenangkan keluar dari pedang itu, kedua alis Ren berkerut. Dia teringat dengan artefak terkutuk yang juga tertanam ditubuh Gavel. Sementara Marquis dan Kenneth memandang cemas ke arah Amore, sang pemilik benda terkutuk itu.

"Ah benar. Kau punya si bajingan merah itu." Alea mencibir.

Seperti mengerti makian Alea, Rogue bergetar ditangan Amore seakan marah. 'Aku bukan bajingan!'

"Eh?" Amore terbelalak.

Melihat keterkejutan Amore Alea mendekat, "Ada apa?"

"Aku mendengar suara."

"Suara apa? Aku tak mendengar apapun."

Amore menunjuk ke arah Rogue, "Dia berbicara."

Alea mengernyitkan dahinya, "Apa yang dia katakan?"

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang