36. Tamu

13.8K 1.9K 216
                                    

Amore membuka matanya dan mendapati Gavel tengah memandanginya, namun Amore malah merapatkan tubuhnya dan memeluk Gavel erat.

"Bagaimana tubuhmu? Apa masih sakit?" Gavel berbisik pelan seraya membalas pelukannya.

"Tidak. Aku baik-baik saja." Amore tersenyum seraya memejamkan matanya, dia masih merasa mengantuk tetapi dia harus bangun. Amore merasa tubuhnya sangat kaku karena terlalu lama tidur.

"Aku lapar." Keluh Amore lagi.

"Haruskah aku meminta pelayan untuk membawakanmu makanan kemari?"

"Tidak perlu. Ayo makan diruang makan. Aku ingin melihat Pangeran Genta itu lagi."

Mendengar itu, Gavel langsung mengernyit tak suka. Amore yang menyadari isi pikiran Gavel langsung terkikik geli, "Bukan seperti itu. Aku penasaran karena dia sepertinya menyukai Alea. Bukankah itu lucu?"

"Apanya yang lucu?"

Amore cemberut mendengar jawabannya, "Kau tahu sendiri, Alea, bocah itu tak pernah sekalipun berlaku seperti wanita. Dia terlalu tomboy dan ganas sebagai wanita."

"Jika tentang itu. Alea masih lebih baik daripada dirimu."

Amore memandangnya kesal, "Jadi maksudmu apa?"

"Ehem, m-maksudku... Yah, kau tahu sendiri nama panggilanmu diluar sana."

Setelah dipikir-pikir Gavel ada benarnya, tapi dia tetap saja merasa agak tak enak ketika tunangannya sendiri menganggapnya wanita ganas.

"Yah, aku juga tahu apa nama panggilanmu diluar sana!" Balas Amore sarkas seraya mendorong tubuh Gavel hingga pelukan mereka terlepas.

"Kau marah?"

"Tidak!"

Meski Amore bilang tidak, Gavel tahu kalau gadis itu memang marah. Hal seperti ini sering terjadi, mereka sering berdebat tentang hal yang gak penting sekalipun yang berujung membuat Amore marah padanya, jadi Gavel hanya memakluminya dan hanya tersenyum kecil. Meski Amore cemberut dia tetap terlihat cantik. Jadi Gavel tak keberatan. Namun, untuk membuat gadis itu tak marah lagi padanya sangat sulit. Pernah satu kali Amore mendiamkannya selama beberapa hari hanya karena Gavel salah menyebut nama makanan favoritnya.

Tiap kali mereka bertengkar, Gavel lah yang lebih sering meminta maaf duluan dan membujuk gadis itu agar tak marah lagi.

Saat itu seseorang mengetuk pintu dan suara Maria terdengar. "Apa kau sudah bangun, Lady?"

"Masuklah. Aku sudah bangun." Balas Amore cepat dan kemudian menatap Gavel cemberut, "Keluar, aku akan mandi dan berganti baju."

Tanpa kata-kata Gavel keluar dari kamarnya, dia kembali ke kamar tamu yang biasa dia tinggali selama berada di kediaman Marquis untuk berganti baju.

Satu jam kemudian semua orang telah berkumpul dimeja makan untuk makan siang. Karena para tamu datang saat dini hari tadi, mereka masing-masing sarapan dikamar mereka. Sedangkan Gavel tak sarapan karena dia tak tega untuk makan sedangkan Amore masih terlelap karena kelelahan.

"Apa tubuhmu baik-baik saja?" Marchioness masih saja terlihat khawatir meski Amore sudah disembuhkan.

Amore mengangguk pelan, "Aku benar-benar sehat. Jangan khawatir."

"Satu-satunya yang bermasalah itu kepalanya, bu. Jangan cemas." Alea berkata dengan santai yang langsung mendapat lemparan garpu dari Amore. Namun tentu saja itu sia-sia karena garpu itu berhenti melayanh tepat dihadapan Alea berkat sihirnya.

"Mulutmu masih sama busuknya." Amore mencebik kesal sementara Sona, Genta dan Dexter tercengang melihat tingkah laku kasar keduanya.

"Ah, tapi itu cukup mengharukan saat melihat kau menangis tadi malam." Amore menyeringai sengaja mengejek Alea.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang