25. Ancaman

16.2K 3.4K 114
                                        

Amore mengerutkan dahinya dengan kesal, sudah dua kali dia mengirimkan surat untuk Gavel namun laki-laki itu tak pernah membalasnya. Sudah hampir sebulan dia tinggal di kastil Bourche, namun belum ada tanda-tanda Gavel akan kembali.

"Berani-beraninya dia menghindariku?" Amore tertawa frustasi, namun sesaat kemudiam dia kembali menulis surat untuk yang ke tiga kalinya dalam seminggu ini. Tidak. Itu lebih tepat jika disebut ancaman daripada surat.

Dear Gavel, tunanganku tersayang. Apa kau sudah puas menghindariku? Aku yakin kalau kita harus bertemu langsung untuk berbicara. Sudah cukup main kejar-kejarannya. Kuberi waktu satu minggu terhitung dari surat ini sampai ke tanganmu. Kalau tidak, aku mungkin harus membatalkan pertunangan kita dan langsung menikahi Henry? Atau mungkin aku harus pergi ke Putra Mahkota saja? Kurasa menjadi Putri Mahkota tak terlalu buruk.

Salam hangat, Amore.

Amore tersenyum jahat seraya mendengus puas. Dia melipat surat itu dengan rapi lalu memasukkannya ke dalam amplop hitam, seakan-akan mengirimkan surat teror, lalu mencapnya dengan lambang Bourche.

"Kirimkan ini ke Gavel, Ren." Amore menaruh amplop itu di tangan Ren, memintanya untuk mengirimkan surat itu secepatnya dengan senyuman licik.

"Kalau kau tersenyum seperti itu, aku akan menyangka kau mengirimkan surat ancaman pada Duke." Komentar Kenneth menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah laku Amore yang selalu aneh.

Amore terkejut dan menutup mulutnya yang terbuka, "Bagaimana kau tahu kalau itu surat ancaman?"

Kenneth memandangnya lelah mendapat reaksi seperti itu. Yah, dia tak perlu heran lagi karena dia bahkan pernah melihat tingkah Amore yang lebih tak masuk akal dari ini. Mengirimkan berlembar-lembar surat berisi makian dan kata-kata kasar pada Tesar misalnya. Dia bahkan meminta bantuan banyak pelayan untuk menuliskan semua kata-kata kasar, hinaan, dan makian lalu mengirimkannya ke Tesar.

Tak hanya itu, bahkan dia juga mengirimkan surat ancaman mengatasnamakan Gavel untuk Victoria Carden yang telah menculiknya waktu itu. Tak hanya itu, Amore juga mengiriminya teror seperti kantung berisi kepala ayam penuh darah atau hal menjijikan lainnya ke Victoria, hingga rumor buruk serta julukan baru diberikan pada Amore. Duchess psikopat gila, Putri psikopat sampah gila, dan lainnya.

Seperti biasa, Amore tak terpengaruh dan malah bangga dengan julukan barunya yang bertambah dan menjadi rekor di kerajaan Myron, yaitu orang dengan julukan terbanyak dan reputasi terburuk sepanjang masa.

***

Amore menatap Sona tanpa berkedip. Gadis kecil yang seumuran dengan Alea, adik bungsunya itu kini tengah berpamitan untuk pergi setelah sekitar dua minggu tinggal bersama mereka. Amore masih takjub tiap kali melihatnya. Sona sangat cantik, hingga bahkan Amore meragukan apa Sona itu boneka dan bukannya manusia. Bagaimana mungkin dia bisa secantik dan seimut itu, rasanya Amore ingin memiliki adik sepertinya dibandingkan Alea.

Tatapan Amore teralih ketika Sona membelikan lukisan potret keluarga Bourche. Kini Amore kembali takjub dengan lukisan itu. Bagaimana mungkin anak-anak didunia ini bisa sehebat itu?
Alea sudah menjadi penyihir resmi, Kenneth juga sudah menguasai ilmu pedangnya bahkan saat dia masih berada di usia Alea saat ini, dan sekarang Sona. Dia bisa sihir dan melukis. Sementara dirinya? Tentu saja tak akan ada yang bisa mengalahkannya dalam hal reputasi buruk. Setidaknya dia bangga dengan kemampuan berpedangnya yang kian hari makin membaik, meskipun dia mempelajarinya di usia yang terlambat.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang