4. Cursed Sword

32.2K 5.2K 204
                                        

"Sir Henry." Panggil Amore.

"Dimana toko senjata yang bagus?"

Henry melirik nonanya dengan heran dan berpikir untuk apa dia menanyakan itu. "Tidak jauh dari sini nona. Hanya butuh waktu lima menit menggunakan kereta."

Amore mengangguk puas, "Ayo ke sana."

Dengan bimbingan Henry dan Maria, akhirnya mereka sampai di sebuah toko senjata mewah ditengah kota. Lagi-lagi Amore merasa lelah karena sikap pegawai toko tersebut terlihat persis sama seperti pegawai toko perhiasan sebelumnya. Mereka takut pada si sampah yang selalu membuat masalah kemana pun dia pergi.

Akhirnya malah manajer toko sendiri yang melayani Amore saat itu. "Senjata macam apa yang anda cari Putri?"

"Pedang." Jawabnya yakin.

Manajer tersebut terlihat ragu lalu melirik ke arah Henry, pengawalnya.

"Nona ingin belajar berpedang?" Bisik Henry lembut.

"Mm." Amore mengangguk cepat, "Memanah juga. Ah benar, pilihkan pedang dan busur untukku."

Henry tak menentang dan hanya mengikuti keinginan nonanya. Dia bahkan ingin mengajarkan nonanya itu jika dia menginginkannya.

Dengan cekatan Henry berkeliling toko dengan manajer untuk memilihkan beberapa senjata untuk Amore. Sementara Amore sendiri hanya berkeliling melihat-lihat ke sudut-sudut toko ditemani Maria.

Tiba-tiba saja Amore tertarik dengan sebuah pedang bergagang perak dengan sarung pedang berwarna perak juga yang berada di ujung ruangan yang terlindungi oleh kaca.

"Wow, bukankah itu terlihat mengesankan?" Amore berbicara pada Maria.

Maria mengernyitkan dahinya, "No-nona. Itu terlihat menyeramkan."

Amore menatap pedang itu lama, dan tanpa diduga-duga pedang itu bergetar dengan sendirinya. Seakan-akam dia senang Amore menginginkannya.

"Apakah itu pedang sihir?" Gumam Amore kemudian menekan tombol disisi kanan kaca sehingga kaca yang mengelilinginya hilang.

"No-nona! Sebaiknya kita panggil manejer dulu." Maria berusaha menahan tangan Nonanya yang ingin mengulurkan tangan menyentuh pedang tersebut.

Amore menimbang-nimbang sesaat, "Haruskah?"

"Aku akan memanggilnya nona!" Maria melesat pergi dengan cepat sambil memperingatkan nonanya untuk tidak menyentuh pedang itu.

Amore semakin penasaran, dia ingin sekali menyentuh pedang itu dan sekali lagi mengulurkan tangannya ke arah pedang. Hampir saja dia menyentuh pedang tersebut jika seseorang tak menangkap pergelangan tangannya saat itu.

"Kau bisa terluka, Nona." Suara bass terdengar di atas kepalanya.

Amore berbalik dan menengadah ke atas kepalanya dan mendapati pemuda tinggi berambut pirang tengah menatapnya dengan mata birunya yang sedalam laut.

Dengan cepat Amore menarik tangannya kembali dan menatap pemuda itu.

"Itu pedang terkutuk." Kata pemuda tadi.

Amore hanya diam dan kembali menatap pedang itu, dia semakin ingin menyentuhnya setelah mengetahui kalau itu benda terkutuk. Baginya pedang itu sangat cantik dan menawan.

"Pedang itu sudah menolak lebih dari seratus orang, dan siapapun yang ditolaknya akan terluka, bahkan ada yang mati."

Benarkah? Tapi Amore rasa pedang itu tak akan menyakitinya. Saat itu Amore tiba-tiba mengulurkan tangannya dengan cepat ke arah gagang pedang, bahkan pria pirang tadi tak sempat untuk mencegahnya dan kehilangan kata-kata.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang