10. Persembahan

23.8K 4.4K 140
                                    

Saat semua peserta berangkat untuk ikut perburuan, para wanita muda yang menunggu diarahkan ke sebuah aula yang sudah dipersiapkan.

Amore dengan cuek duduk di antara para gadis lainnya. Banyak yang menatapnya jengkel dan membicarakannya terang-terangan di hadapannya. Bahkan ada yang mengejeknya dan menghinanya karena memiliki benda terkutuk ditubuhnya. Namun itu semua tak menganggu Amore. Dia hanya akan bertindak jika seseorang mengusiknya.

"Lady Amore, sepertinya kau memiliki kulit tebal sehingga bisa berada disini tanpa mengkhawatirkan apapun." Victoria Carden tiba-tiba sengaja duduk di hadapannya bersama sang adik, Gloria Carden.

Amore tersenyum sinis, "Tentu saja. Memangnya apa yang perlu kukhawatirkan?"

Victoria Carden menggertakkan giginya saat mendengar jawaban Amore yang tak terpancing kata-kata provokatifnya. "Sepertinya Grand Duke tertarik padamu. Kalian terlihat cocok."

"Benarkah? Padahal Putra Mahkota juga sepertinya tertarik padaku." Amore tersenyum licik, dia sengaja mengatakannya untuk memancing amarah Victoria yang menyukai Putra Mahkota.

"Kau! Jangan terlalu percaya diri, dasar tak tahu malu!" Hardik Gloria yang sudah tak tahan lagi.

"Apa? Kalian iri? Padahal kau juga sudah punya si cumi Tesar. Kau memungut sampah yang sudah kubuang. Betapa lucunya." Amore membuka kipas lipatnya seraya tertawa mengejek pada Gloria.

Suasana semakin tak mengenakkan, sehingga beberapa gadis memelototi Amore dengan tajam. Tak sedikit yang membencinya karena sikapnya yang seenaknya, namun tak ada yang bisa melakukan apapun karena status Amore yang lebih tinggi dari mereka. Tak hanya itu, semua orang sudah tahu sifat gila Amore yang tak akan segan-segan bertindak sesuka hatinya jika ada yang berani-berani mengganggunya.

"Betapa kasarnya! Seorang lady mengatakan hal-hal tak pantas seperti itu!" Victoria semakin geram.

"Memangnya kenapa? Kau iri karena Putra Mahkota yang sangat kau sukai itu menunjukkan perhatiannya padaku kan?" Balas Amore lagi. "Kalau kau ingin menghina dan menjatuhkanku, betulkan dulu wajahmu itu. Jika kau sedikit lebih cantik dariku maka mungkin aku akan sedikit terhina." Amore menatapnya dengan remeh.

Semua orang tercengang dengan balasan kasar Amore. Lagi-lagi dia tak segan-segan menghina fisik orang lain. Memang benar Amore adalah gadis tercantik di kerajaan ini, jadi tak ada yang bisa membantah kata-kata kejamnya yang juga adalah sebuah fakta.

"Lihat penampilan kalian berdua itu. Wajah kalian sangat berminyak seperti penggorengan, dan apa-apaan baju yang terlihat seperti keset itu? Apakah kalian masih pantas disebut wanita? Kalian lebih mirip itik buruk rupa." Kata-kata pedas kembali mengalir dari mulut Amore yang membuat gadis lainnya terkesiap, terkejut, dan turun prihatin pada Victoria dan Gloria.

"Coba kulihat," Amore mengedarkan pandangannya ke sekitar lalu tersenyum ketika menemukan Violett yang diam-diam menahan tawanya dengan menutupi sebagian mulutnya dengan tangan. "Ah, Lady yang disana."

Violett mengerjap bingung lalu melirik ke samping kanan dan kiri, mendapati semua mata kini memandang ke arahnya. "Apakah yang kau maksud itu aku, Lady?" Tanya Violett dengan sopan karena posisi keluarga Bourche berada jauh diatasnya.

"Ya, kemarilah. Siapa namamu?" Kata Amore tersenyum cerah, berpura-pura tak mengenalnya.

Violett meneguk ludahnya lalu berjalan ke arah Amore dengan ragu, kemudian memperkenalkan dirinya dengan canggung, "Namaku Violett Douran, aku putri Baron Douran."

"Baik, lady Violett kau sangat cantik!" Puji Amore tulus.

"Lihatlah ke arahnya, Lady Victoria. Jika kau setidaknya sudah secantik Lady Violett, maka akan ku izinkan kau untuk menghinaku. Sekarang kau mengerti kan, betapa besarnya jarak diantara kita." Amore terkekeh geli.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang