16. Adik Ipar

21.3K 3.9K 139
                                    

Beberapa hari lagi hari pertunangan Amore dan Gavel berlangsung, awalnya Gavel berencana menunda selama beberapa hari lagi karena kondisi Amore setelah insiden penculikan itu. Namun Amore menolak gagasan itu, jika dia menundanya lagi dia takut akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan untuk kedua kalinya.

Lalu, insiden itu membuat gempar kalangan bangsawan perihal Putri tertua Marquis Carden yang mencoba melakukan penculikan kepada putri tertua Marquis Bourche sekaligus tunangan Grand Duke Gavel Heinz.

Marquis Carden masih berusaha membela putrinya, Victoria dan terus meminta bantuan pada faksi Putra Mahkota, namun posisinya kini telah ditekan oleh Marquis Bourche dan Grand Duke yang memiliki kekuatan yang juga tidak bisa diremehkan. Apalagi keluarga kerajaan selama ini sangat berhati-hati agar tak menyinggung Grand Duke yang brutal dan kejam. Namun berkat kebodohan Victoria, kini situasi faksi Putra Mahkota menjadi dalam situasi yang buruk. Mereka ditekan oleh berbagai kekuatan, termasuk faksi Pangeran ketiga yang saat ini menjadi saingan mereka.

Berkat masalah ini, pemilihan calon Putri Mahkota telah ditunda dan akan diundur hingga situasi kembali normal.

Amore tahu situasinya akan jadi begini, dia merasa penderitaannya sepadan untuk membuat Victoria menderita seperti itu, apalagi ayahnya berhasil menekan Marquis Carden yang selama ini selalu berusaha menganggu bisnisnya dan menjadi saingannya.

Tapi, bagaimanapun Amore tak ingin merasakan penderitaan itu lagi. Itu adalah pengalaman terburuk dalam hidupnya. Belum pernah dia merasakan ketakutan dan keputus asaan seperti itu. Rasanya hampir mirip ketika dia tahu dia tak akan bisa hidup lebih lama dalam kehidupan sebelumnya, namun kali ini dia merasa lebih buruk karena beberapa alasan. Salah satunya karena dia kini memiliki keluarga sehingga Amore tak ingin mati lagi untuk kedua kalinya.

***

"Kakak, apa yang kau lakukan? Mengapa ke sini?" Kenneth menatap Amore cemberut ketika mendapati gadis itu telah bersiap dengan baju latihan yang biasa dipakainya tiap kali ingin berlatih pedang.

"Tentu saja latihan."

Kenneth memutar bola matanya dengan lelah, dan pada akhirnya membalas dengan nada jengkel, "Maksudku, kenapa kau ingin latihan padahal tubuhmu belum pulih?"

"Tidak. Aku sudah pulih. Lihat." Amore meloncat-loncat seraya mengangkat kedua tangannya, lalu berputat beberapa  kali ditempat, dan membuat gerakan-gerakan aneh dengan seluruh anggota tubuhnya. Rasanya Kenneth tengah melihat atraksi monyet di atas panggung.

Melihat Kenneth menertawakannya Amore langsung memukul punggung adiknya itu. "Ayo latih tanding denganku. Kali ini siap-siap saja kalah."

Kenneth mengernyitkan dahinya dengan wajah tak percaya, dia merasa tertantang dengan pernyataan kakak perempuannya, "Kau yakin? Jangan menangis atau mengumpatku jika kalah."

Amore tersenyum mengejek, "Apa? Bukannya kau yang takut kalah dan malu?"

Kenneth menggeleng lemah, lalu mengambil pedang kayu yang tergeletak di dekat kakinya dan melemparnya ke arah Amore, "Ayo, serang aku duluan."

Amore menangkap pedang yang dilempar Kenneth padanya lalu mengibas-ngibaskannya beberapa kali lalu berlari menyerang Kenneth, "Kau akan menyesal membiarkanku melakukannya duluan."

Tak. Tak. Tak.

Suara pedang kayu yang saling beradu membuat kegaduhan di area belakang kastil Bourche, beberapa pelayan yang lewat bahkan ikut menonton pertandingan itu.

Henry juga yang sedari awal menemani Kenneth latihan kini menyaksikan pertandingan balas dendam itu dengan wajah penasaran. Amore dengan agresif menyerang dan menekan Kenneth hingga dia mundur beberapa langkah ke belakang. Meski kekuatan Kenneth jauh lebih baik dari Amore, namun dia mengimbanginya dengan teknik dan kelincahan tubuh yang selama ini dia asah. Henry yakin kalau Amore akan berhasil menang kali ini, setelah ratusan kali kekalahannya atas Kenneth.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang