Gavel berdiri dan langsung mengeluarkan pedangnya ketika Alea, Sona, Dexter dan Genta mulai memasuki kamar. Selain Alea, ketiganya memakai jubah hitam yang menutupi ujung kepala hingga ujung kaki mereka, selain itu Gavel bisa merasakan aura tak menyenangkan dari salah satu orang tersebut.
"T-tenang Duke. Mereka berada dipihak kita yang akan membantu kakak." Alea cepat-cepat menenangkan Gavel yang sudah bersiap menyerang.
Saat itu ketiganya melepas tudung jubah mereka hingga wajah mereka terlihat dengan jelas. Gavel bertatapan dengan Dexter selama beberapa saat. Keduanya merasakan aura tak menyenangkan dari masing-masing satu sama lain, namun mereka tak mengatakan apa-apa.
Alea cepat-cepat mengenalkan mereka secara singkat, agar kecurigaan Gavel menghilang, "Ini Putri Sona, Pangeran Genta dan Duke Dexter dari Kekaisaran Alterion."
Diam-diam Gavel menurunkan kewaspadaannya dan kembali memasukkan pedangnya kedalam sarung pedang yang ada di pinggangnya lalu kembali berjalan ke posisinya semula di sebelah Amore. Gavel memegang tangan Amore yang tak sadarkan diri dengan posesifnya.
"Keadaannya memburuk." Ujar Gavel pada Alea.
"Biar aku melihatnya." Dexter melangkah mendekat dan menyentuh sedikit pergelangan tangan Amore menggunakan mananya. "Ini, dia memiliki sesuatu ditubuhnya?"
"Pedang terkutuk." Jawab Gavel menatap Dexter dengan hati-hati. Gavel sama sekali tak bisa mempercayai Dexter sepenuhnya, karena laki-laki itu terlalu mirip dengannya. Kekuatan dan aura tak menyenangkan miliknya mungkin setara dengan Gavel sehingga tanpa sadar dia tak bisa tak curiga.
"Hanya hilangkan Dark lotus dalam tubuhnya saja. Jangan sentuh pedang itu." Kata Alea cemas.
"Kenapa?" Dexter tak mengerti, "Pedang itu benda terkutuk. Itu bisa berbahaya untuknya."
"Tidak. Benda itu memilihnya. Itu selalu melindungi Amore. Satu-satunya alasan mengapa dia terluka adalah karena dia belum membangunkan mananya." Kali ini Gavel yang menjawab.
"Lagipula, jika kau menyentuh pedang itu, kau bisa terkena kutukan." Alea mencegah Dexter untuk melakukan hal-hal aneh lainnya, karena Alea tahu dari Sona kalau laki-laki itu selalu melakukan hal gila hanya demi memuaskan rasa penasarannya.
Namun, Dexter tak mendengarkan peringatan mereka. Dia berniat memeriksa benda itu karena dia mulai tertarik dengannya.
Saat itu, Sona maju dan berdiri disamping Dexter sambil tersenyum kecil, "Dexter, jangan berani-beraninya menyentuh benda terkutuk itu kalau kau tak ingin aku menggunakan holy magic untuk menyembuhkan kutukan yang mungkin akan membahayakanmu."
Dexter tersentak dan tanpa sadar menatap Sona dengan mata bergetar, "A-aku tidak akan melakukannya." Ujarnya gugup. Dia takut kalau Sona akan terluka lagi jika menggunakan Holy magicnya yang harus menghabiskan banyak mana yang akan memberatkan tubuh rapuhnya.
Dengan itu, Dexter mulai kembali berkonsentrasi menggunakan mana elemen apinya untuk membakar Dark Lotus dari tubuh Amore. Itu tak memerlukan waktu lama, hanya kira-kira setengah jam kemudian Dexter selesai dan Amore kembali mendapatkan kesadarannya kembali.
"Jangan bergerak." Gavel mencegah Amore untuk duduk, "Apa masih sakit?" Ujarnya lembut.
Amore menggeleng pelan lalu menatap Dexter terkejut, "Hey, Gavel. Apa kau punya saudara kembar?"
"Pffft. Hahaha." Sona tak bisa menahan tawanya ketika mendengar Amore yang baru saja bangun malah ternganga menatap Dexter. Tapi yang dikatakan Amore memang benar, Sona juga terkejut ketika melihat Gavel saat memasuki kamarnya tadi. Mereka sangat mirip.
"Sona!" Amore refleks menarik Sona dan memeluknya. Amore senang karena tubuh Sona lebih kecil dan imut untuk dipeluknya, "Kapan kau kemari, aku ingin menceritakan banyak hal padamu."
"Belum lama, aku terkejut melihatmu sakit." Sona melepaskan pelukan Amore dan duduk disebelahnya. "Aku dengar dari Alea kau selalu melakukan hal-hal berbahaya."
"Ah, i-itu... aku hanya..." Amore tergagap dan tak bisa menjawab. Bagaimanapun Amore menganggap Sona lebih tua darinya karena umur mentalnya melebihi dirinya jika mengingat kehidupan sebelumnya.
"Tapi, sepertinya apa yang kau katakan benar. Tunanganmu, maksudku Duke Gavel sangat mirip dengan Dexter. Mungkin yang membedakan hanya warna matanya saja." Bisik Sona melirik ke arah Gavel. Meski begitu Gavel masih bisa mendengar semuanya.
Saat itu pintu kamar Amore terbuka dan Marquis serta Marchioness berderap masuk dan memeluk Amore dengan paniknya. Bahkan Marchioness benar-benar menangis sesenggukan seraya mengomel pada putri tertuanya itu.
"Jangan membuatku khawatir seperti ini! Kau mau Ibumu ini mati muda?!" Marchioness memukul lengan Amore dengan gemas.
"Ah, sakit bu! Iya, iya aku minta maaf!" Amore mengerang kesakitan dan cemberut.
Dan juga Kenneth yang berusaha menahan tangisnya berdiri disebelah ayahnya membuat Amore meringis pelan.
Saat itu Amore mendelik kaget menatap Alea yang sedikit terisak dengan Genta yang menepuk-nepuk kepalanya untuk menenangkannya.
"Hey! Apa-apaan itu, kau sungguh menangis?! Dan siapa bocah laki-laki cantik itu?!" Amore ternganga menatap ke arah Alea dan Genta. Dia tak pernah sekalipun melihat Alea menangis karena itu, dirinya cukup terkejut.
"Kali ini kau sungguh keterlaluan kakak, aku kira kau akan benar-benar mati." Alea menghapus air matanya dengan kasar lalu mencebik kesal pada Amore. "Dan jaga bicaramu, Genta adalah Pangeran kedua Alterion."
"P-pangeran?" Amore terkejut dan melirik Sona meminta jawaban, "Kakakmu?"
Sona terkekeh dan mengangguk kecil. Genta pun hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan tak sopan Amore dan langsung memperkenalkan dirinya pada Amore serta kedua orangtuanya. Bagaimana pun mereka adalah keluarga Alea, gadis yang membuatnya tertarik. Jadi tak mungkin dia akan berlaku kasar atau dingin seperti yang biasa dia lakukan.
"Alea, tolong antarkan tamu kita ke kamar tamu agar mereka bisa beristirahat. Kita tak bisa membiarkan orang-orang yang telah menyelamatkan kakakmu pergi begitu saja." Marquiss akhirnya mengakhiri kericuhan yang terjadi dikamar Amore begitu saja. Lagipula ini masihlah dini hari, jadi mereka sebaiknya meneruskan obrolan mereka keesokan harinya.
***
"Apa yang terjadi dengan Ratu jalang itu?" Amore masih kesal dengan apa yang telah diperbuat Ratu kepadanya. Dia tanpa sadar memegang pipinya yang masih terasa bengkak akibat tamparan yang diberikan anjing bawahan Ratu yang menculiknya itu.
"Mereka semua tertangkap. Kau tidak perlu cemas." Gavel terus mengelus rambut Amore yang berada dipelukannya seraya menjawab.
"Hey, janji padaku. Kau harus menyiksa orang yang memukulku sampai dia memohon untuk dibunuh." Ujar Amore dengan mata berapi-api.
"Apa masih sakit?" Gavel menyentuh pipi Amore yang terlihat kemerahan.
Amore mengangguk, "Iya."
"Serahkan padaku. Aku akan membalasnya ratusan kali lipat dari apa yang mereka perbuat padamu." Gavel tersenyum jahat.
"Bagus! Kau memang pria idamanku! Aku mencintaimu!" Amore tersenyum lega dan menempelkan keningnya di dada bidang Gavel. "Ngomong-ngomong kau benar-benar bukan saudara kembar Duke Dexter?"
"Bukan."
"Apa mungkin kalian masih terikat darah?"
"Tidak."
"Kalau begitu..."
"Tidak. Berhentilah membicarakan pria lain. Aku tak suka. Dan tidur." Potong Gavel cepat sebelum Amore kembali menerka-nerka.
Amore berdeham canggung lalu memejamkan matanya untuk mencoba kembali tidur. Awalnya dia hanya akan berpura-pura tidur saja untuk memandangi wajah Gavel ketika laki-laki itu tidur, namun ternyata dia menjadi tertidur sungguhan.
***
1 April 2022
Males mau april fools jd aku update aja yah😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Trash Lady
Fantasy🌸2. Reincarnation Series #3 in Romance (2/07/2021) #4 in Fantasi (4/07/2021) Warning! 15+ Dulu aku gadis lemah penyakitan yang akhirnya mati tanpa seorangpun disisiku. Seumur hidupku aku hanya berbaring di kasur rumah sakit dan tak bisa melakukan...