24. Berdering 2

1.3K 257 19
                                    


 
*****

“Selesai.”

Sesil menaruh handuk kecil ke dalam baskom lalu kembali menatap Chiko yang sudah terlebih dahulu menatapnya. Dia menghela napas panjang, masih tidak percaya dengan hobi cowok itu yang suka berkelahi.

“Udah makan?” tanya Sesil.

“Belum,” tukas Chiko bohong.

Padahal sebelum melaksanakan tugas cowok itu sempat mampir ke warung nasi padang untuk mengisi perut. Setelah melaksanakan tugas pun juga sama, dia mampir ke kafe untuk membeli chiken.

Sesil berdiri membawa baskom, “Tadi aku, Anya, sama Bella buat sup ayam. Kak Chiko mau?”

Cowok itu mengangguk semangat. Mendapati respons dari tunangannya itu akhirnya Sesil melenggang pergi untuk menyiapkan makanan buatnya.

Manik mata Chiko menelusuri sepenjuru ruangan di sekitarnya. Ini adalah pertama kalinya dia menginjakkan kaki di Apartemen Sesil. Sangat rapi dan nyaman, membuat Chiko ingin pindah rumah di sana saja.

“Tapi tanganku sakit gara-gara berantem tadi. Gimana dong?” Chiko memulai drama saat Sesil kembali menghampirinya dengan membawa semangkok sup dan nasi.

Sesil hanya mengangguk tanpa bersuara. Gadis itu duduk di samping Chiko, mengaduk supnya sebentar sebelum mengarahkan sendok berisi nasi dan sup pada Chiko.

“Aaa!”

Dengan spontan Chiko langsung menerima suapan itu. Sesil terkekeh, ada-ada saja acara modus cowok itu. Beruntung dia dengan sigap menangkap maksud dari kata-katanya. Dia sendiri tidak suka terbelit-belit untuk menghindari maksud dari cowok itu.

Selagi dia bisa melakukannya maka dia akan lakukan.

Suapan demi suapan sudah masuk ke dalam mulut Chiko. Cowok itu memakan makanannya dengan lahap karena memang sup tersebut sangat enak dan membuatnya ketagihan.

“Habis. Mau nambah lagi?” tawar Sesil saat mangkoknya sudah kosong.

“Gak usah, udah kenyang.” Chiko mengusap perutnya sendiri.

Sesil mengangguk. Dia kembali melenggang pergi menaruh mangkok kotor di dapur. Sedangkan Chiko membuang napas kasar, sebenarnya dia masih ingin nambah lagi tapi untuk kali ini dia punya rasa tidak enak pada Sesil.

Hari sudah larut malam saatnya semua orang tidur, apalagi besok masih masuk sekolah. Tapi Chiko dengan tidak tahu malunya bertamu di Apartemen Sesil, meminta gadis itu mengobati lukanya sampai modus meminta disuapi saat makan.

Chiko tidak mungkin tega merepotkan gadis itu lagi.

Tak membiarkan sang tunangan menunggu lama kini Sesil sudah kembali lagi dengan membawa sebuah botol kecil. Dia duduk di samping Chiko tapi bedanya kali ini agak jauh.

“Kok jauh amat sih,” kata Chiko tersinggung.

Sesil tersenyum, “Sini Kak.” Dia menepuk pahanya.

Chiko cepat tanggap. Dia langsung merebahkan diri di atas sofa berbantalkan paha Sesil. Bodo amat dengan perasaan tidak enaknya tadi, selagi ada kesempatan kenapa tidak dimanfaatkan.

Cowok itu tersentak saat Sesil mengambil sebelah tangannya. Dia mendongak menatap gadis itu yang dibalas senyum oleh Sesil.

“Katanya tangannya sakit. Aku urut pelan-pelan ya,” kata Sesil menuangkan sedikit minyak urut di tangan Chiko.

Benar-benar calon istri idaman. Walaupun Chiko melakukan kesalahan Sesil tetap bersikap teduh padanya. Tidak memarahinya, malah melayaninya membuat kenyamanan itu semakin kental terasa.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang