Sebuah siulan menggema memenuhi kamar bernuansa abu-abu. Chiko mengeringkan rambut basahnya dengan handuk setelah menyegarkan diri di kamar mandi.
Hari yang cukup melelahkan, tapi untuk kali ini dia menikmatinya. Dia sudah mendapatkan suntikan semangat karena makan siang dengan Sesil, jadi mana mungkin cowok itu kekurangan semangat.
Chiko mencabut cas yang menancap pada ponselnya. Kakinya membawanya untuk menikmati sofa empuk yang ada di ujung kamar, merebahkan punggung di sana sepertinya sangat nikmat.
“Akhirnya gue bisa nikmatin lo Yang.” Chiko mengusap kursi sofanya.
Beralih pada tujuan awal, Chiko langsung bergulat dengan ponsel untuk menghubungi seseorang. Ketikan tangannya terhenti saat seorang cewek bernama Winda meneleponnya.
Chiko berdecak kesal, dia me-reject panggilan pengganggu itu. Bodo amat dengan Winda-Winda itu, bahkan dia lupa siapa cewek yang bernama Winda. Yah siking banyaknya kontak cewek dalam ponselnya.
“Hallo.”
“Ya.”
“Udah lo kerjain belom Bang?”
“Udah lah. Itu kejadian udah terjadi seminggu yang lalu, ya kali gue anggurin.”
Chiko mengangkat sebelah kakinya ke atas sandaran sofa, “Pakek strategi apa lo?”
“Yang lo bilang waktu itu.”
Seketika Chiko langsung terduduk, “Anjir! Ban depannya bener-bener lo curi?”
“Itu kan sesuai yang lo mau.”
Cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Gue cuman bercanda Bang, elah!”
“Siapa suruh lo bercanda. Sekarang mana bayaran gue, jangan ambil enaknya aja lo. Dikasih tugas malah dilempar sama orang lain.”
Chiko menyengir lebar, “Minta Ayah deh Bang.”
Pintu kamar terbuka. Menampakkan sosok cowok tampan yang menjumbul dari balik pintu. Dia adalah Dev, anak pertama Seorang Davin. Usianya terpaut dua tahun dengan Chiko.
Kini cowok berperawakan tinggi itu tengah menempuh pendidikan perkuliahan masih di kota yang sama.
“Kalau gue minta Ayah, berarti lo harus siap-siap kena damprat,” katanya masih menempelkan ponsel di telinganya.
Cowok itu menutup kembali pintu kamar Chiko. Melihat hal tersebut Chiko langsung beranjak mengejar Abangnya, takut dia akan benar-benar mengatakan pada Ayah mereka kalau Chiko menggunakan jalan pintas untuk menyelesaikan tugas.
“Bang!”
Dev menghiraukan teriakan Chiko. Cowok itu tersenyum miring mendapati adiknya kelabakan. Biarkan saja, Chiko sudah besar. Sudah tidak ada istilah ‘Abang harus mengalah’ sekarang.
Chiko menuruni tangga mengejar Dev. Abangnya itu sedang tidak main-main dengan omongan sendiri. Dia benar-benar menemui Ayah mereka yang kini sedang berkutat dengan ponsel di ruang keluarga.
“Ayah. Minta bayaran,” kata Dev.
Pria paruh baya itu mengerutkan kening, “Bayaran?”
“Iya––“
“Abang tadi habis bersihin kloset. Jadi minta bayaran,” ujar Chiko memotong pembicaraan Dev.
Ayah Davin mengangguk, “Bagus. Besok-besok gantian bersihin otak licik adik kamu ya Bang?” Beliau mengeluarkan dompet dari dalam jasnya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Chiko
Mistero / ThrillerNaksir cewek ✓ Langsung tunangan ✓ Cinta tak bertepuk sebelah tangan ✓ Sesimpel itu kisah cinta seorang Chiko Dava Pratama. Mendapatkan Sesil adalah sebuah kebanggaan yang patut dia sombongkan. Gadis itu bagaikan bidadari. Cantik wajah, cantik hati...