Seorang pria paruh baya masuk ke sebuah rumah yang minim penerangan. Kakinya melangkah tanpa ragu menerobos kegelapan, tak menakutkan jika menabrak meja atau benda lain seperti sudah hafal tata letak benda-benda mati di dalam sana.
Ceklek!
Pintu terbuka, menampakkan gulita yang lebih mencekam. Handoko meraba tembok di sebelahnya, mencari saklar lampu dan menekannya setelah ketemu, menampakkan kondisi ruangan yang tadinya gelap.
Sebuah kamar terpampang nyata di depannya. Kasur besar terbalut spray mewah, di atasnya terdapat dua bantal serta guling empuk yang siap membawa siapa pun ke alam mimpi, selimut tebal untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya angin malam, lemari besar tempat ternyaman untuk menyimpan baju, nakas kecil di samping kasur untuk menyimpan berkas-berkas penting, dan juga kamar mandi yang masih berfungsi dengan layak.
Handoko duduk di kursi favoritnya, bermain sebentar dengan cara memutarnya lalu berhenti tepat di hadapan sebuah laptop.
"Saatnya cuci mata." Pria paruh baya itu menghidupkan laptopnya.
Dengan lihai tangannya memencet tombol keyboard. Senyum licik terpatri, dia tidak sabar melihat barang bagus sebagai cuci mata.
Sebuah video diputar. Bukan video biasa melainkan CCTV yang menampakkan kegiatan seorang gadis cantik yang tengah belajar. Handoko menatapnya dengan tatapan lain, senyumnya semakin melebar kala gadis itu menatap ke arah kamera.
"Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita akan bertemu."
"Aku juga sudah tidak sabar untuk menggenggam mu." Handoko terbahak atas ucapannya sendiri.
Tangan besarnya menyentuh layar laptop, "Sesilia Kirana Putri."
Di seberang sana Sesil mengangkat boneka kesayangannya. Boneka kusam yang dia temukan di depan pintu dulu, hadiah dari seseorang yang masih misterius baginya.
Orang misterius itu adalah Handoko. Dia sengaja memberikan boneka itu tepat saat Sesil ulang tahun. Tanpa sepengetahuan Sesil boneka tersebut sudah dilengkapi dengan kamera CCTV untuk mengintai semua kegiatannya.
Keberuntungan sekali lagi berpihak pada Handoko karena ternyata Sesil sangat menyayangi boneka pemberiannya. Kemana pun dia pergi pasti selalu dibawa, kecuali satu tempat, sekolahan.
"Kamu memang harus menyayanginya, sayang. Aku berkorban banyak untuk itu," katanya tersenyum miring.
Pikirannya melayang tepat di detik-detik Sesil bertambah usia. Boneka itu terjatuh beberapa kali di kubangan air bersama dirinya, saat di mana Handoko bermain kejar-kejaran dengan polisi.
Seorang Handoko yang selalu ada cara untuk menghindar ataupun melawan kala itu berubah menjadi sosok cupu yang penuh kepanikan. Dia seperti balita yang melindungi bonekanya, mendekapnya erat dan memastikannya selamat sampai tujuan.
Dia sempat ragu saat meletakkan boneka itu di depan pintu apartemen Sesil. Bonekanya sangat kotor dan besar kemungkinan akan dibuang oleh gadis itu.
Namun praduga nya ternyata salah. Sesil mengambil boneka itu tanpa rasa jijik, bahkan merawatnya dengan baik hingga sekarang.
Tingtung...!!!
Sesil menoleh ke pusat suara. Seseorang memencet bel apartemen, kira-kira siapa yang bertamu?
Tingtung...!!!
"Iya, sebentar!" Sesil memeluk bonekanya lalu melenggang pergi meninggalkan kamar untuk menyambut tamunya itu.
Handoko menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, kembali menonton aktivitas Sesil yang membawa bonekanya kesana-kemari seperti biasanya.
Bahkan sekarang dia sudah mulai hafal tata letak barang-barang di apartemen itu. Jadi, jika suatu saat dia melancarkan aksinya dia tidak akan kebingungan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Chiko
Mystery / ThrillerNaksir cewek ✓ Langsung tunangan ✓ Cinta tak bertepuk sebelah tangan ✓ Sesimpel itu kisah cinta seorang Chiko Dava Pratama. Mendapatkan Sesil adalah sebuah kebanggaan yang patut dia sombongkan. Gadis itu bagaikan bidadari. Cantik wajah, cantik hati...