*****
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Suasana sudah cukup sepi, bahkan lampu ruang tamu juga sudah dimatikan.
Di suatu kamar berdirilah seorang cowok yang menempelkan tubuhnya di tembok layaknya cecak.
Dia mencoba mendengarkan suara dari kamar sebelah, walaupun pada kenyataannya semua itu percuma.
Chiko berdecak lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Percuma saja membawa Sesil menginap kalau pada akhirnya gadis itu ditarik Bundanya ke sana kemari hingga dia tidak memiliki waktu berduaan dengan Sesil.
“Kira-kira dia lagi ngapain ya.” Chiko berjalan mondar-mandir layaknya setrikaan.
“Gue tengok ke kamarnya aja kali ya,” kata cowok itu bermonolog. “Tapi udah janji sama Bunda gak akan ganggu Sesil.”
Ketika waktu menunjukkan jam sembilan malam tadi Bunda menyuruh Sesil istirahat di kamar tamu yang ada di sebelah kamar Chiko, berlawanan dengan kamar Dev.
Bunda juga sampai memperingati Chiko agar tidak mengganggu calon menantunya, mengingat Chiko adalah cowok penuh keusilan.
“Bohong sekali gak bakal kualat kan ya.” Chiko menggosokkan kedua telapak tangannya. “Ya udah deh main ke kamar sebelah,” katanya bergegas keluar kamar.
Cowok itu meneguk ludahnya susah payah, kepalanya menoleh ke sana kemari memastikan keadaan. Aman, kondisi masih tetap sepi seperti sebelumnya.
Tok... Tok... Tok...
Chiko mengetuk kamar Sesil cukup pelan takut jika Ayah Bundanya mendengar.
Dia juga membisikkan nama gadis itu berharap orang di dalam sana mendengarnya.
“Calon makmum, calon imam masuk ya? Iya calon imam masuk aja, calon makmum gak lagi telanjang kok.” Chiko bertanya kemudian menjawabnya sendiri.
Dia terkekeh dengan tingkah konyolnya sendiri. Tidak masalah, kalau dia tidak bisa menghibur orang lain setidaknya dia bisa menghibur dirinya sendiri.
Ceklek!
Chiko membuka pintu kamar Sesil, “Yes! Kagak di kunci.”
Cowok itu masuk ke kamar sambil celingukan memastikan kondisi. Setelah menutup pintu dan memutar tubuh dia langsung disuguhkan pemandangan Sesil yang tengkurap di atas kasur sambil memandang ponsel.
“Belum tidur?”
Gadis itu menoleh ke belakang. Dia sudah menduga kalau Chiko cepat atau lambat akan datang ke kamarnya, karena sedari tadi cowok itu sudah mengeluarkan gelagat ingin di dekatnya tapi Bunda melarang.
“Sini, Kak.” Sesil menepuk kasur di sampingnya.
Tanpa basa-basi Chiko langsung menurut. Cowok itu terjun di atas kasur dengan posisi tengkurap sama seperti Sesil, “Lagi ngapain?”
“Ini lagi nonton film. Belum bisa tidur, Kak. Mau nemenin?”
“Ya jelas mau lah. Gak usah sungkan sama calon imam,” kata Chiko menyisir rambutnya dengan jari.
Sesil menyangga kepalanya dengan tangan, tertawa menatap Chiko yang tidak pernah ada habisnya membual.
“Film horor?” tanya Chiko yang langsung mendapat anggukan dari Sesil.
“Pamali.”
Sesil kembali menoleh menatap Chiko dengan dahi berkerut, “Kok bisa pamali?”
“Iya pamali. Film horor itu gak baik buat cewek, ya kecuali ada yang merangkul.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Chiko
Mystery / ThrillerNaksir cewek ✓ Langsung tunangan ✓ Cinta tak bertepuk sebelah tangan ✓ Sesimpel itu kisah cinta seorang Chiko Dava Pratama. Mendapatkan Sesil adalah sebuah kebanggaan yang patut dia sombongkan. Gadis itu bagaikan bidadari. Cantik wajah, cantik hati...