32. Apa kabar, Kak Chiko?

1.2K 183 18
                                    

"Terimakasih, Pak," ucap Sesil.

"Iya, Nak. Sama-sama."

Sesil berbalik dengan raut wajah murung. Dia berjalan menjauh dari gerbang rumah Chiko lalu memasuki mobil yang sudah ada Anya dan Bella di dalamnya.

Terhitung sudah empat hari Chiko hilang bagai ditelan bumi. Tidak ada kabar yang mampir ke gendang telinganya, rumah cowok itu juga tertutup rapat seperti tidak berpenghuni.

"Gimana, Sil?" tanya Anya yang duduk dibalik kemudi.

Sesil mengangkat bahunya, "Warga sekitar juga gak tahu kemana Kak Chiko sekeluarga pergi."

Anya menghembuskan napas kasar. Dia kembali mengemudikan mobilnya meninggalkan gerbang rumah Chiko.

Dia sudah cukup pusing dengan kejadian ini. Biasanya yang suka ilang-ilangan adalah cewek, tapi ini bisa-bisanya cowok yang melakukannya.

Bukan hanya Chiko saja yang menghilang, bahkan keluarga dan sahabat-sahabat cowok itu juga tidak pernah terlihat di sekolah.

Entah mereka sekongkol apa bagaimana. Yang pasti mereka semua cukup egois dengan tidak memikirkan perasaan Sesil yang beberapa hari dilanda galau.

"Lo hafal nomor telepon Kak Chiko gak?" tanya Anya masih fokus ke arah jalanan.

"Hafal. Udah gue coba telepon tapi gak aktif," jawab Sesil.

Bella menoleh ke belakang, "Bukannya ponsel kamu ada di tangan Kak Chiko? Kenapa gak coba hubungi nomor kamu aja?"

Anya menjentikkan jari, "Nah! Untung kita punya temen jenius. Bener tuh. Kenapa lo gak coba hubungi ponsel lo?"

Sesil tersenyum dan mengangguk setuju, "Gue coba deh."

Gadis itu membuka ponsel pemberian Anya, masuk ke dalam aplikasi telepon lalu menyentuh beberapa nomor di sana sebelum beralih menyentuh gambar telepon berwarna hijau.

Senyum di bibirnya terbit saat mendengar nada dering dari seberang sana, "Aktif!"

Anya dan Bella ikut histeris bahagia. Mereka menunggu dengan seksama telepon itu diangkat. Walaupun  ponsel Sesil ada di tangan Chiko hanyalah sebuah praduga, tapi mereka bertiga berharap dugaan itu memang benar adanya.

Wajah Sesil kembali murung saat panggilan tersebut tak sekalipun di angkat. Dia kembali mencoba menelepon tapi hasilnya tetap sama. Akhirnya dengan gemas dia melempar ponsel itu di jok sampingnya lalu melipat kedua tangan sambil menoleh ke arah jendela mobil.

Anya terkekeh melihat respons Sesil dari spion depan, "Nyerah aja deh, masih banyak cowok yang mau kok sama lo."

"Anya!" bentak Sesil membuat Anya terbahak keras.

Sesil memutar bola matanya malas. Dia sedang dalam mood buruk, kini Anya malah menambahinya dengan perkataan yang menyebalkan.

"Ya habisnya itu cowok gak mikirin perasaan lo sih, gue kan jadi ikut kesel," tukas Anya.

Bella membenarkan letak kacamata besarnya, "Gak mikirin perasaan gimana maksudnya?"

Anya menoleh sekilas ke samping, lebih tepatnya ke arah Bella duduk sebelum kembali fokus pada jalanan, "Gini deh. Kalau memang Kak Chiko sayang dan cinta sama Sesil, dia gak mungkin pergi tanpa kabar kan?"

"Setidaknya dia harus izin dulu sama Sesil. Di kira yang di sini gak khawatir apa sama keadaannya."

Kondisi langsung hening. Tiga orang di sana bergelut dengan pikiran masing-masing.

Berbagai usaha sudah mereka lakukan untuk menemukan Chiko demi Sesil, tapi tetap saja cowok itu sama sekali tak ada niat keluar dari tempat persembunyiannya.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang