29. Rumah kosong 2

1.2K 232 27
                                    


Hai! Gimana kabar kalian? Semoga slalu dalam keadaan baik ya.

Author mau ngucapin selamat hari raya idul fitri. Minal Aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin🙏.

Maafin Author yang jarang update dan terimakasih buat kalian yang setia nungguin kelanjutan cerita Because dengan sabar😊.

Sebenarnya Author udah hampir nyerah nulis cerita ini. Tapi melihat masih ada yang antusias nungguin Author update Author jadi pikir dua kali untuk vakum.

Makasih ya buat semangatnya. Author akan usahain semaksimal mungkin rampungin cerita Because sebelum beralih buat cerita lain.

Doain semoga otak Author encer terus jadi ide-ide bisa ngalir gitu aja, hehe...😂

Jadi...

Happy reading...




*****



Seorang pria paruh baya mengurut pelipisnya yang berdenyut nyeri. Kepalanya pusing mendengar gerutuan sang istri yang tak kunjung mereda.

Bagaimana tidak?

Kepulangan mereka dari rumah sakit untuk menjenguk sanak saudara disambut dengan rumah berantakan seperti habis kemalingan.

Sebelumnya Bunda Puji sempat panik melihat beberapa pintu kamar rusak seperti telah didobrak, bahkan jendela kamar anak bungsunya juga terbuka dan rusak di congkel.

Namun ada satu hal yang membuatnya bingung, harta bendanya tidak ada yang hilang sama sekali.

Lalu apa yang dicari seorang maling? Mungkin kah yang memasuki rumahnya adalah orang gila?

“Ayah, jangan diam saja. Periksa semuanya, siapa tahu dokumen-dokumen penting Ayah ada yang hilang,” kata Bunda Puji.

Pria paruh baya itu menghembuskan napas kasar, “Tidak usah panik, Bun.”

“Enggak panik gimana?! Rumah kita habis kemalingan.” Dengan tangan lentiknya Bunda Puji memeriksa setiap lemari dan nakas di sekitar rumahnya.

“Itu perbuatan anak kamu sendiri.”

Wanita paruh baya itu menghentikan aktivitasnya, “Apa?”

“Itu semua perbuatan Chiko, putramu.”

Ayah Davin sudah mengecek CCTV saat pertama kali mendapati pintu rumah rusak.

Tidak sepanik istrinya yang langsung teriak histeris, Ayah Davin dengan santai langsung memasuki ruangan untuk mengecek CCTV untuk mengetahui pelakunya.

Ternyata orang tersebut adalah putranya sendiri yang berjalan ke sana kemari dan kembali keluar rumah dengan membawa bendera marching band.

“Anak bandel itu memang butuh hukuman.” Bunda Puji sudah tidak sabar menjewer telinga Chiko nanti.

“Bun, kamu sendiri yang tidak mengasih tahu Chiko kalau kita pergi, kunci rumah ada di tangan kamu kan.”

Wanita paruh baya itu bungkam. Dia mengaku salah tapi dia tidak mau disalahkan. Pokoknya tindakan Chiko itu tetap salah.

“Udah pulang ternyata.”

Pandangan pasangan paruh baya itu teralih saat mendengar suara yang berasal dari pintu utama.

Di sana terlihat seorang cowok dengan tampilan babak belur berjalan masuk ke dalam rumah sambil menggandeng tangan gadis di belakangnya.

Bunda Puji melengos tidak suka. Sekarang Chiko seperti memiliki perisai untuk menghindari amukan darinya. Tinggal membawa Sesil pulang maka nasibnya akan terselamatkan. Anak bungsunya itu memang memiliki otak selicik kancil.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang