9. Beruntung

2.3K 364 71
                                    




“Mampus!”

Chiko membulatkan mata kala dari kejauhan dia melihat seorang pria paruh baya berperawakan gagah berjalan mendekat. Itu adalah kepala sekolah.

Kemarin Chiko sudah mendapatkan hukuman dari Bu Farida, dia tidak mau kembali dihukum lagi. Apalagi oleh kepala sekolah, tidak tanggung-tanggung beliau pasti akan langsung memberikan surat panggilan pada orang tuanya nanti.

“Pinjem jaket lo Van. Cepetan!”

“Ck! Tadi gue tawarin gak mau,” kata Revan tapi tak urung melepas jaketnya.

“Halangin gue.”Chiko menarik tangan Revan dan Bagas agar berdekatan lalu memakai jaket Revan secepat kilat.

“Cepetan! Kepala sekolah udah mau sampai,” ujar Bagas.

“Sabar Nyet! Gue baru pakai nih,” bisik Chiko dengan nada membentak.

“Chiko Dava Pratama.” Suara bariton itu terdengar tepat setelah Chiko menaikkan resleting jaket.

Revan dan Bagas menyingkir. Mempersilahkan kepala sekolah menemui siswa penting yang membuatnya malu kemarin.

Chiko menegakkan tubuhnya lalu nyengir lebar, “Eh... Pak Kepala Sekolah.”

“Kamu pakai seragam apa kali ini?” tanya pria paruh baya itu.

“Pramuka Pak.” Chiko menepuk celana coklatnya.

“Atasannya?”

“Juga Pramuka Pak.” Bohong Chiko.

Pak Kepala Sekolah menatap tajam Chiko, mencari kesalahan dari dalam mata anak bengal itu, “Coba buka jaketnya.”

Chiko menyilangkan tangannya menutupi dada, “Mau apa Pak?”

“Saya mau lihat apakah kamu sudah pakai seragam dengan benar atau tidak.” Kepala Sekolah berjalan mendekat mencoba meraih Chiko.

“Eh... Jangan Pak. Saya lagi masuk angin.” Chiko mundur dua langkah ke belakang.

“Sebentar saja.” Pria paruh baya itu berhasil menangkap Chiko.

“Gak mau Pak, jangan! Saya masih perjaka.” Chiko menghalangi tangan besar itu menyentuh resleting jaketnya.

“Kamu ini bilang apa?”

“Tolong! Tolong! Gue mau diperkosa!” teriak Chiko tidak tahu malu.

“Chiko!”

“Pak, jangan Pak. Nanti saya bilang apa sama orang tua saya?”

“Bapak cuman mau lihat seragam–––“

Krriiiiiinnggg....!

Bel tanda masuk berbunyi. Chiko menepis tangan Pak Kepala Sekolah dari jaket yang dipakainya lalu mengambil jarak dari beliau.

“Udah bel masuk Pak. Sebagai murid teladan saya harus sampai kelas tepat waktu,” kata Chiko berlari pergi meninggalkan pria paruh baya itu.

Pak Kepala sekolah memandang punggung Chiko yang berangsur menjauh. Baru kali ini ada yang berani bercanda dengannya, mengingat predikatnya yang cukup tinggi di sekolahan.

Pandangannya beralih ke arah empat orang siswa yang masih mematung melihat tontonan gratis tadi. Tito menoleh dan meringis kala mata elang Kepala Sekolah sudah menatapnya tajam.

“Permisi Pak,” ujar Tito melenggang pergi diikuti empat orang lainnya.

*****

Kondisi kelas teramat tenang. Semua siswa terfokus pada selembaran kertas berisi pertanyaan. Hari ini ada ulangan Matematika, pelajaran yang membuat para siswa hampir mati seketika.

My ChikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang