"Ngeng...! Brak!"
"Wiu... Wiu... Wiu..."
"Tangkap penjahat itu!"
Vano mengangkat satu mainan orang-orangan, "Yang ini jadi Chiko aja."
"Cia! Cia! Mampus lo." Cowok itu tertawa jahat.
"Kepala Chiko ganti aja deh, jelek." Dia mengobrak-abrik mainannya lalu tersenyum saat menemukan boneka Barbie.
Bagaikan psikopat kelas kakap Vano melepas kepala Chiko dan digantikannya dengan kepala Barbie. Sekarang bonekanya tampak seperti binaragawati, gadis cantik dengan tubuh kekar.
Vano adalah penyandang difabel. Dia memiliki gangguan keterbatasan otak yang membuat daya pikirnya tak sesuai dengan usia. Jika orang berusia tujuh belas tahun sudah mulai mencari jati diri Vano justru masih asik dengan mainan anak-anaknya.
Dunianya ramai akan mainan namun dia merindukan main dengan orang sungguhan. Sayangnya banyak orang yang tidak sudi bermain dengannya karena menganggap dia sedang gila.
"Nah sekarang Chiko kelihatan keren." Vano memutar-mutar boneka tersebut.
"Mata lo, keren!" kata Chiko yang tiba-tiba sudah berada di depan Vano dengan Sesil di sampingnya.
Sesil memegang lengan Chiko, "Kak, gak boleh gitu."
Chiko berdecak, "Lagian ini bocah ngadi-ngadi aja kerjaannya. Masak gue disamain kayak bencong."
Gadis itu tertawa kecil. Pandangannya beralih pada Vano yang menatapnya bingung. Dia menarik tangan Chiko agar ikut duduk di atas lantai sama seperti Vano. Sebenarnya Chiko cukup malas namun karena Sesil yang menginginkannya akhirnya dia menurut saja.
"Kamu siapa?" tanya Vano pada Sesil.
"Manusia," jawab Chiko nyolot.
Sesil menggelengkan kepala melihat kelakuan Chiko. Cowok itu tak henti-hentinya merajuk. Ada saja hal yang membuat moodnya buruk.
"Aku Sesil. Nama kamu siapa?" Sesil mengangkat tangannya di depan Vano, berharap cowok itu menyambutnya.
"Aku Vano." Cowok itu sudah hampir menjabat tangan Sesil namun buru-buru Chiko mengambil tangan Sesil membuat gadis itu malah berjabat tangan dengannya.
"Jabat tangannya nyalur aja. Sini tangan lo." Chiko mengambil tangan Vano lalu menggoyangkannya sekali seakan tengah berjabat tangan.
Vano tersenyum lebar. Bagaikan anak kecil yang tak tahu apa-apa dia percaya saja dengan apa yang dikatakan Chiko, sedangkan Sesil menghela napas panjang. Sudahlah tak perlu diperdebatkan, dia harus mengalah untuk memadamkan api dalam hati Chiko.
"Sesil kayak Cantik," tukas Vano.
Gadis itu mengerutkan kening, "Cantik?"
"Eva, pacarnya Alex itu loh," ujar Chiko membuat Sesil mengangguk paham.
"Cantik itu kembarannya Vano." Cowok itu membusungkan dada sombong.
"Iya kah? Kalau Chiko apanya kamu?" tanya Sesil mencoba ikut bergabung dalam obrolan Vano.
"Chiko ya." Vano mengusap dagunya. "Chiko itu musuhnya Papa Vano."
"Musuh?" Kini tatapan Sesil beralih pada Chiko.
Terlihat cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Nyatanya keadaan pasti akan lebih genting jika berurusan dengan orang macam Vano. Dia masih lugu, apa pun yang dia lihat akan dia katakan. Tak tahu makna privasi.
"Sesil mau main sama Vano gak?"
Netra milik Sesil kembali terarah pada Vano, "Boleh," katanya tersenyum manis.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Chiko
Mystery / ThrillerNaksir cewek ✓ Langsung tunangan ✓ Cinta tak bertepuk sebelah tangan ✓ Sesimpel itu kisah cinta seorang Chiko Dava Pratama. Mendapatkan Sesil adalah sebuah kebanggaan yang patut dia sombongkan. Gadis itu bagaikan bidadari. Cantik wajah, cantik hati...