#spam komen lanjutttttt!!!
Pagi-pagi Rara sudah bangun dan membereskan tempat tidurnya. Mungkin apa yang dikatakan oleh orang tua Devan benar, dia harus bangkit, masa depannya masih panjang. Rara sudah memakai seragam sekolah putih biru, rambutnya yang hitam ia biarkan terurai, rok-nya dibawah lutut, iya juga memakai almamaternya, serta tas ransel dipunggungnya. Iya menuruni anak tangga dan mendapati Kia, Bram, Leon, dan Frita, telah duduk dimeja makan.
"Rara, ayo kita sarapan," ajak Frita dengan kemeja formal melekat ditubuhnya. Rara tak menjawab, iya hanya mengangguk dan tersenyum, lalu bergabung dimeja makan.
Dimeja makan sudah tersedia nasi goreng serta berbagai lauk. Seperti biasa, setiap pagi Frita berangkat kerja, begitupun Leon.
"Rara? Hari ini tante sama om mau keluar kota, kamu nggak papa kan tante tinggal?" Ucapan Kia membuat Rara berhenti mengunyah nasi goreng dimulutnya, dia sangat ingin jika orang tua Devan tetap disini menemaninya. Tapi, dia siapa? Dia nggak punya hak untuk larang-larang Kia dan Bram."Nggak papa kok Tan, disini kan ada Leon sama Tante Frita yang nemenin aku." Senyum paksa iya perlihatkan kepada semua orang yang ada dimeja makan.
"Yaudah, kalau gitu hari ini tante sama om aja yang ngater kamu ke sekolah, mau nggak?" tanya Kia.
"Mau tante!" seru Rara, lalu mereka melanjutkan sarapannya.
¤¤¤
Rara menelusuri koridor dengan wajah yang masih cemberut. Memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja, ternyata tak semudah yang iya pikir. Sebelum memasuki pintu kelas, ada yang memanggil namanya sontak iya berbalik.
"Rara!!" teriak dari kejauhan wanita berambut pirang, tas ransel dipunggung, berlari kearahnya.
"Lo kenapa? Kok nggak semangat gitu?" Rara tersenyum memperlihatkan deretan giginya, mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
"Gue nggak papa kok. Kurang enak badan aja," dusta Rara.
"Nggak udah bohong deh! Gue tau kalo loe itu pasti lagi ada masalah. Udah cerita aja, siapa tau gue bisa bantuin elo" Mata Rara berair dan pecah saat itu juga, hingga mengeluarkan sesuatu bening dari matanya.
"Kok nangis? Kenapa? Ayo, cerita sama gue." Karna tak tega, Claudi memeluk Rara sesaat dan membawanya masuk kedalam kelas 12 yang kosong selain mereka berdua.
"Ayo, cerita sama gue," lanjutnya lagi, siap menjadi teman curhat untuk Rara.
Rara menjelaskan semua perihal apa yang mengakibatkan iya sedih, yaitu almarhum Devan. Claudi yang mendengar cerita Rara, juga merasa sedih atas apa yang dialami oleh Rara. Walaupun mereka belum cukup dekat, tapi, Claudi mampu menjadi teman yang baik untuk Rara. Sialnya, pada saat Rara berduka iya tak ada disampingnya, karena iya juga mempunyai masalah keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRARA [ END ] ✓
Teen Fiction📌 BELUM REVISI "Diem atau gue tendang?" -Al "Pantang menyerah, sebelum disayang."-Rara Berkisah tentang seorang pria yang awalnya dingin, cuek, kini berubah menjadi BADBOY dan BUCIN terhadap wanita yang bernama Rara. Alfareza Putra Ramadan. Pria di...