31. MARAHNYA AL

1.7K 96 3
                                    

Happy Reading❤

Panas matahari itu membuat Rara semakin pusing. Pasalnya, bukan hanya mendapat ceramah dari guru BK, dia juga dihukum berdiri dilapangan dan hormat ditiang bendera. Keringatnya mulai membasahi seragam sekolahnya, ditambah dia lupa membawa ikat rambut.

"Nasib kok gini amat yah," lirihnya seraya memejamkan matanya pada sinar matahari tersebut.

Sebisa mungkin Rara menelan ludahnya kasar, tenggorokannya sudah kering karna kehausan. "Mana haus banget lagi." Bukan hanya menahan panas matahari, dia juga harus menahan malu. Beberapa sorot mata tertuju padanya, apalagi sekarang sudah jam istirahat.

"Ra?" Wanita itu menoleh kesumber suara dengan tangan yang masih hormat.

Rara memajukan bibir bawahnya dengan raut wajah cemberut. "Lo kenapa dihukum?" tanya Claudi dengan Gilang yang ada di sampingnya juga.

"Gara-gara kakak lo, tuh," kesalnya lagi.

"Jadi, sekarang lo mau nyerah apa tetep berjuang?" ucap Claudi dengan senyum menggoda.

Rara menegakkan kepalanya. "Yah, tetep berjuang lah," katanya dengan enteng.

"Wah... salut gue sama lo, Ra," seru Gilang dengan bertepuk tangan.

Rara menaikkan satu alisnya. "Iya dong," jawabnya lalu kembali menatap langit, karna guru BK berjalan kearah mereka.

"Kalian mau dihukum juga?" Gilang dan Claudi menoleh dan cengengesan.

"Enggak bu, nggak usah. Kalo gitu kita pergi dulu bu, ayok Clau," ajak Gilang dengan menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.

Bu Nia hanya menggelengkan kepalanya dan menatap kembali kearah Rara. "Hukuman kamu sudah selesai," kata Bu Nia.

Rara mengerutkan keningnya. "Beneran bu?" tanya Rara dengan matanya yang berbinar-binar.

"Yaudah, lanjutin." Bu Nia mengacuhkan bahunya dan meninggalkan Rara dilapangan.

"Eh-eh, iya bu. Makasih bu Nia," katanya dengan tersenyum. Bu Nia pun pergi dengan punggung yang kian menjauh. "Huh! Akhirnya selesai juga. Mending gue samperin Al ajah. Mana tau dia lagi butuh bantuan gue sekarang," menolong Rara lalu berlari kearah koridor untuk mencari sang pujaan hatinya.

Kepalanya berhenti celengak-celinguk ketika sorot matanya tertuju pada pria di ujung sana. Iya pun menghampiri dengan langkah kaki kecilnya. Mendapati Al yang berada diloker, dengan entengnya pria itu menghembuskan asap rokok ke udara. Dengan rambut acak-acakan, bajunya yang keluar, serta kancing bagian atasnya iya lepas. Sudah seperti preman sekolah bukan?

"Gimana hukumannya?" Baru saja Rara ingin menegurnya, pria itu lebih dulu bertanya dengan senyum sinisnya.

Rara menghembuskan napas kasar. "Al, ini sekolah. Lo mau dihukum kayak gue tadi, bahkan lebih dari gue?" Rara berkacak pinggang memandang Al yang hanya cuek padanya.

Dengan kesal Rara merebut batang rokok yang ada dimulut Al, lalu menginjakkan ke lantai.
"Sialan lo!" murka Al membuat Rara bergidik ngeri.

Rara menegakkan kepalanya dan menatap Al yang lebih tinggi darinya. "Gue cuman nggak mau lo dihukum, Al," ucapnya dengan sangat lembut.

Pria itu tersenyum sinis. "Lo. bukan. siapa-siapa gue. Ngerti," ucap Al menekan setiap kata yang iya katakan.

"Gue itu sayang sama lo, Al. Gue cuman nggak mau lo kenapa-napa." Dengan cepat Al mendorong Rara yang tengah memeluknya.

"Jangan pernah lo peluk gue," ucapnya dengan dingin.

Walaupun pelan, tetap saja Rara sangat sedih. Lagi-lagi iya tersenyum, sedangkan Al berlalu pergi meninggalkan Rara. Wanita itu menunduk dan membuang napas kasar. "Al tungguin gue!" teriak Rara, dengan cepat iya menghampiri Al yang berjalan kearah kantin.

ALRARA [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang