25. SEDIKIT TRAUMA

1.7K 104 0
                                    

Happy Reading❤

Keesokan harinya Al dan Claudi sudah turun menuju meja makan, terlihat ada Ratna yang tengah mengolesi roti dengan slai. Hari ini mereka jadi untuk menyusul Rara yang ada di Bandung.

"Pagi, Ma," sapa Claudi yang baru saja menuruni anak tangga.

"Pagi sayang. Lah kok udah rapi aja, pada mau kemana emang?" tanya Ratna, heran melihat kedua anaknya yang telah memakai pakaian rapi.

Al berjalan ke meja makan dan duduk di samping Claudi.

"Hari ini kita mau ke Bandung, boleh kan Ma?" Al bertanya seraya meraih sepotong roti yang telah disiapkan Mamanya.

"Boleh, tapi kok mendadak? Terus juga, ngapain kalian ke Bandung?" Wanita paruh bayah itu mengerutkan keningnya.

"Kita mau nyusulin Rara, Ma. Soalnya ada masalah dikit, dan harus diselesaiin sekarang," jawaban Claudi belum cukup bagi Ratna.

"Masalah? Kalian punya masalah apa sama Rara?" tanya Ratna yang masih belum paham.

Sebagai anak pertama dan anak lelaki, Al pun menjelaskan semunya dengan panjang lebar terhadap Ratna. Wanita itu hanya syok, pasalnya dia belum tahu jika mantan suaminya telah menabrak orang sehingga tewas.

"Kenapa kalian tidak datang ke kantor polisi? Suruh papa kalian mengaku dan meminta maaf dengan Rara," ujar Ratna terlihat sedih, karena dia sudah cukup sayang dan nyaman dengan Rara.

Masalah ini pasti membuat Rara kecewa dan marah, bukan hanya kepada mereka tetapi juga kepadanya.

"Kita bakal ke kantor polisi, tapi setelah menjelaskan semuanya dengan Rara. Al bakal suruh papa minta maaf langsung sama Rara, kalo perlu sampai dia berlutut," geram Al kedua tangannya sudah mengepal kuat-kuat.

Claudi yang mengetahui itu, iya menggenggam tangan kakaknya dengan lembut. Mencoba menenangkan, sebelum emosinya memuncak.

Selang beberapa waktu, mereka pun selesai dan berpamitan dengan Ratna untuk pergi.
"Claudi pamit ya, Ma," ucap Claudi memeluk hangat tubuh Ratna.

"Mama baik-baik ya di rumah. Kalo ada apa-apa, langsung kabarin Al," ujar Al seraya mencium kedua pipi Ratna.

"Iya, kalian juga hati-hati ya. Al jagain Claudi, jangan sampe Claudi kenapa-napa. Oh iya, kalian tolong buat Rara nggak marah lagi ya. Mama udah terlanjur sayang sama dia. Mama pengen hubungan Al dan Rara bisa kayak dulu lagi, okey." Al dan Claudi tersenyum dan mengangguk.

"Iya, Ma. Al bakal jagain Claudi dan bisa yakinin Rara untuk nggak marah lagi sama kita," kata Al dengan suara baritonnya.

"Yaudah, kalo gitu kita pergi Ma. Assalamualaikum," ucap Al dan Claudi. Mereka pun naik ke mobil sport milik Claudi, tak lupa melambaikan tangannya kepada Ratna.

Di dalam mobil Claudi menatap kearah jendela, tatapannya datar dan dingin. Dengan rambut pirangnya yang iya kuncir, serta hoodie kuning iya kenakan. Al menoleh kepada adiknya, iya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kenapa?" tanya Al memecahkan keheningan.

Claudi melirik kearah Al yang pandangannya fokus ke depan. "Claudi cuman takut aja, takut kalo Rara nggak bisa maafin kita," ujar Claudi dengan raut wajah sendu.

Al membuang napasnya kasar. "Udah tenang aja, nanti kita bakal yakinin Rara dan jelasin semuanya sama dia," ucap Al disambut dengan senyum serta anggukan oleh Claudi.

"Kak Al beneran sayang kan sama Rara?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Claudi.

Al menaikkan satu alisnya. "Kamu kenapa ngomong gitu? Yah jelaslah, kakak itu sayang sama Rara sama seperti sayang kakak ke kamu," jelas Al membuat Claudi tersenyum tipis.

"Kakak janji yah, walaupun suatu saat kak Al udah punya istri atau pacar. Kak Al jangan lupain aku, dan tetep sayang sama lindungin aku." Mata wanita itu berkaca-kaca, satu kali kedip cairan bening dari kelopak matanya akan jatuh.

Al menelan salivanya kasar. Iya menatap sendu kearah adiknya, baru kali ini Claudi berkata seperti itu padanya.

Apa dia trauma?
batin Al.

Pria itu memberhentikan mobilnya kepinggir. Iya menangkap wajah adiknya dengan kedua tangan, lalu mengusap cairan bening itu yang kini membasahi pipinya.

"Hey, jangan nangis. Kakak akan selalu lindungin kamu, akan selalu ada waktu untuk kamu, dan selalu perhatian sama kamu. Percaya sama kakak, oke." Wanita itu mengangguk dan senyum terukir dibibirnya.

Al tahu, adiknya masih trauma dengan Al yang dulu sangat perhatian padanya, perlahan hilang dan tak peduli sejak berpacaran dengan mantan pacarnya itu.

Perhatian yang iya dapatkan dulu, merasa terbagi akibat Al mulai berpacaran dengan wanita yang jelas-jelas tidak tulus pada kakaknya.

Claudi menatap kedua mata Al, yang kini menatapnya juga. "Kak Al janji ya, ini yang terakhir kalinya kecewain Rara. Buat dia seneng, dia udah nggak punya orang tua, bahkan sahabatnya sendiri udah nggak ada." Claudi menaikkan jari kelingkingnya.

"Janji," ucap Al seraya mengaitkan kelingkingnya dengan jari Claudi.

Mereka tersenyum, lalu melanjutkan perjalanan mereka ke Bandung. Tak lupa Claudi membantunya mengarahkan lokasi Rara saat ini, dengan benda pipihnya itu.

¤¤¤

09:56

Pagi itu Rara sedang duduk di teras rumah neneknya. Iya menikmati suasana Bandung dengan keripik pisang yang ada di dalam ditoples.

"Gue kangen Al... shit, ngapain gue mikirin tuh anak," monolog Rara yang tadinya memasang wajah sedih, kini berubah dengan tersenyum sinis.

Tiba-tiba saja yang awalnya hanya rintikan hujan, langsung menjadi deras. Sekelibat kenangan terlintas dibenak Rara.

"Kamu suka hujan?" tanya Rara membuat darah pria itu seakan mendidih, ketika mendengar kata aku, kamu.

Al tersenyum tipis lalu meletakkan dagunya, kebahu Rara. "I LOVE YOU," bisik Al membuat Rara tersenyum sumringah.

"Kamu udah buat aku jatuh cinta sama kamu, Al. Kamu janji, jangan tinggalin aku, yah." Wanita itu berbalik dan menatap wajah Al.

"Aku janji nggak akan ninggalin kamu. And I will always be by your side." Tangan Al berpindah kerambut Rara dan mengusapnya lembut.

"Promise?" Rara mengangkat jari kelingkingnya di depan Al.

"I promise," balas Al, membuat keduanya tersenyum dibawah derasnya hujan yang menimpanya.

"Ck! Ngapain sih gue masih mikirin anak pembunuh itu? Arrgghhhh," kesal Rara mengacak-acak rambutnya sendiri. Dirinya sangat membenci Al, tapi hatinya berkata iya rindu pada pria itu.

Rara yang dulunya suka hujan dan tersenyum jika hujan datang, sekarang hanya ada ekspresi datar.

Rindu, benci, kecewa, dan marah, sudah bercampur aduk dipikiran Rara.

"Apa gue tinggal di sini aja?" gumam Rara bertanya pada dirinya sendiri.

Suara klakson mobil membuat Rara kaget, sorot matanya menatap mobil yang masuk kehalaman rumah neneknya.

Iya membulatkan kedua bola matanya, setelah melihat siapa yang turun dari mobil itu. Walaupun hujan deras, iya tetap kenal siapa itu.

Orang yang pernah iya rindukan.

Bersambung...

ALRARA [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang