Happy Reading❤
Deg
Seluruh tubuh Rara terasa ditusuk oleh jarum yang tajam berkali-kali. Matanya memanas dan mencoba menahan isaknya. Bukannya lebay atau apa, tetapi itu sangat menyakitkan untuknya. Bagaimana tidak, pria itu berkata bahwa dia bukan siapa-siapa baginya.
"Mending lo urus pacar lo itu, kegenitan tau nggak," saran Al kepada Zoni yang sedari tadi hanya menyaksikan mereka berdebat. Senyum terukir dibibirnya, melihat Al dan Rara seperti itu membuat Zoni merasa mencium bau kemenangan. Kemenangan untuk mendapatkan Rara sepenuhnya.
Tanpa disadari air mata menyedihkan itu jatuh dan membasahi pipinya. Iya menghapusnya dengan kasar, lalu menarik napasnya dalam-dalam. Rara menegakkan kepalanya agar bisa menatap Al yang lebih tinggi darinya. "Yaudah gue minta maaf," ucap Rara lembut walaupun suaranya agak serak.
Al menepis tangan wanita itu, ketika tangannya memegang lengan Al. "Nggak usah pegang-pegang. Inget, lo udah punya pacar." Al enyah meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Rara yang sebenarnya adalah pacarnya sendiri dengan pria lain.
"Al?" Langkah kakinya terhenti, walaupun tak menoleh.
"Perlahan gue bakalan bantuin lo buat ingat semuanya. Sekalipun gue harus sabar, gue akan tetep berjuang demi hubungan kita. Gue nggak bakal maksa lo buat inget gue, yang terpenting... lo inget gue tanpa ada paksaan dari diri lo." Rara berucap panjang lebar, tak lupa napasnya yang seakan-akan memburu.
Tak ada balasan dari Al. Pria itu menhembusakan napas kasar dan melangkahkan kakinya kembali, tanpa melihat seorang perempuan di belakangnya yang sabar menghadapi sikapnya.
"Arrgghhh... gue kenapa sih?" Setelah menjauh dari hadapan Rara, pria itu mengacak rambutnya kasar walau perban masih melekat dikepalanya.
¤¤¤
Selang beberapa waktu, mereka pun berada dimeja makan. Terdapat beberapa banyak hidangan yang disiapkan Ratna, serta yang membantunya tadi Claudi dan Rara.
"Biar gue yang ambilin," ucap Rara ketika Al ingin meraih sendok. Pria itu menarik kembali tangannya dan membiarkan Rara mengambil sendok.
"Nih," kata Rara, namun tak ada balasan dari Al. Pria itu hanya cuek, dan mulai menyantap makanan dipiringnya.
Lagi-lagi Rara menghela napas, sabar, sabar, dan sabar. Hanya itu yang iya ucapkan dalam hati.
"Gimana, enak nggak masakan tante?" Kali ini Ratna berbicara untuk mencairkan suasana.
"Enak tante," kata Rara, sedangkan Zoni hanya mengangguk cepat dan tersenyum.
"Bagus kalo gitu. Oh iya... nak Zoni kalo boleh tau rumahnya di mana?" Merasa ditanya, Zoni menoleh kearah Ratna.
"Rumah saya deket pasar minggu tante," jawab Zoni sopan.
Ratna hanya beroh ria. Iya belum tau jika Zoni dan Al sedang musuhan, jika bukan karena Al hilang ingatan. Mungkin saja Zoni sudah lama diusir oleh Al dari rumahnya.
"Kak Zoni udah tamat SMA?" Claudi bertanya tak lupa mengunyah makanan yang ada dimulutnya.
"Udah, setahun yang lalu," balasnya seraya memasukkan makanannya kemulut.
"Sekarang kuliah?" tanyanya lagi, sedangkan yang lainnya hanya menyimak sambil menikmati makanan masing-masing.
Zoni menggeleng. "Sekarang gue lagi kerja di bengkel bokap." Rara hanya mengangguk mengerti dan membulatkan mulutnya.
Semuanya pun kembali menyantap makanannya, tiba-tiba suara ketokan pintu masuk terdengar oleh mereka. Spontan, semua menoleh kearah pintu.
"Biar mama aja yang buka," ujar Ratna ketika Al ingin mengangkat bokongnya kekursi.
Al hanya mengangguk, dan menatap Rara yang celengak celinguk ingin melihat siapa yang datang.
"Kenapa, Ra?" Bukan Al yang bertanya, melainkan Zoni yang duduk didekatnya.
Rara menoleh dan cengengesan. "Nggak papa," jawabnya.
Karena sangat penasaran, Claudi pun ikut keluar dan menghampiri Ratna yng tak kunjung balik ke meja makan.
"Siapa ma?" tanya Claudi. Ketika melihat siapa yang datang, Claudi langsung menoleh ke meja makan untuk memastikan bahwa sekarang aman. Al, Rara, dan Zoni masih berada di meja makan sambil menyantap makanan mereka.
"Lo ngapain kesini?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Claudi, kepada wanita yang berdiri di depan pintu dengan memegang parcel buah.
Wanita itu tersenyum, tanpa ada rasa bersalah sama sekali. "Aku mau jenguk Al," jawab Rania, mantan tunangan Al.
Claudi melipat kedua tangannya didepan dada, sedangkan Ratna memijit pelipisnya pusing. Bagaimana tidak, baru saja Rania pergi dari kehidupan mereka, sekarang wanita itu kembali lagi.
"Nggak, hari ini kak Al udah tidur. Mending lo pulang dan jangan pernah datang ke sini lagi." Tak peduli dengan ucapan Claudi, wanita bersoflen biru itu langsung masuk begitu saja.
"Eh, dibilang jangan masuk malah masuk. Woy!" Ratna menahan pergelangan tangan Claudi yang ingin mengejar Rania.
"Udah, nggak papa Rania masuk. Mending sekarang kita susul mereka ke meja makan, yah," ujar Ratna dengan lembut.
Claudi membuang napas kasar dan mengangguk.
"Hai, Al," sapa Rania seraya menepuk pelan pundak pria itu.
Al mengerutkan keningnya, dan pastinya ingatan tentang Rania juga iya lupa.
"Lo siapa?" Rania hanya terdiam heran. Apakah sebegitu bencinya Al dengannya sampai-sampai iya belagak lupa.
Rara memutar bola matanya malas, bagaimana bisa sibenalu itu balik lagi. Bukankah dia sudah musnah, kenapa sekarang dia datang dengan senyum smirknya.
"Lah, Al. Kamu jangan gitu dong sama aku. Niat aku kan baik, aku kesini itu mau jengukin kamu. Nih," kata Rania tak tau apa-apa. Iya menyodorkan buah tangan yang dibawanya tadi.
Lagi-lagi Al mengerutkan keningnya. Iya benar-benar lupa dengan Rania, sama sekali lupa.
Ratna yang datang, langsung menarik lengan Rania menjauh dengan Al.
Rania yang bingung, iya pun bertanya. "Ada apa tante, kok Rania dibawa ke sini?" tanya Rania yang sudah ada diruang tamu bersama Ratna dan Claudi.
"Sekarang itu Al lupa sama separuh ingatannya, dan mungkin Al juga lupa sama kamu. Tante minta kamu jangan paksa Al untuk ingat kamu dulu, tante cuman nggak mau Al kenapa-napa, yah," jelas Ratna, sedangkan Rania hanya menganga tak percaya.
Rania terdiam dan berfikir. "Oke tante. Tapi ijinin Rania ketemu sama Al, yah tante," Rania bermohon dengan kedua telapak tangannya merapat.
"Nggak. Mending lo pulang," kata Claudi yang sudah lelah menghadapi Rania yang masih ngeyel. "Loh, itu bukannya cincin tunangan..." Claudi menjeda ucapannya, sebab cincin tunangan Rania dan Al masih melingkar dijari manis wanita itu.
"Iya, masih aku pake. Sayang banget kan, cincin sebagus ini dibuang gitu aja," dusta Rania sembari memegang cincin tersebut.
"Yaelah, lo kan tajir. Cincin kayak gitu juga, pasti lo bisa beli lagi, bahkan lebih." Claudi merasa curiga dengan Rania, apakah wanita itu belum bisa melupakan Al?
"Udah nggak papa, yang penting kamu harus inget pesen tante tadi, yah Rania." Wanita itu mengangguk antusias, seraya mengangkat sudut bibirnya.
Seorang Rania nggak akan nyerah buat dapetin hati kamu, Al.
batin Rania dengan senyum sinisnya.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRARA [ END ] ✓
Teen Fiction📌 BELUM REVISI "Diem atau gue tendang?" -Al "Pantang menyerah, sebelum disayang."-Rara Berkisah tentang seorang pria yang awalnya dingin, cuek, kini berubah menjadi BADBOY dan BUCIN terhadap wanita yang bernama Rara. Alfareza Putra Ramadan. Pria di...