29. KEGENITAN KATANYA

1.3K 78 0
                                    

Happy Reading❤

Rania pun ikut makan bersama dengan mereka. Sorot matanya tertuju pada Al yang ada dihadapannya, iya tersenyum sinis. Merasa diperhatikan, pria itu pun menegakkan kepalanya dan menatap balik Rania.

"Ngapain liatin gue," tanya Al dingin. Spontan semua mata tertuju padanya, termasuk Rara.

"Nggak kok. Aku cuman kangen aja sama kamu, kan kita udah pernah tunangan." Semuanya kaget dan menatap Rania. Bisa-bisanya Rania berkata seperti itu, dia mengambil kesempatan untuk mendapat Al kembali.

"Ha?" Al mengerutkan keningnya. "Sejak kapan gue tunangan sama lo?" Pria itu terkekeh pelan, karena iya memang tidak ingat tentang Rania.

Rania mengangkat tangannya dan menunjuk jari manisnya, terdapat cincin tunangan. "Nih," kata Rania meyakinkan.

"Pfftt..." Al menahan tawanya. Bisa saja kan, Rania berbohong dengan membeli cincin sendiri dan mengaku cincin itu adalah cincin tunangannya dengan Al.

"Aku ada bukti kok," ucap Rania, membuat semuanya semakin menegang, terkecuali Zoni yang hanya tersenyum.

"Ran, mending lo pulang. Ini udah malem," ujar Claudi mencoba menghalang Rania yang ingin mengambil ponselnya ditas miliknya.

Rara menggigit bibir bawahnya, dia tak ingin, Al menganggap jika Rania benar-benar tunangannya. Dan itu akan mempersulit Rara untuk mendapat Al kembali.

"Ra, ayok bantuin gue bawa ondel-ondel ini keluar." Rara mengangguk setuju, lalu memegang lengan Rania untuk di bawa keluar.

"Ish, apa'an sih gue belum mau pulang. Tan, bilangin dong ke mereka." Rania meminta tolong kepada Ratna. Wanita paruh bayah itu hanya mengacuhkan bahunya bodo amat.

Rania berdecak sebal, iya kembali meminta bantuan terhadap Al. "Al, bantuin aku dong. Aku bakal buktiin ke kamu, kalo aku itu tunangan kamu," lirihnya membuat Al merasa iba padanya.

"Oke, kalau gitu buktiin sekarang. Claudi duduk, dan lo minggir," ujar Al keduanya pun duduk dikursi masing-masing.

Benar-benar sakit. Rara yang tadinya menangis dan bermohon-mohon di depan Al, tapi pria itu hanya cuek padanya. Sedangkan Rania, wanita itu hanya memohon dan langsung mendapat rasa iba dari Al.

Lagi-lagi Rara mencoba sabar. Mungkin ini salah satu perjuangannya, agar hubungan mereka bisa seperti dulu lagi. Iya menatap Rania, yang tengah tersenyum padanya. Tersenyum sinis.

"Mana? Katanya punya bukti?" kata Zoni, membuat Rania beroh ria dan meraih benda pipihnya itu.

"Ini. Ini foto waktu kita tunangan, bagus kan," senyum licik terbit dari bibir Rania.

Al menatap foto itu dari layar ponsel Rania. Dimana terdapat wanita yaitu Rania dan juga pria yang ternyata adalah dirinya sendiri, dengan memperlihatkan cincin tunangan yang melingkar ditangan mereka.

"Bener, ma?" tanya Al kepada Ratna yang sedari tadi memijit pelipisnya yang semakin mirgen akibat ulah Rania.

"Mmmm..." Ratna tak bisa menjawab apa-apa. Jika iya berkata tidak, Rania Pasti akan memaksa Al untuk mengingat kembali. Dan itu sangat bahaya untuk Al. Tetapi, jika iya membenarkan ucapan Rania, tentu saja ada hati yang akan hancur saat ini. Rara.

"Al tanya, ma. Emang bener kata dia?" tanya Al sekali lagi, membuat Ratna semakin bingung.

Iya menatap Rara yang seakan-akan mengisyaratkan 'it s ok'.

Ratna menghela napas kasar, dan mengangguk.
Melihat itu, membuat Rania tersenyum puas. "Nah, bener kan. Kita itu udah tunangan, Al," ucap Rania lembut, lalu menepuk pundak Al bahkan mengelusnya. Membuat Al bergidik ngeri dibuatnya, dia menepis tangan nakal Rania dan menatapnya tajam.

"Gue mana mungkin tunangan sama cewek cabe kayak lo. Dan kalau emang beneran, itu pasti karena gue buta. Nggak liat mana kristal, dan mana batu akik," ucapnya pelan. Iya tersenyum sinis, lalu menatap Rara yang ternyata tengah ditatap balik olehnya.

"Lo sama aja kayak dia, sama-sama ganjen." Jari telunjuknya menunjuk kearah Rara, wanita itu hanya menelan ludahnya kasar dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Kak!" tegur Claudi tak terima. Dia menatap sendu pada Rara yang hanya diam tak berkutik.

"Nggak usah belain dia, entar lo jadi ikut-ikutan ganjen." Mata Rara berkedip tak kuat menahan matanya yang kian memanas, dan tentunya cairan bening pun jatuh dari kelopak matanya.

"Al, kamu nggak boleh ngomong kayak gitu," ujar Ratna tapi Al tak mengubrisnya.

Rara mengangkat dagunya, lagi dan lagi dia tersenyum. Walaupun hatinya sangat sakit, dikatakan ganjen oleh pacarnya sendiri.

"Nggak usah senyum ke gue, itu nggak bakal mempan," ucap Al ketika mendapat senyum dari Rara. "Dan lo, mending lo jagain pacar ganjen lo itu, nggak cemburu apa? Punya pacar, tapi ngaku-ngaku kalo dia pacar gue, cih." Zoni hanya menaikkan satu alisnya. Menatap Rara yang ternyata belum menyerah, dan lagi-lagi wanita itu hanya tersenyum.

Zoni menghela napasnya kasar. "Kalo gitu kita pulang dulu yah, tante. Permisi," ucap Zoni tanpa persetujuan dari Rara, pria itu malah menarik lengannya. Belum sempat berpamitan dengan cara sopan, dia sudah ditarik keluar oleh Zoni.

"Iihhh... lo ngapain sih bawa gue keluar? Kalo lo mau pulang, pulang duluan aja. Jangan ngajak-ngajak gue. Gu-"ucapannya terpotong.

"Gue cuman nggak mau, kalo lo tambah sakit hati sama ucapannya Al. Lo jangan bego dong, Al itu nggak inget bahkan nggak akan inget sama lo lagi," ujar Zoni yang mulai kesal dengan sikap Rara.

Sekarang mereka sudah ada diteras rumah Al. Rara mengepal kedua tangannya kuat-kuat, ketika mendengar ucapan Zoni tadi. "Gue ngelakuin ini, karena gue cinta sama Al. Walaupun gue harus berjuang sendiri, tapi gue tetep sabar sampai Al bener-bener inget gue, kalo dia itu pacar gue bukan lo. Dan hubungan kita bisa kayak dulu lagi, ngerti," jelas Rara.

Zoni mengacak rambutnya frustasi. "Oke, kalau lo masih pengen berjuang, disini ada gue yang bakal selalu ada buat lo. Lo tenang aja, ada gue. Gue bakalan tunggu lo, sampai lo bener-bener nyerah buat perjuangin cinta lo ke Al. Yah," ucap Zoni tersenyum hangat.

Rara membalasnya dengan senyum tipisnya. "Bantu gue yah," katanya lembut.

"Gue bakal bantuin lo, dan kalo emang Al bener-bener nggak bisa inget lo. Lo janji harus nyerah dan lupain dia," ujar Zoni membuat Rara mengangguk walau sedikit ragu.

"Kali gitu gue anter lo pulang." Rara kembali mengangguk dan masuk kemobil yang sudah dibukakan pintu oleh Zoni.

¤¤¤

Sekarang Al sudah ada di dalam kamarnya dan ondel-ondel Rania, wanita itu sudah pulang. Al terbaring diatas kasur dan menatap langit-langit kamarnya. Iya mengambil ponsel miliknya yang baru dibelikan oleh Ratna. Sebab, ponsel lamanya sudah hilang akibat tabrakan itu.

Al mengerutkan keningnya, ketika satu notifikasi masuk dipesan WA.

Besok gue jemput lo ke sekolah yah:)
By : Rara cantik

Al memutar bola matanya malas. Dia langsung menaruh kembali ponselnya dan berjalan masuk ke kamar mandi.

Bersambung...

ALRARA [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang