Malam ini Rara telah tampil perfect, untuk menghadiri makan malam bersama keluarga Al. Dress biru dengan rambut yang disanggul, menambah keanggunan wanita tersebut. Bibir tipisnya tampak terlihat indah dengan lipstik pink natural itu. Selang beberapa waktu, terdengar klakson motor di depan rumah Rara. Tanpa berlama-lama iya pun keluar dari kamar, lalu membuka pintu depan rumahnya.
Kayaknya Al udah dateng
batin Rara."Ra!" ucap seseorang dari luar gerbang.
"Zoni? Lo ngapain malam-malam kesini?" tanya Rara dengan kerutan dikeningnya.
"Gue kesini mau buktiin ke elo, tentang omongan gue kemarin. Gue udah punya bukti, siapa yang nabrak sahabat lo. Lo bisa liat, nih." Rara pun mendekat dan membuka gerbang tersebut. Pria itu mengeluarkan benda pipihnya, dan memutar video dari ponsel miliknya.
Flashback on.
Siang itu seorang pria berjaket hitam, tengah mengamati seseorang dari kaca jendela pemilik rumah itu. Pria itu bernama Zoni, iya mengendap-ngendap dari Jendela rumah Al. Jendela tersebut sedikit terbuka, sehingga Zoni dapat mendengar ataupun melihat apa yang dilakukan oleh Al malam itu.
Selang beberapa waktu, terdengar suara mobil dari depan rumah Al. Mobil Avansa berwarna hitam dengan tiga orang lelaki dewasa turun dari mobil itu. Dengan cepat Zoni bersembunyi dibalik pohon mangga dekat rumah Al, sedangkan Al berlari keluar menemui tiga lelaki tersebut.
Karena Zoni tak cukup mendengar pembicaraan mereka, iya pun mendekat perlahan-lahan dan mencari tempat bersembunyi. Ketiga pria tersebut tampak seperti orang suruhan, semuanya memakai jaket hitam persis dengan Zoni lalu memakai topi bisbol hitam.
Melihat mereka sedang mengobrol, Zoni diam-diam langsung merekamnya dengan ponsel miliknya.
"Gimana, kalian udah hapus semua bukti-buktinya?" tanya Al kepada mereka bertiga.
"Sudah. Bahkan mobil putih lo juga udah kita hancurin, jadi penabrakan yang bokap lo lakuin. Nggak akan ada yang tahu," ucap salah satu dari mereka.
"Jadi... yang nabrak Devan, bukan Al tapi bokapnya," gumam Zoni lalu kembali fokus memperhatikan mereka.
"Bagus kalau gitu, ini bayaran buat kalian." Al mengulurkan sejumlah uang kepada mereka.
"Thanks bro, kalau ada kerjaan kabarin kita lagi." Al hanya mengangguk dan mereka pun masuk kembali kemobil berlalu pergi.
Pada saat Zoni mematikan rekaman tersebut, seorang wanita dengan piyama merah datang menghampiri Al.
"Kak, gimana? Bukti kalau papa yang udah nabrak sahabat Rara, udah diberesin?" tanya Claudi kepada Al yang berjalan masuk keteras rumahnya.
"Semuanya udah beres, dan gue yakin Rara bakalan nggak dapat bukti apapun. Mobil yang papa bawa waktu itu, udah dihancurin," jelas Al, Claudi hanya mengangguk paham.
"Tapi, aku jadi kepikiran deh gimana kalo Rara sampe tau yang sebenarnya dan dia bisa marah sama aku. Apalagi kan, yang nabrak sahabatnya itu papa, dia pasti nggak bakalan maafin aku."
"Maka dari itu gue nyuruh orang buat hapus semua bukti-bukti, gue juga nggak mau kalo Rara jadi benci sama gue ataupun sama lo." Setelah lama mengobrol, Al dan Claudi pun masuk kerumahnya, sedangkan Zoni berhenti merekam lalu pergi dengan motornya.
Flashback on.
Seusai melihat video tersebut, Rara terdiam dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Iya tak menyangka bahwa orang yang iya sayang, telah menyembunyikan pelaku penabrakan Devan. Rara sangat kecewa dengan Al dan juga Claudi.
Al? Claudi? Kalian jahat sama gue?
Kalian udah bohong sama gue, hiks
Melihat Rara yang sangat terpukul, pria itu langsung menenangkan Rara.
"Ra, lo yang sabar. Di sini ada gue yang selalu ada buat lo. Gue bakalan jagain lo, bahkan gue bisa lebih baik dari pada Al," ucap Zoni mencari kesempatan. Rara tak menjawab, dia hanya terdiam tak percaya dengan apa yang dilakukan Al dan Claudi padanya.
Tiba-tiba suara bariton mengagetkan mereka berdua.
"Ra!" teriak pria itu yang ternyata adalah Al.
Al turun dari mobilnya, lalu mendekat menghampiri Rara dan Zoni.
"Eh, Zoni! Lo ngapain kesini?" tanya Al dengan polos.
Zoni tak mengubris ucapan Al, dia hanya menatap Rara yang tengah mengepal kedua tangannya kuat-kuat.
"Ayok, Ra. Mama sama Claudi udah nungguin kamu di rumah," kata Al sembari memegang lengan Rara, tapi wanita itu dengan cepat menarik kembali lengannya.
"Gue minta lo pergi dari sini," ucap Rara pelan dan penuh penekanan.
Al mengerutkan keningnya. "Loh? Kenapa, Ra? Kita kan udah janji buat makan malam dirumah, lo lupa?" tanya Al.
Karena sudah tak tahan, Rara langsung melupakan emosinya dengan kata demi kata.
"Udah? Lo nggak usah pura-pura lagi sama gue! Gue udah tau semuanya! Gue udah tau, kalo yang buat sahabat gue meninggal itu, bokap lo! Dan lo, lo nyoba nyembunyiin ini semua! Gue benci sama bokap lo! Gue benci sama adik lo! Dan gue paling benci sama lo! Bisa-bisanya lo rahasiain ini semua dari gue! Hiks" Air mata Rara pecah detik itu juga. Napasnya mulai tak beraturan akibat emosinya terhadap Al.
"Gu-" Belum selesai berbicara, ucapannya terpotong oleh Rara.
"Lo nggak perlu ngelak ataupun jelasin semuanya! Gue udah tau! Gue liat di depan mata gue sendiri, Devan ditabrak sama mobil! Tapi bokap lo? Bokap lo malah pergi gitu aja, ninggalin Devan dijalannan tanpa ada tanggung jawab sekalipun! Gue benci sama lo dan keluarga lo!" Rara berlari masuk kerumahnya meninggalkan Al dan Zoni diluar.
Al mengacak-acak rambutnya frustasi, sedangkan Zoni tersenyum sinis dan pergi meninggalkan Al sendiri.
"Ra! Gue mohon, lo denger penjelasan dari gue dulu! Bokap gue udah masuk penjara! Jadi, dia udah nanggung semua hukumannya! Ini bukan salah gue atau pun salah Claudi! Gue cuman nggak mau, lo jadi benci sama gue dan juga Claudi! Gue mohon lo maafin gue, Ra! Rara!" teriak Al dari depan pintu rumah Rara. Namun, wanita itu tak kunjung membuat pintu.
Leon dan juga Frita sudah pergi ke bandung tadi pagi, jadi Rara hanya mengurung dirinya di dalam kamar sendirian. Tanpa menghiraukan Al yang berteriak memanggil-manggil namanya dari luar.
Wanita itu menangis sesegukan diatas kasur dengan posisi tengkurap. Iya menghapus air matanya dengan kasar.
"Maafin gue, Dev hiks" gumam Rara.
"Gue benci sama lo Al! Gue benci sama keluarga lo!" kata Rara seraya memukul-muku bantal gulingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRARA [ END ] ✓
Teen Fiction📌 BELUM REVISI "Diem atau gue tendang?" -Al "Pantang menyerah, sebelum disayang."-Rara Berkisah tentang seorang pria yang awalnya dingin, cuek, kini berubah menjadi BADBOY dan BUCIN terhadap wanita yang bernama Rara. Alfareza Putra Ramadan. Pria di...