Happy Reading❤
"Siapa yang datang, Ra?" tanya Frita menghampiri Rara yang telah berdiri, disusul pula oleh Ira dan Leon.
Kok mereka tau gue di sini?
batin Rara.Rara tak menjawab pertanyaan Frita, dia hanya terdiam menatap mereka yang berlari menghampiri Rara.
"Assalamualaikum," ucap Al dan juga Claudi dengan baju yang sudah basah.
"Waalaikumsalam," sahut mereka serentak kecuali Rara.
Wanita itu mengepal kedua tangannya, rahngnya mulai mengeras, serta kedua matanya mulai memanas. Alasan iya ke Bandung untuk menjauh dengan mereka, tetapi sekarang mereka sudah ada di depan matanya.
"Maaf kalian siapa ya?" tanya Frita dengan lembut.
"Saya Al dan ini adik saya Claudi. Kami temennya Rara di Jakarta," ucap Al yang telah ditatap tajam oleh Rara.
"Pergi kalian," usir Rara dengan suara dingin.
"Kenapa Ra? Mereka kan temen kamu, kok diusir?" heran Ira tak tahu apa-apa.
"Nek, mereka anak pembunuh. Devan meninggal karena papa mereka, mereka pembunuh nek, hiks" lirih Rara yang sudah tak tahan menahan isaknya.
Rasanya sakit dikatakan anak pembunuh. Itu yang Al dan Claudi rasakan, tapi iya harus kuat. Ini tak sebanding dengan apa yang dirasakan Rara, kehilangan orang yang kita sayangi untuk selamanya.
"Ma-maksud kamu apa, Ra?" tanya Frita sedikit tak percaya.
"Devan jadi korban tabrak lari, dan pelakunya adalah papa mereka hiks. Dan asal tante tau, mereka udah bohongin Rara dengan nutupin kesalahan papa mereka hiks." Al dan Claudi hanya menunduk, membiarkan Rara mengeluarkan emosinya.
"Mending kalian pergi! Dan jangan pernah temuin gue lagi!" Suara Rara semakin lantang diikuti dengan derasnya hujan.
"Sabar Ra, lo jangan emosi kayak gini," ujar Leon mencoba menenangkan Rara.
"Aku bakal jelasin semuanya, Ra." Al meraih kedua tangan Rara, tapi langsung Rara menepisnya.
"Penjelasan apa lagi? Semuanya udah jelas, Al! Bokap lo udah bunuh Devan, sahabat yang paling gue sayang," ucapnya dengan penuh penekanan.
Claudi melangkah lebih dekat Rara. "Gue mohon, Ra. Dengerin penjelasan kita dulu, gue mohon dengerin dulu." Claudi memohon-mohon dengan kedua telapak tangannya merapat.
"Kalo kalian nggak mau pergi, gue yang pergi!" Rara berlari menerobos hujan deras itu tanpa mendengar teriakan yang memanggilnya.
Dengan cepat Al mengejarnya. "Ra! Rara!" teriak Al dengan langkah kakinya yang semakin besar.
Brukk
"AL!!"
Darah kental kini bercucuran diaspal bercampur dengan air hujan. Pria itu mengeluarkan darah dibagian kepalanya, yang telah tergeletak dengan mengenaskan.
Rara membengkap mulutnya tak percaya, untuk kedua kalinya iya menyaksikan tabrakan tepat di depan matanya. Bedanya, sekarang iya yang diselamatkan oleh Al dari mobil itu.
¤¤¤
"Keluarga Al?" panggil dokter berhijab itu, yang baru keluar dari ruangan Al.
"Saya dok, saya mamanya. Bagaimana keadaan putra saya?" ucap Ratna baru saja datang dan menyusul mereka ke rumah sakit.
"Begini bu, akibat benturan yang sangat keras dikepala Al. Serta ada saraf yang rusak, kemungkinan beliau hilang ingatan," kata dokter sedikit tak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRARA [ END ] ✓
Teen Fiction📌 BELUM REVISI "Diem atau gue tendang?" -Al "Pantang menyerah, sebelum disayang."-Rara Berkisah tentang seorang pria yang awalnya dingin, cuek, kini berubah menjadi BADBOY dan BUCIN terhadap wanita yang bernama Rara. Alfareza Putra Ramadan. Pria di...