Bab 32

4K 386 84
                                    

• Uchiha Sasuke •


Kubuka mata dan langsung mengerang, karena lenganku kesemutan. Rasanya ada jutaan jarum menusuk secara bersamaan di sana. Lenganku terjebak di bawah tubuh Sakura, sepertinya semalam dia menggeser posisi dan merebahkan kepalanya di pundakku. Kucoba menarik lengan dari bawah tubuhnya dengan lembut dan dia berguling dariku. Aku menghela napas lega, lalu duduk sambil meregangkan bahu dan lengan agar sirkulasi darah kembali lancar.

Kubuka selimut, kamar ini sangat panas. Entah kenapa Ayah mengatur suhu ruangan seperti neraka. Aku masih mengenakan celana jeans, aku tidak repot-repot menggantinya sebelum tidur, dan sekarang aku berkeringat. Aku berdiri, kuregangkan punggung dan lenganku lagi, lalu berjalan ke lemari. Kubuka laci tengah dan mengeluarkan celana piyama. Setelah celana terpasang, aku duduk dengan pelan di ujung tempat tidur, menatap Sakura. Dia sekarang meringkuk dengan bantal, memeluknya erat. Selimut sudah jatuh sampai ke pinggang Sakura, memperlihatkan punggung polosnya. Kutatap sejenak, ada tonjolan-tonjolan kecil di sepanjang tulang belakangnya, dan sisi payudara sebelah kanannya pun terlihat. Sakura sangat cantik dan aku kecewa dia tidak bisa lihat kenyataan itu. Ada rasa takut, gugup, dan rendah diri saat dia bertelanjang dada untukku. Aku tidak bodoh; aku tahu itu masalah besar buatnya. Aku tahu akulah orang pertama yang melihat payudaranya. Dan sialnya, buah dada Sakura luar biasa. Sangat proporsional, lebih sedikit dari segenggam tanganku, cukup untuk kutangkup, remas, dan cumbu. Aku seperti bocah yang tak berpengalaman, seakan baru pertama kali membelai payudara, tapi jujur aku tak pernah betul-betul memerhatikan buah dada seseorang sebelumnya. Aku tipe pria yang masuk, ambil yang kumau, dan keluar begitu saja, terkadang aku memang meremas atau mencubit payudara lawan main, tapi ada sesuatu tentang payudara Sakura yang menarik minatku. Payudara Sakura begitu sintal, areolanya merah jambu, warnanya hampir sama dengan rona wajahnya. Putingnya menakjubkan dan sangat responsif saat kusentuh, mencuat seketika.

Bagian tubuh Sakura yang lain juga sama menakjubkannya, aku tidak bohong. Aku suka perutnya, karena lembut dan ramping, ada sesuatu mengenai pusarnya yang membuatku terpesona. Dan kulit Sakura begitu halus dan mulus, rasanya agak asin saat kujilat. Tidak kulepas celana Sakura, karena aku berusaha membuat aktivitas kami terasa lebih nyaman untuknya, aku tak ingin langsung mengeksposnya. Aku tak ingin memaksa Sakura terlalu cepat. Sejujurnya, jika aku lepaskan celana dalam Sakura, aku takut takkan bisa menahan diri. Aku tahu Sakura belum siap untuk itu, jadi aku bermain aman dan cuma memasukkan tangan saja ke celana dalamnya. Dan sungguh, gundukan miliknya di bawah sana sudah basah kuyup, Sakura begitu terangsang. Aku tak kuasa menahan diri, ingin terus mengusapnya. Aku ingin menempelkan hidungku ke klitoris Sakura dan menghirup wanginya di bawah sana, mengeluarkan lidahku untuk merasakan kelembapannya, itulah sebabnya aku berupaya Sakura tetap pakai celana. Sakura sungguh harum, dan aku masih bisa mencium cairan gairahnya di tanganku.

Dan hanya Tuhan yang tahu, seluruh anggota tubuh Sakura merespons sentuhanku dengan sempurna. Tubuhnya jadi sangat hangat dan aku makin bersemangat ketika melihat kulitnya memerah dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sakura menggeliat dan terus menggeliat, pinggulnya mulai membuat gerakan melawan tanganku, membuatku terpesona dengan keberaniannya. Sakura mengeluarkan suara serak yang erotis, rintihan dan desahannya terdengar pelan. Suara-suara itu langsung menuju ke kemaluanku yang berdenyut di luar kendali, terasa sangat keras hingga mengeluarkan sedikit cairan sperma, tapi aku berusaha mengabaikannya karena itu bukanlah tentang aku. Itu tentang gadisku, itu tentang kenikmatannya. Dan sepertinya aku tak bisa berhenti mencium Sakura, menjilati kulitnya dan menyentuhnya, aku hanya ingin merasakan setiap inci kulit Sakura yang terbuka, yang bisa masuk ke mulutku.

Namun, tak ada yang mampu mengalahkan indah pemandangan saat Sakura mengalami orgasme pertamanya. Itu mengejutkan, tubuh Sakura menegang dan kemudian mulai gemetaran. Sakura melengkungkan punggung dan sepertinya ada momen beberapa detik Sakura jadi lumpuh sebelum dia melenguhkan erangan parau. Suaranya keras, lebih keras dari yang kuduga, dan langsung kucium bibirnya, berusaha meredam suara itu karena ada orang-orang brengsek di lantai bawah kami. Aku bodoh melakukan hal ini saat Ayah di rumah dan besar kemungkinan masih bangun, tapi aku tidak memikirkannya saat itu, yang kupedulikan hanyalah membuat Sakura merasakan kenikmatan. Dan aku tidak mengira suaranya akan sekeras itu. Dan suara itu membuatku tercengang, membuatku menggigil, dan aku terus membantu Sakura keluar dari fase orgasme yang memabukkan itu dengan belaian lembut.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang