Epilog

6.3K 373 240
                                    

• Haruno Sakura •

“Sungguh, tidak perlu sampai begini,” gerutuku, membungkuk di kursi mobil sambil menatap ke luar jendela yang berwarna gelap. Gedung-gedung berlalu dengan kecepatan konstan saat kami lewati jalan raya, pemandangan tampak kabur dalam kelam.

“Tuan Uchiha tidak setuju, Nona,” kata pria di kursi depan dengan sopan.

“Bicara begitu formal padaku juga sebetulnya tidak perlu,” kataku sambil melirik pria yang mengemudikan mobil itu. Dia perhatikan aku lewat kaca spion, tampak gugup. Aku belum pernah melihatnya dan jelas dia baru dalam hal ini, tak ingin merusak kesempatan pertama untuk membuktikan diri. Ini tugas pengantaran Kargo Berharga – mereka menyebutnya begitu – dan hanya diberikan pada pengemudi yang paling dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Itu istilah yang biasanya diperuntukkan bagi selebriti dan politisi, tapi mereka tampaknya juga menempatkan Yakuza dalam kategori yang sama. Menurutku itu masuk akal, mungkin mereka takut akan ada balasan jika terjadi sesuatu yang tidak beres, tapi aku masih bingung kenapa aku juga termasuk dalam kategori itu.

“Maaf, Nona,” jawabnya, suaranya rendah saat mengalihkan pandangan. Aku tersenyum lembut saat kembali melihat ke luar jendela, ironi situasi ini sama sekali tak luput dari perhatian.

Sungguh menakjubkan betapa banyak yang berbeda, hidup kami berubah dengan cara yang tak pernah terbayangkan. Sering kupikirkan semua yang terjadi hingga membawa kami ke sini, bagaimana jadinya jika keadaan berbeda. Aku tahu itu tidak masuk akal, karena tak mungkin untuk kembali dan mengubah apa pun, tapi terkadang aku masih bertanya-tanya. Tak peduli berapa kali aku merenung, sepertinya aku selalu kembali pada satu peristiwa yang jadi awal dari segalanya — pembunuhan kakek-nenekku Nishino Asura dan Nishino Hanako pada musim dingin tahun 80-an.

Kakek-nenek – sepertinya aku takkan pernah terbiasa mengucapkannya. Aku tidak pernah menganggap siapa pun diluar ibuku sebagai keluarga, tak mau mengakui Keluarga Haruno, tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai mempertanyakan banyak hal. Sasuke menawarkan diri untuk menjelaskan apa yang dia ketahui, dia janji akan lebih terbuka padaku, tapi pada akhirnya Paman Kakashi-lah yang mengatakan hal sebenarnya. Paman Kakashi menceritakan semua yang dia ketahui tentang Keluarga Nishino, menyampaikan cerita yang dia dengar tentang tipe orang seperti apa mereka dulu. Mereka adalah keluarga yang kuat, penuh kebanggaan, dan terlepas dari keterlibatan Asura dengan Yakuza, dia tampaknya orang yang baik. Paman Kakashi berkata mereka sangat gembira dikaruniai anak perempuan dan memanggil ibuku 'Akane', nama itu berasal dari nama nenek buyutku, Akina. Aku sangat terkejut mendengar kisah awal mula ibuku, dan baru tahu ternyata Ibu dulunya sungguh diinginkan … sungguh disayangi.

Paman Kakashi menjelaskan apa yang telah dilakukan Danzo, mulai dari merencanakan kematian kakek-nenekku hingga menutupi jejaknya, dan itulah momen yang jadi penentu dalam hidup kami semua. Kejadian itu memiliki efek domino, akibatnya masih terasa beberapa dekade kemudian. Jika Danzo tidak membuat keputusan itu, ibuku akan punya kesempatan untuk tumbuh dewasa dengan hak istimewa. Ibu akan pergi ke sekolah, berteman, kuliah, dan berkarier. Akan ada acara menginap di rumah teman, pesta ulang tahun, punya kekasih dan berkencan. Ibu takkan menanggung penderitaan yang disebabkan oleh Keluarga Haruno, dan jika Ibu tidak berada di sana ketika Keluarga Uchiha berkunjung, Bibi Mikoto juga masih akan hidup. Sasuke tidak akan menyaksikan pembunuhan ibunya, dan Paman Fugaku tidak akan kehilangan istrinya. Mereka akan tetap bersama dan utuh, bukan orang-orang yang hancur karena kematiannya.

Seandainya Asura dan Hanako hidup, semua orang akan bahagia.

Semuanya masuk akal bagiku, tapi Sasuke melihat ada kesalahan dalam logikaku itu — jika mereka tidak meninggal, aku takkan pernah dilahirkan. Sasuke berkata meskipun ibuku tidak memiliki apa pun, tapi Ibu memiliki aku, dan Sasuke yakin Ibu takkan sudi menukarku dengan apa pun. Aku tahu kenapa Sasuke berpikir begitu, tapi terkadang tetap saja aku membayangkannya, terutama saat-saat seperti ini ketika aku berkendara di jalanan Tsurui naik limusin. Seandainya satu tindakan berbeda dilakukan, satu keputusan tidak jadi dibuat, bisa saja ibuku yang disopiri, bukan aku.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang