Bab 55

2K 269 62
                                    

• Haruno Sakura •

Aku menarik diri dari pelukan Sasuke, berhati-hati agar tidak mengganggu tidurnya, lalu duduk. Kulirik alarm di samping tempat tidur, angka-angka berwarna merah dan menyala terang itu menunjukkan sekarang pukul enam pagi. Sasuke bergerak dalam tidur dan berguling menjauh dariku, menggerutu sesuatu yang tidak jelas. Aku duduk diam sejenak, mengamati punggungnya yang bergerak ditiap tarikan napasnya, tato di kulitnya yang pucat tampak menonjol, bahkan dalam gelap. Tumpukan selimut ada di ujung tempat tidur setelah kami menendangnya tadi malam, membuat tubuh kami berdua benar-benar terbuka. Mataku menelusuri tubuh Sasuke yang kencang. Kami berdua masih telanjang karena kami langsung tidur setelah bercinta.

Tadi malam berbeda. Memang ada gairah dan cinta yang sama seperti biasa, tapi tadi malam lebih intens. Keinginan untuk bersama Sasuke tampaknya mendorongku untuk maju mengklaim dirinya dan diklaim olehnya. 36 jam sebelumnya adalah saat-saat yang emosional dalam hidup; pikiranku kemana-mana. Saat kami menginjakkan kaki di rumah, kulihat Tuan Hatake Kakashi berdiri di serambi rumah Uchiha, semuanya jadi campur aduk. Ketakutan akan masa lalu dan harapan untuk masa depan saling bertabrakan dan hampir menghancurkanku. Aku tahu dia akan datang dan aku tahu persis siapa dia. Aku ingat dia karena dia berkunjung ke Jōmae secara berkala, aku ingat dengan jelas caranya memandang dan nada suaranya. Aku sudah berusaha mempersiapkan diri untuk ini, sama seperti Sasuke yang telah melakukan semua cara agar aku baik-baik saja, tapi tak ada persiapan yang bisa menangkal perasaan itu.

Saat berhadapan langsung dengannya, aku nyaris panik, tapi Sasuke memelukku dari belakang. Secara fisik, aku masih tetap berdiri dengan kedua kaki, tapi pada saat itu sesungguhnya yang benar-benar membuatku tetap tegak adalah Sasuke. Rasa aman dalam pelukannya, rasa aman saat mendengar bisikannya - itulah yang membuatku tetap tegar. Sasuke bilang dia mencintaiku dan aku tidak perlu khawatir, karena cintanya akan melindungiku. Itu pernyataan yang sangat sederhana, tapi ketika dia mengucapkannya, aku merasakannya. Pelukan Sasuke selalu membuatku merasa aman, tapi perasaan itu lebih kuat sekarang. Ada sesuatu di dalam diri, kombinasi dari ketakutan dan harapan yang membuatku merasa bahwa pada saat itu - berdiri di depan pria seperti Tuan Hatake Kakashi - aku baik-baik saja, karena aku telah selamat. Dan ketika Sasuke mengucapkan kata-kata, "Ini kekasihku. Sakura," aku tersadar. Kutatap mata Tuan Hatake Kakashi yang tanpa emosi itu, kuserap energi yang mengalir di diri.

Kekuatan.

Ketakutan dan harapan muncul saat masa lalu dan potensi masa depan bertemu di masa sekarang. Pada saat itu, aku merasa kuat. Aku merasa berani. Aku merasa mungkin, mungkin saja, aku pantas mendapatkannya. Mungkin aku akhirnya pantas memiliki harapan. Mungkin aku pantas untuk memiliki masa depan. Dan, terlepas dari apa yang dikatakan Dokter Fugaku, mungkin aku berharga. Karena pada saat itu, aku merasa berharga.

Aku berharga.

Itu sama sekali tidak menghilangkan rasa takut, tapi aku cukup kuat untuk mengulurkan tangan pada pria yang menyebabkan ketakutan itu. Aku jadi ingin berdiri dengan kedua kakiku sendiri, tanpa harus bergantung pada pelukan Sasuke. Walaupun aku mencintai dan percaya pada Sasuke, tapi pada saat itu aku merasa aku perlu mencintai dan percaya pada diri sendiri. Aku bahkan berani memanggil Tuan Hatake Kakashi dengan sebutan Paman Kakashi seperti yang lain.

Bohong jika aku bilang perasaanku lega dan aman-aman saja setelah pertemuan itu. Paman Kakashi masih membuatku takut, sama seperti ada bagian dari diriku yang terus takut pada Dokter Fugaku. Tapi takkan kubiarkan rasa takut itu mengambil alih. Dokter Fugaku telah mengendalikan aku secara fisik, tapi dia tidak mengendalikan siapa aku yang sebenarnya, dan takkan kubiarkan Paman Kakashi menghancurkan aku yang sekarang ini.

Kesadaran itu sungguh intens. Aku tidak mengatakannya secara lantang pada Sasuke, aku bahkan tidak yakin itu perlu. Itu telah mengubah sebagian dari diriku, seperti yang kurasakan dalam diri ini selama 36 jam terakhir. Itu memperkuat harapanku untuk masa depan dan membuat cinta yang kurasakan untuk Sasuke makin besar. Pergi ke sekolah dan melihat Itachi dan Naruto lulus hanya memperkuat perasaan itu. Mendengar pidato yang disampaikan guru tentang bayangkan masa depan dan jalani apa yang diinginkan, jangan dengarkan harapan dari orang lain dan temukan hasrat sendiri sungguh luar biasa. Untuk pertama kalinya, aku benar-benar dapat melihatnya.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang