Bab 15

6.2K 757 93
                                    

• Uchiha Sasuke •

"Aku mau mandi. Jika Izumi datang, bilang padanya untuk ke atas," kata Itachi, berdiri dari sofa. Aku mengangguk sekali agar dia tahu aku mendengarnya. Aku sedang sibuk dengan laptop, mengunduh lagu untuk dimuat ke dalam iPod.

Kurang dari semenit setelah Itachi naik tangga, kudengar ketukan di pintu depan. Aku tidak mau repot-repot membukanya, karena aku yakin itu cuma Izumi. Tak lama kemudian, pintu depan terbuka dan dia berjalan masuk. Aku mendongak, menaikkan sebelah alis. Izumi basah kuyup karena hujan, dan dia cemberut menatapku.

"Itachi bilang Sakura sakit," katanya.

"Ya," gumamku, kembali melihat layar laptop. "Radang saluran pencernaan atau semacamnya." Ayah bilang dia menemukan Sakura terkapar di lantai kamar mandi setelah muntah hebat, Sakura harus tetap istirahat hari ini. Ayah meminta kami untuk meninggalkan Sakura sendiri dan jangan minta tolong apa pun padanya. Aku memang tidak berniat memintanya mengerjakan sesuatu, aku bisa cari makan sendiri, tapi aku kecewa karena tidak akan bisa melihatnya sepanjang hari ini.

"Itachi sedang mandi, dia bilang naik saja ke kamarnya," kataku setelah beberapa saat kemudian, melirik Izumi. Dia menghela napas dan mengangguk, lalu berbalik hendak menuju tangga. Kualihkan perhatian kembali ke layar, laptopku tiba-tiba berbunyi. Aku menghela napas, memutar mata ketika melihat pesan dari KcSamui34.

KcSamui34: Sdg ap?

'Menggerayangimu jika kau bisa datang ke sini dalam waktu 10 menit,' balasku. Aku kembali ke aplikasi musik dan setelah beberapa saat kemudian, laptopku berbunyi lagi.

KcSamui34: hehehe

Aku memutar bola mata. Tidak ada yang bilang Samui itu seorang intelektual.

KcSamui34: U bnr2 mw ak dtg?

Aku mengerang, lalu menggeleng. Aku benci menulis pesan, karena para jalang ini tidak mampu mengetik dengan benar dan tidak ingat ada huruf vokal sebagai pelengkap konsonan.

'Ya,' balasku pendek. Aku keluar dari program percakapan dan menghubungkan iPod ke laptop untuk memuat lagu. Setelahnya, aku berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Aku tegang, tubuhku butuh semacam kenikmatan. Tugas sekolah membanjiri, ulangan hampir tiap hari dalam minggu ini, dan latihan football begitu melelahkan. Sampai-sampai aku cuma punya sedikit waktu untuk mencari kesenangan. Ditambah lagi kejantananku terus-menerus keras selama seminggu ini, sejak malam di sofa itu ketika Sakura memijat punggungku. Tak peduli sesering apa aku masturbasi, penis ini tetap tidak mau santai seutuhnya, dan itu membuatku gila.

Kudengar kerikil berderak dan melirik ke luar jendela. Ada mobil kecil di luar sana. Aku langsung menyeringai. Kubuka pintu depan, memberi Samui isyarat agar dia masuk. Dia sudah berhenti di depan teras, namun masih saja menggunakan payung untuk berjalan ke teras. Oh Tuhan, bahkan Izumi saja tidak peduli dengan hujan. Aku tidak paham dengan jalang yang satu ini - nanti aku juga akan mengacak-acak rambutnya dan membuatnya basah kuyup karena keringat.

Jujur saja, aku merasa seperti sampah, karena telah membawanya ke rumah saat ada Sakura di sini. Tapi sekarang sedang hujan, tidak mungkin aku bersanggama di luar. Yang pasti, mobilku bukan tempat untuk berhubungan badan, dan aku lebih baik mati daripada naik ke mobil Samui, jadi pilihan satu-satunya cuma di rumah untuk saat ini.

Kuharap Sakura tidak akan pernah tahu, dia sakit dan sedang berada di kamar. Aku hanya perlu meredam kebisingan yang dibuat Samui.

Entah kenapa aku jadi gundah ada Sakura di rumah saat mengundang seorang perempuan. Aku tidak pernah peduli sebelumnya. Bahkan aku biasa-biasa saja saat Ayah dengar aku menggerayangi seorang gadis.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang