Bab 33

3.8K 385 79
                                    

Haruno Sakura •

Cepat-cepat aku menyelinap ke kamar, pintu tertutup lebih keras dari perkiraan. Aku bersandar, memejamkan mata dan mendesah. Aku merasa seperti orang bodoh saat keluar dari ruang keluarga, sungguh menyedihkan dan lemah, dan bahkan tak bisa kubayangkan apa yang dipikirkan Sasuke di bawah, bagaimana perasaannya terhadap reaksiku.

Ucapan Ino begitu membuatku terguncang. Dia tidak bicara banyak, tapi tetap saja menyakitkan. Ino mengisyaratkan bahwa Sasuke punya begitu banyak pasangan, dan Sasuke memang pernah mengakui itu demikian, tapi ketika Ino yang bicara, dia membuat Sasuke tampak jauh lebih buruk. Ino membuat Sasuke tampak seperti orang jahat, membuat Sasuke terdengar seolah-olah dia hanya memanfaatkan aku saja seperti gadis-gadis lain, dan aku orang bodoh karena telah membiarkan Sasuke berada di dekatku. Dan aku tahu bahwa dengan memberikan hatiku, memberi jalan masuk ke bagian-bagian di diri ini yang selalu kututupi pada Sasuke bukanlah hal yang bijaksana, tapi aku percaya Sasuke takkan menyakitiku dengan sengaja. Namun, lain ceritanya jika disakiti secara tak sengaja. Kucoba untuk tidak memikirkan situasi "bagaimana jika," tapi Ino tetap melemparkan kemungkinan-kemungkinan itu ke mukaku. Bagaimana jika Sasuke sadar bahwa aku tidak cukup baik untuknya dan dia putuskan untuk kembali bersama gadis-gadis itu, karena aku tak sepadan dengan masalah yang akan muncul? Bagaimana jika Sasuke sudah bosan padaku, dan sesungguhnya yang dia cari hanyalah sensasi baru? Apa Sasuke akan berpindah ke lain hati dan meninggalkanku seperti dia meninggalkan gadis-gadis lain? Jangan sampai Sasuke berpikir aku tidak percaya dia mencintaiku, karena jelas ketika aku menatap matanya dia memang mencintaiku. Tapi apa cinta saja cukup bagiku untuk bisa menjaganya? Aku masih belum yakin.

Terdengar ketukan pelan di pintu tak lama kemudian, nyaris tak terdengar. Aku melompat kaget, memegang dada. Tanganku mulai gemetaran dan aku berbalik, mencengkeram kenop, lalu memutarnya perlahan. Ragu-ragu kubuka pintu, aku terkejut ketika berhadapan langsung dengan Ino. Kutatap dia sejenak, tertegun dan bertanya-tanya apa yang dia inginkan. Aku takut dia ada di sini hanya untuk mempermainkanku saja atau ke sini untuk bilang betapa bodohnya aku. Ino hanya berdiri diam sejenak, memelototiku, tidak mengatakan apa-apa dan itu membuatku cemas.

Ino menghela napas dengan keras, terdengar kesal, dan otomatis aku langsung mundur. Ino melangkah menuju ambang pintu dan aku beringsut dengan cepat saat dia berjalan ke dalam kamar. Ino hendak duduk di tempat tidur, tapi langsung membeku, dan kemudian cemberut entah kenapa. Ino menoleh ke arahku sambil mengangkat alisnya. "Kau belum meniduri Sasuke di sini, bukan?" tanyanya. Aku terbelalak kaget dengar ucapan Ino.

"Ah, maaf?" aku tergagap.

Ino memutar bola matanya dan mengerang, "Seks, Sakura. Kau belum pernah berhubungan seks dengan bajingan itu di ranjang ini, kan?" tanya Ino, mengklarifikasi ucapannya, tapi dia tampak kesal. Aku mengerti apa maksud Ino ketika dia pertama kali bertanya, aku hanya terkejut Ino menanyakan hal itu.

"Um, tidak. Maksudku, kami belum, itu ... jadi tidak, kami tidak melakukan apa-apa di ranjang ini," aku mengoceh. Ino menatapku sejenak, dia tampak tidak percaya sebelum mengalihkan pandangan kembali ke tempat tidur. Ino ragu-ragu sejenak, tapi dia akhirnya duduk dengan hati-hati di pinggir, seperti takut untuk menyentuh tempat tidur.

"Kau serius?" tanya Ino, berbalik ke arahku dan mengangkat alisnya. Aku mengangguk.

"Ya, Nona," kataku pelan, berpaling darinya dan menatap lantai. Aku tidak terlalu nyaman membicarakan hal ini, terutama dengan Ino setelah dia jelaskan kehidupan seks Sasuke dengan sangat jelas. Dia tertawa geli beberapa saat kemudian, dan aku meliriknya.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang