Bab 76

1.5K 237 201
                                    

• Uchiha Sasuke •

Aku gugup berdiri di luar gereja, bersandar di dinding samping menyaksikan kedatangan para tamu. Entah siapa saja yang akan datang, mengingat keluarga kami tak banyak yang tersisa dan Ino hanya punya kakek-neneknya saja, jadi aku terkejut melihat banyaknya orang yang telah berkumpul di dalam. Aku tidak kenal setengah dari yang hadir, ini agak menakutkan dan jadi pengingat bahwa aku sudah putus hubungan dari semua orang selama satu setengah tahun. Mereka melanjutkan hidup, bertemu orang baru dan teman baru, tapi aku tetaplah aku ... masih Uchiha Sasuke yang dulu.

Begitulah kelihatannya. Begitu banyak yang telah berubah dalam hidupku, tapi rasanya tak ada yang berbeda.

Kulirik arloji, beberapa menit menuju tengah hari. Ini hari yang panas di Tsurui, suhunya hampir 40 derajat, punggung sudah basah hingga kemejaku menempel di tubuh. Sungguh tidak nyaman dan aku gelisah, sempat terpikir untuk pergi saja meskipun nyatanya aku tidak bisa. Telah kukecewakan banyak orang, tapi jika aku kabur di hari pernikahan kakakku, itu akan jadi peringkat teratas dalam daftar orang-orang yang kukecewakan.

Sejujurnya, aku punya alasan lain untuk tetap di sini – alasan yang lebih egois. Itu sebabnya aku berdiri di luar dalam panas terik sambil memerhatikan semua orang yang datang, itulah kenapa jantungku berdetak tak tentu tiap kali ada mobil mendekat. Gugup juga jadi alasan kenapa aku berkeringat banyak, ditambah dengan mabuk yang masih terasa setelah minum vodka semalam suntuk. Aku berantakan, tapi aku berusaha tetap mengendalikan diri, tak mau retak di bawah tekanan.

Aku menghela napas, merogoh saku untuk mengambil botol kecil, kubuka tutupnya, lalu meneguknya. Cairan itu panas dan membakar tenggorokan, membuat dada ini terasa seperti dilalap api. Alkohol agak menenangkan urat saraf, sensasi terbakar ini mengalihkan perhatian cukup lama hingga aku mulai tenang. Aku minum lagi ketika namaku dipanggil, suaranya membuatku kaget sampai-sampai aku tersedak vodka. Aku batuk-batuk saat menutup kembali botolnya, terengah-engah berusaha mengatur napas.

“Ya?” tanyaku serak, kulihat Bibi Rin berdiri di sudut gereja, memasang ekspresi galak.

“Apa perlu bawa itu?” tanya Bibi Rin, menunjuk botol di tanganku. Aku memutar bola mata dan menyelipkannya kembali ke saku. “Pertama-tama, ini bahkan belum siang, dan kedua, kakakmu akan menikah! Memangnya pernikahan tampak sungguh traumatis sampai-sampai kau perlu minuman keras untuk melewatinya?”

“Maksud Bibi selain fakta bahwa aku mungkin tidak akan pernah menikah?” tanyaku, kalimat itu keluar begitu saja, bahkan sebelum aku sadar apa yang kukatakan. Dada ini makin sakit saat Bibi Rin kaget menatapku, tampaknya dia tidak mengira aku akan jawab demikian. “Ditambah lagi, aku akan masuk ke gereja. Aku sedang berusaha membuat badan ini mati rasa, jadi ketika petir menyambar, aku tidak kesakitan.”

“Jangan konyol,” kata Bibi Rin sambil berjalan ke arahku. “Jika petir akan menyambar seseorang di gereja, sasaran utamanya adalah ayahmu atau suamiku.”

“Apa mereka di sini?” tanyaku, mengangkat alis.

“Ayahmu? Dia ada di dalam bersama Naruto.”

“Tidak, bukan Ayah. Suami Bibi.”

“Oh,” kata Bibi Rin, tersenyum sedih. “Tidak, aku belum dengar kabar darinya hari ini. Entah dia akan datang tepat waktu atau tidak.”

“Apa Paman Kakashi masih bersamanya?”

“Bersama siapa?”

“Jangan perlakukan aku seperti orang bodoh, Bibi,” kataku. “Bibi tahu persis siapa yang kubicarakan.”

Bibi Rin ragu-ragu, menatapku waspada. “Apa yang membuatmu berpikir Kakashi sedang bersamanya?”

“Aku tidak berpikir, tapi aku tahu,” jawabku sambil menggelengkan kepala. Tak butuh waktu lama untuk mengambil keputusan setelah Paman Kakashi meninggalkan kelab Jumat malam. Saat Paman Kakashi berbelok ke jalan raya dan kalimatnya terngiang di kepala, aku bereaksi secara impulsif. Aku segera masuk mobil dan menyalakannya. Ban berdecit saat aku injak gas, aku melesat dari tempat parkir dan masuk ke jalan raya dalam hitungan detik.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang