Bab 77

1.8K 240 98
                                    

Haruno Sakura •

Saat ini aku berada tiga ribu kilometer dari pantai barat Hi no Kuni menuju pantai timur, mungkin kurang, tergantung dari mana kau memulai dan di mana kau berencana untuk mengakhiri. Sungguh mengejutkan, karena rasanya lebih jauh dari itu, rasanya aku sudah membelah dunia. Jika terus berkendara, kau dapat melakukan perjalanan itu kurang dari 48 jam, tapi kenyataannya memakan waktu dua kali lebih lama. Namun, itu tidak masalah ... karena pada akhirnya kau bisa berdiri di seberang lautan, menatap dunia dari sisi berbeda dalam waktu kurang dari satu minggu.

Kedengarannya seperti hal yang kupelajari dari acara kuis, tapi untuk kali ini aku benar-benar menemukan dan mengalami informasi itu secara langsung. Perjalananku memakan waktu lebih lama. Hampir tiga bulan tepatnya. Tiga bulan mengemudi, mengembara ... tiga bulan mencari.

Setelah Tenten tutup telepon malam itu di Nagi, kuhubungi Paman Kakashi dengan panik. Aku takut Tenten akan melibatkan polisi, aku tahu dia khawatir, tapi aku tidak bisa jelaskan apa yang sedang terjadi padanya. Buru-buru kuceritakan pada Paman Kakashi, dia perintahkan aku untuk duduk diam dan tidak membukakan pintu jika ada yang datang, selain dia. Polisi tak punya alasan untuk masuk dan aku tidak punya kewajiban untuk bicara dengan mereka, begitu jelas Paman Kakashi, jadi selama aku tetap tinggal di rumah, maka takkan ada masalah.

Aku meringkuk di ruang tengah, kuintip jendela, mencari tanda-tanda pengunjung, rumah betul-betul sunyi, hanya ada detak jam dinding seiring berjalannya waktu. Sebuah mobil bercat hitam berhenti di depan rumah sekitar pukul tiga pagi dan Paman Kakashi turun dari sana, dia lihat sekeliling dengan hati-hati. Kuamati mobil itu, bingung karena mobil itu tidak sama dengan yang sebelumnya Paman Kakashi kendarai. Aku jadi penasaran saat dia mengeluarkan beberapa kotak kardus dari bagasi mobil. Paman Kakashi mengetuk dan menjatuhkannya di lantai dekat pintu begitu aku membiarkannya masuk ke dalam rumah.

“Kemas barang-barangmu yang penting.”

Dahiku berkerut, aku bingung dan bolak-balik melirik Paman Kakashi dan kotak-kotak itu. “Kemas?”

“Ya, Sakura. Berkemaslah,” kata Paman Kakashi tidak sabaran. “Kau harus pergi dari sini secepatnya.”

Paman Kakashi tidak merinci, malah mengeluarkan ponsel dan menekan nomor selagi menungguku menjalankan perintah. Aku ragu-ragu, tapi kuambil sebuah kotak ketika dia sudah menatapku dengan kesal, kubawa ke ruang tengah. Kunyalakan lampu dan mulai menyimpan barang-barang sementara suara Paman Kakashi bergema di dinding. Kalimatnya terburu-buru dan tegang, semuanya dalam Bahasa Shiragi. Terkadang aku melompat kaget dengar nada suaranya, atau saat dia menyebutkan nama yang kukenal, tapi aku tidak mengerti konteks bicaranya, jadi aku tidak tahu apa yang Paman Kakashi obrolkan. Tapi itu membuatku takut, karena aku dengar nama Tenten dan Neji, dan lebih dari sekali Paman Kakashi mengucapkan nama Sasuke, nadanya pedas. Setelah akhirnya Paman Kakashi tenang, jantungku berdebar kencang, tanganku gemetaran saat memilah-milah buku.

“Apa itu penting?” tanya Paman Kakashi di belakangku, membuatku lengah. Aku cepat-cepat berbalik dan melihat ponsel masih menempel di telinganya, tapi Paman Kakashi menatapku dengan alis terangkat. Aku menghela napas, menggigit bibir dengan gugup saat melirik buku-buku dalam kotak.

“Ya, Paman,” kataku pelan, berharap dia tidak keberatan dan memaksaku untuk meninggalkannya. Paman Kakashi mengangguk, tidak berdebat dengan penilaianku, lalu berbalik untuk berjalan keluar ruangan sambil bicara tidak sabaran di telepon.

“Panggil istriku, Fugaku.”

Suara Paman Kakashi jadi lebih lembut, kalimatnya kembali beralih ke Bahasa Shiragi saat bicara dengan Bibi Rin. Entah apa yang sedang terjadi, apa yang mereka diskusikan, tapi karena aku sedang berkemas, mungkin memang ada hubungannya dengan situasiku. Kubawa sebuah kotak kosong ke atas untuk mengambil barang-barang lain, berbagai pertanyaan mengganggu pikiran. Apa Paman Kakashi akan membawaku bersamanya? Apa aku akan ke Tsurui?

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang