Bab 39

3.6K 380 78
                                    

• Haruno Sakura •

Kubuka pintu mesin pengering, lalu mulai melemparkan pakaian basah dari mesin cuci ke dalamnya. Sebagian besar pakaian milik Sasuke, tapi ada juga beberapa potong milikku, agak aneh rasanya melihat pakaian kami bercampur jadi satu. Tapi situasinya sekarang ada begitu banyak hal dari kami yang telah menyatu.

Semua orang ada di serambi, mengucapkan salam perpisahan. Bibi Rin akan terbang ke Tsurui lewat Bandara Sunagakure larut malam ini dan Dokter Fugaku juga ikut ke sana selama beberapa hari untuk urusan bisnis. Mereka tertawa, mengobrol sambil bercanda, dan aku mengasingkan diri di sini, tak adil rasanya aku memaksa masuk dalam momen mereka. Mereka adalah keluarga dan meskipun mereka menerimaku, aku bukan bagian dari keluarga itu dan tak ingin mengganggu.

Terdengar Sasuke dan ayahnya berdebat mengenai acara malam ini, Dokter Fugaku memperingatkan Sasuke untuk tetap jaga perilaku dan jangan berkelahi untuk alasan apapun, namun Sasuke balas berkata 'tergantung pada orang-orang tolol itu'. Hari ini malam tahun baru dan tampaknya salah seorang teman sekelas mereka mengadakan pesta besar di tepi danau yang sering mereka kunjungi. Rupanya pesta menyambut tahun baru ini selalu diadakan di tempat yang sama setiap tahun, sudah seperti ritual di kota ini, sama seperti pesta Halloween Uchiha. Sasuke agaknya berasumsi aku akan ikut dengan mereka tahun ini, karena dia terus membicarakannya seolah-olah aku akan hadir di sana, tapi Sasuke belum benar-benar memintaku untuk ikut. Di satu sisi, aku ingin ikut, menghabiskan malam ini bersama Sasuke, tapi di sisi lain, membayangkan hadir di pesta itu agak menakutkan dan kurasa itu bukanlah tindakan yang bijaksana. Akan ada banyak orang di sana, orang-orang yang kenal Sasuke dan ayahnya, dan aku takut kami tak sengaja mengekspos hubungan ini pada orang yang tidak tepat.

Terdengar suara ketukan lembut di pintu. Aku menoleh, di sana Bibi Rin telah berdiri sambil tersenyum padaku. Aku balas senyumannya dan Bibi Rin masuk ke ruang cuci, mengulurkan tangan. Sejenak aku terkejut, dan aku membeku saat Bibi Rin memelukku. Kubalas pelukan Bibi Rin setelah kagetku reda dan dia menghela napas. "Senang sekali akhirnya bisa bertemu denganmu, Sakura," kata Bibi Rin. Aku tersenyum kecil dan melepas pelukan.

"Aku juga, Bibi Rin."

"Aku cuma ingin berterima kasih atas semua yang telah kaulakukan untuk mereka, karena aku sangat menyayangi mereka. Terutama Sasuke, kau baik untuknya," kata Bibi Rin. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Terima kasih kembali, Bibi Rin," kataku. "Sasuke itu istimewa."

Bibi Rin mengangguk. "Benar. Dan dia berhak menemukan kebahagiaan, sama halnya denganmu. Aku yakin semuanya akan berhasil, bersabarlah."

"Kesabaranlah yang selama ini kumiliki, Bibi Rin," kataku pelan sambil tersenyum. Bibi Rin tertawa.

"Aku sama sekali tidak meragukannya. Omong-omong, aku harus berangkat sebelum Fugaku mulai mengomel. Aku sangat menyayangi saudaraku itu, tapi terkadang dia menyebalkan tentang ketepatan waktu. Kau jaga dirimu, ya?" Bibi Rin membungkuk dan mengecup keningku dengan penuh kasih. Aku cuma berdiri diam, terpana dengan gesturnya yang sangat keibuan. Bibi Rin berbalik dan keluar ruangan, berjalan kembali ke serambi. Kudengar mereka saling mengucapkan selamat tinggal dan pintu depan terbuka, lalu tertutup, dan suara mobil mulai menjauh di luar. Aku kembali ke mesin pengering dan menyalakannya. Aku berbalik menuju pintu, namun tiba-tiba menabrak sesuatu, aku terkesiap. Sasuke terkekeh dan memelukku, menjagaku agar tidak jatuh.

"Aku tidak bermaksud menakutimu," kata Sasuke. Aku mundur sedikit, dia tampak santai dan bahagia dengan senyum cerahnya.

"Aku tidak tahu kau sudah ada di sini," kataku. Sasuke mengangguk dan melepaskanku, mengusap rambutnya.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang