Bab 45

3K 337 66
                                    

• Haruno Sakura •

Aku duduk berlutut, melihat sekeliling sambil bersenandung mengiringi lagu yang terdengar dari pemutar musik di telinga. Lantai dapur sungguh bersih mengkilap, karena aku sudah menggosok tiap inci permukaannya selama lebih dari satu jam. Dulu aku harus detail menggosok lantai di kediaman Haruno sebagai hukuman, hanya boleh menggunakan sikat gigi yang sudah hilang separuh bulunya. Butuh waktu hampir satu hari untuk menyelesaikannya. Ketika Tuan Kizashi sudah cukup puas dan mengizinkan kami berhenti menggosok, istrinya akan datang menginjak, menyeret masuk tanah dan pasir. Kami harus membersihkannya sekali lagi dan siklusnya akan terus berulang. Dia melakukannya dengan sengaja, dia pikir itu lucu. Aku harus begadang sepanjang malam, tak tidur untuk membersihkan lagi lantai, dan keesokan harinya akan terasa sangat menyiksa, karena aku harus berkonsentrasi agar tidak membuat kesalahan apa pun di saat kurang tidur.

Aku sadar aku tidak pernah benar-benar menggosok lantai dapur rumah Uchiha, kurasa karena tak ada yang pernah mengutarakannya. Dokter Fugaku tampak senang-senang saja dapurnya dipel tiap beberapa hari sekali. Anehnya, Dokter Fugaku bahkan jarang bicara tentang kebersihan. Beberapa kali aku dengan bodohnya kelupaan atau melewatkan sesuatu, Dokter Fugaku hanya mengabaikannya atau terkadang berkomentar kecil untuk menunjukkannya padaku. Dokter Fugaku tidak pernah terlihat marah akan hal itu dan aku selalu melakukannya dengan segera, terus-terusan minta maaf sepanjang waktu. Baru Rabu lalu, aku sungguh lupa mengganti seprai di kamar Dokter Fugaku. Entah kenapa aku bisa melewatkannya, padahal itu sudah jadi bagian dari rutinitas. Dokter Fugaku menyebutkannya ketika dia pulang kerja malam itu dan aku langsung menggantinya, takut dia akan menghukumku. Jika aku lupa sesuatu yang penting, seperti mengganti seprai majikanku di Jōmae, Tuan Kizashi akan menghajarku, dia akan gunakan seprai kotor itu sebagai cambuk.

Tapi Dokter Fugaku tidak melakukan hal semacam itu. Setelah aku selesai dan sekali lagi minta maaf karena lupa, Dokter Fugaku langsung mengucapkan terima kasih. Dia berterima kasih padaku setelah aku mengabaikan tugas, padahal hal itu seharusnya kukerjakan beberapa jam yang lalu. Aneh. Terkadang aku merasa seperti berada di zona abu-abu ketika tinggal di kediaman Uchiha, karena betapa cepat dan drastisnya hidupku berubah dalam beberapa bulan saja. Tak pernah terbayang aku akan berada dalam kehidupan di mana aku bisa letakkan sapu atau menunda cucian sebentar untuk menyalakan televisi dan nonton acara di sore hari, dan tak ada yang akan berkomentar atau mengganggapku pembangkang. Aku bertanya-tanya apa orang di Jōmae akan mengenaliku lagi, apa aku masih bisa bertahan dalam kehidupan asalku. Aku dulu terbiasa memiliki sedikit pilihan, namun di sini, aku sering diizinkan untuk mengeluarkan pendapat, sehingga aku tak yakin dapat bertahan jika kembali seperti semula.

Anehnya, banyak hal telah terjadi tanpa kusadari. Kulakukan hal-hal yang sebelumnya tak pernah terbayangkan, tapi sekarang sepertinya hal itu terjadi tanpa aku perlu memikirkannya. Sebelum aku datang ke kediaman Uchiha, aku terus-menerus fokus pada tugas-tugas yang ada, fokus untuk menjauhi masalah dan bertindak hanya untuk menyenangkan orang lain. Tapi sekarang sepertinya aku lebih memikirkan diri sendiri, entah itu hal baik atau buruk. Sasuke tampaknya senang dengan hal itu, dia gembira aku lebih blak-blakan tentang apa yang kuinginkan, tapi terkadang aku masih merasa bersalah. Seolah-olah bukan tempatkulah untuk berpendapat dalam berbagai hal, aku tidak berhak memiliki keinginan dan berusaha untuk mendapatkannya. Memangnya siapa aku untuk meminta sesuatu? Logikanya aku masih seorang budak. Tapi masalahnya adalah aku mulai tidak menganggap diriku seperti itu lagi, dan jujur itu agak menakutkan. Aku hanya menunggu kenyataan menampar keras mukaku, menunggu hari ketika semuanya runtuh. Karena mana mungkin tidak. Cukup mencengangkan aku dapat menyebut apa yang kumiliki sekarang sebagai 'kehidupan'. Tapi untuk benar-benar hidup, melakukan banyak hal, dan tidak hanya bermenung menunggu sampai waktuku habis di dunia nyaris membuatku kewalahan.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang