Bab 68

1.3K 253 156
                                    

Haruno Sakura •

Saat letusan keras terdengar, pengendalian diri yang dari tadi kupertahankan hancur sudah. Telah kulakukan segala upaya agar tetap tenang, tapi melihat tubuh Sasori tersentak ke depan secara tiba-tiba, lalu terhuyung sambil memegang dadanya membuatku hancur. Sungguh mengerikan, aku berteriak karena teror langsung mengalir di urat nadi. Aku sadar aku benar. Setelah aku terbangun dari pingsan, kuharap apa yang tampak di pepohonan itu cuma imajinasi saja, tapi ketika kulihat noda merah di bagian depan kemeja Sasori saat dia merosot ke tanah, aku tahu itu benar. Dia ada di sini, di suatu tempat di kejauhan, menguntit kami seperti predator mengintai mangsa. Entah kenapa dia ada di sini, atau apa yang dia inginkan, tapi akhirnya aku yakin aku tak dipermainkan oleh alam bawah sadar. Ini bukan mimpi buruk yang bisa dilupakan ketika membuka mata.

Dia benar-benar ada di sini ... dan jelas dia haus darah.

Sasuke melompat dari teras dan mendarat di atas tubuhku, dengan kasar menjatuhkanku ke tanah di samping mobil ketika sebuah ledakan lagi mengudara. Tulang punggungku sakit saat mengenai kerikil dan aku terkesiap. Aku berpegangan pada Sasuke karena tubuhku gemetaran hebat, bayangan Sasori jatuh ke depan membakar otak ini. Sasuke membisikkan sesuatu tentang hitung sampai tiga dan masuk ke mobil, tapi aku tidak bisa fokus pada kalimatnya, takut yang kualami ini menyebabkan darah terpompa dengan kencang hingga berdesir di telinga. Suara tembakan terus berdesing dan tubuh Sasuke tegang saat peluru menghantam mobil, dia makin tidak sabar. Akhirnya kuturuti instruksi Sasuke, tak ada pilihan lain, dan dia bukakan pintu penumpang.

Sasuke berusaha untuk tetap tenang dan kuat, tapi dari ekspresinya aku bisa lihat ketakutan. Aku dan Sasuke sama tidak yakinnya situasi ini akan berakhir seperti apa, tapi Sasuke menatap mataku dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Entah apa yang akan terjadi pada kami ketika dia melepaskanku, tapi yang perlu kuyakini adalah aku harus berpegang pada kata-katanya. Aku harus percaya bahwa ini bukanlah akhir dari kami. Kami tak bisa keluar tanpa perlawanan, setidaknya kami harus mencoba, tapi sekali pun kami kalah, aku tahu itu takkan sia-sia. Kutatap Sasuke ketika dia meyakinkanku dan pada saat itu aku teringat apa yang dikatakan Itachi pada malam pesta Halloween, kalimat yang dia ucapkan ketika aku takut untuk melangkah keluar dari bayang-bayang dan benar-benar hidup.

Dalam hidup, jika tidak ada usaha, maka tidak ada hasil. Mungkin kami takkan dapat hasil yang kami harapkan, tapi jika kami tidak mencoba, dijamin tidak akan dapat apa-apa.

Sasuke mulai berhitung dan takut yang kurasakan ini meningkat, kuminta dia tunggu sebentar, hatiku hancur karena ini bisa jadi momen terakhir kami bersama. Kukatakan pada Sasuke aku mencintainya, aku perlu pastikan dia tahu itu untuk yang terakhir kalinya, dan kulihat dia kebingungan dan terluka karena ucapanku. Sasuke menyuruhku berhenti bertingkah seolah-olah aku takkan melihatnya lagi dan dia ambil senjata, ekspresinya penuh tekad saat menekan tombol pengaman di pistol. Jantung berdebar kencang saat Sasuke dengan tegas mengatakan 'tiga' dan berdiri tanpa ragu-ragu, dia arahkan senjatanya dan menarik pelatuk. Tembakan terdengar lagi saat aku meraih pintu mobil dan berdiri, aku merangkak ke kursi dan membanting pintu hingga tertutup. Aku meringkuk saat tembakan terus berlanjut, kucoba menenangkan diri dan berdoa dalam hati agar Sasuke selamat. Mataku perih karena air mata yang mengalir, tapi dalam hati berkali-kali kuucapkan kalimat yang disampaikan Sasuke agar aku tetap waras. Semua akan baik-baik saja ...

Sasuke masuk ke mobil dan mengumpat, kata kotor yang dia ucapkan sebenarnya menenangkanku, karena itu berarti dia baik-baik saja. Sasuke nyalakan mobil dan terdengar tembakan lagi bersamaan dengan suara kaca pecah, keduanya langsung diikuti oleh rasa sakit yang hebat di bagian atas lenganku. Aku menjerit, sakitnya membuatku lengah, dan cepat-cepat kupengangi area itu saat Sasuke ngebut keluar dari pekarangan.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang