Bab 49

2.1K 296 114
                                    

• Haruno Sakura •

Langkah kakiku tersendat. Aku membeku di lorong ketika pintu kamar Sasuke dibanting, suaranya yang bergema keras membuatku ngeri. Jantungku berdegup kencang sampai-sampai telingaku berdesir. Tangan gemetaran dan pandangan telah kabur karena air mata. Takut teramat sangat kurasakan ketika teriakan demi teriakan dimulai.

"Ada apa denganmu sebenarnya, Sasuke?" teriak Dokter Fugaku. "Apa kau ingin mati? Itukah sebabnya?"

Aku terbelalak kaget dan berbalik dengan cepat, aku jadi pusing. Perutku mual. Kupegang dinding untuk menahan tubuh. Ingin mati?

"Kukira kau lebih pintar dari ini, Nak. Sungguh. Tapi dalam satu hari saja, kau berhasil membuktikan padaku betapa tidak dewasa dan bodohnya kau ini. Menurutmu, yang kau lakukan hari ini ide yang bagus? Yang benar saja! Aku tidak menyangka kau segila itu."

Teriakan Dokter Fugaku agak teredam, tapi kalimat itu menghantamku dengan jelas. Aku nyaris terduduk, itu salahku. Dokter Fugaku ada di sana menghardik Sasuke karena aku, karena apa yang telah kami lakukan hari ini. Tak seharusnya aku melakukan itu, semestinya aku bilang tidak pada Sasuke. Seharusnya aku tidak ikuti Sasuke ke ruangan itu, meskipun dia bersikeras itu bukan masalah. Seharusnya kudengar suara nuraniku yang menyatakan itu tindakan sembrono dan bodoh. Tapi Sasuke tampak sangat percaya diri, aku memercayainya dan aku enggan bilang tidak padanya, aku ingin percaya bahwa dia tahu apa yang dia lakukan.

Aku ingin mengikuti Sasuke dalam segala hal dan sekarang aku sadar itu salah. Dokter Fugaku telah menjelaskan bahwa aku tidak bisa melakukan itu; aku tidak bisa terus mengikutinya secara membabi buta. Sasuke bertindak irasional dan labil - aku bahkan lihat sendiri hal itu hari ini, jadi kenapa aku tidak sadar sebelumnya bahwa aku telah membuat kesalahan besar?

"Aku telepon Ayah," suara Sasuke terdengar marah. "Bukan salahku Ayah tidak jawab telepon."

Aku makin tegang dan air mata mulai mengalir di pipi. Aku telah menyebabkan ini; semua itu sepenuhnya salahku. Jika aku tetap mendengarkan Dokter Fugaku, jika aku lebih memerhatikan dan mengikuti perintah seperti seharusnya, semua ini takkan terjadi. Sasuke takkan ada dalam masalah, Dokter Fugaku takkan marah, dan mereka takkan ada di dalam sana untuk berkelahi.

Mereka keluarga, mereka saling menyayangi, dan tak seharusnya mereka berselisih. Dokter Fugaku hanya ingin melindungi Sasuke, dia sendiri yang bilang begitu padaku, dan Sasuke butuh ayahnya. Sasuke sudah kehilangan ibunya - Dokter Fugaku satu-satunya orang tua yang dia punya.

Dokter Fugaku berteriak lagi, tapi aku cuma dengar sebagian, karena air mata dan teror yang kurasa menutupi segalanya. Aku takut dan sedih, tak tahu apa yang akan terjadi sekarang. Setelah beberapa saat terdengar Dokter Fugaku berteriak dia akan menyingkirkan aku, dan isak tangis keluar dari tenggorokan, air mataku makin deras saat Sasuke membentak. Sasuke bilang pada Dokter Fugaku dia tidak boleh melakukan apa pun padaku, menuntut agar Dokter Fugaku meninggalkanku sendiri.

"Kau pikir kau siapa, seenaknya saja memberi perintah apa yang harus kulakukan? Akan kulakukan apapun padanya. Astaga, Sasuke, kau bahkan tidak kenal betul gadis itu! Kau tidak tahu apa-apa tentangnya, tidak tahu apa-apa tentang hal yang kau hadapi! Apa kau tidak dengar ucapanku? Kau akan buat dirimu sendiri terbunuh!

"Kau mungkin tidak peduli dengan nyawamu, tapi aku tak bisa biarkan kau menyia-nyiakan hidupmu begitu saja. Akan kulakukan apa pun agar itu tidak terjadi, bahkan jika itu berarti menyingkirkannya. Jika aku ingin melenyapkannya, akan kubuat dia lenyap, dan tidak ada yang bisa kau lakukan untuk menghentikan itu."

Aku menangis tersedu-sedu, lututku lemas, teror mengguncang tubuh ini. Sasuke tak boleh terluka karena aku, aku tak bisa membiarkannya mati! Tapi Dokter Fugaku juga tidak boleh mengusirku; dia tidak bisa melenyapkanku begitu saja. Sasuke dengan jelas mengatakan bahwa itu akan menghancurkannya, tidakkah Dokter Fugaku lihat? Apa pun itu akan menyakiti Sasuke dan aku tidak bisa biarkan itu terjadi.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang