Lampu operasi masih menyala dan didepannya terdapat seorang pemuda tengah berjalan mondar-mandir dengan cemas, ia mendudukan diri ke bangku membenamkan kepalanya dengan kedua tangan yang ia rapatkan dan kedua kaki yang bergetar. Terlihat jelas ia sangat cemas.
"Astaga...Winter, semoga kamu baik-baik saja..." Lirihnya.
Tepat setelahnya lampu operasi mati bersamaan dengan keluarnya perawat dan dokter, ia pun bangkit menghampiri.
"Dokter! Bagaimana keadaannya?" Tanyanya lebih dulu.
"Anda keluarganya?"
Tanpa pikir panjang ia lantas mengangguk, "Iya dokter, saya keluarganya."
"Pasien baik-baik saja, untuk lebih bisa anda ke ruangan saya? Ada hal yang akan saya sampaikan dan tanyakan."
Mendengar kata 'baik-baik saja' membuatnya menghembus nafas lega, tanpa aba-aba ia pun mengangguk lalu mengikuti dokter ke ruangannya.
"Sebelum saya pindahkan pasien ke ruang rawat inap saya mengecek data riwayat pasien, apa benar pasien mengalami amnesia? Itu terjadi sekitar lima belas tahun lalu dan pasien mengalami kecelakaan beruntun di Korea." Jelas dokter.
Sungchan sedikit terkejut, ia bahkan baru mengetahui namun ia menjawab dengan anggukan kepala.
"Apa ada sesuatu hal yang buruk dengannya?" Tanya Sungchan.
"Untuk lain-lain tak ada, pasien hanya mengalami patah tulang di kaki kanannya sedikit dan keadaannya baik-baik saja."
"Patah tulang? Apa sangat parah?" Tanya Sungchan terkejut, tersirat nada khawatir disana.
"Syukurnya tidak parah, ini hasil rontgen tulang pasien dan di sekitar sini mengalami keretakkan, namun tak apa, seiring berjalannya waktu pasien akan berjalan normal kembali." Ucapnya sembari menunjukkan hasil milik Winter pada Sungchan.
"Lalu bagaimana sekarang?" Tanya Sungchan.
"Karna data pasien itu valid maka sudah saya suruh perawat untuk membawa ke ruang rawat inap, anda bisa menanyakan di tempat administrasi lalu menjenguknya dan jangan buat pasien terganggu."
Sunchan mengangguk singkat kemudian ia bangkit hendak pamit menuju ruang rawat inap Winter, namun dokter tersebut menahannya.
"Tunggu, saya hampir lupa. Saya rasa ini milik pasien, tadi tersangkut di pakaiannya." Dokter tersebut memberikan kalung milik Winter pada tangan Sungchan.
Dan betapa terkejutnya Sungchan saat melihat kalung tersebut, namun ia langsung cepat menyembunyikan ekspresinya. Ia pun menerima kalung tersebut.
"Terima kasih dokter saya izin keluar, permisi." Ucap Sungchan kemudian keluar dari ruangan dokter tersebut.
Ia mendudukan di kursi didekatnya, sungguh ia bingung, ia tatap kalung yang berada ditangannya sembari meneliti kesekitarnya.
"Kenapa ini seperti milik Minjeong yang ku berikan dulu?" Gumam Sungchan menatap lekat kalung tersebut.
Cukup lama ia berkutat dengan pikirannya dan memandang kalung yang ada ditangannya, ia pun iseng mengeluarkan kalung yang terdapat di lehernya.
"Haruskah...aku buka? Apakah ini sama?" Gumam Sungchan dengan ragu.
Ragu namun pasti, ia mencoba mengaitkan kalung miliknya dan Winter untuk membuka liontin tersebut dan betapa terkejutnya saat liontin tersebut terbuka.
"Astaga!" Pekik Sungchan tertahan.
Jarinya pun membuka isi yang terdapat kertas kecil disana, ia lantas membaca guna meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔White Winter | ssungwint
Fanfiction[BAHASA ─ AU] Semi baku, Tolong perhatikan angka daftar takutnya ngacak "In winter we met for the first time and you steal my heart even it's a brief meet"-JSC Minjeong atau Winter dan Sungchan berteman saat kecil namun terdapat insiden yang tak men...