❄ : 6

479 99 9
                                    

15 tahun kemudian...

"Bang minah...kang giseul...kim hana,Kim Winter..eh? Kim winter?" Gumam seorang gadis saat melihat sebuah website dari ponsel yang berisi nama-nama peserta dan merasa nama dirinya ada dia pun langsung tersenyum senang.

Ia langsung mematikan layar ponsel dan beranjak dari tempat tidurnya lalu ia turun kebawah menghampiri wanita paruh baya yang sedang membaca majalah disofa ruang tamu.

"Aish! Winter! Kamu kenapa tiba-tiba meluk Mama? Bikin kaget aja" pekik wanita tersebut yang tak lain Mamanya dan ia terkekeh.

"Aku diterima di Australia" ucapnya kemudian ia langsung menyalakan ponsel dan masuk ke website tadi lalu ia sodorkan kepada Mama.

"Ya ampun nak...ini bener kamu diterima?" Tanya mama menatap Winter dengan kagum namun bingung dan langsung diangguki Winter.

"Ayo kita belanja untuk memenuhi kebutuhan kuliah kamu disana" ujar Mama hendak ingin bangkit namun ditahan Winter.

"Gak usah Ma...aku udah beli sendiri" katanya dan membuat Mama sedikit kaget namun langsung tergantikan oleh senyuman dibibirnya dan kembali duduk memeluk putrinya.

"Winter...apa kamu gak mau pergi berdua sebentar sama Mama? Nanti kan kamu kuliah di Aussie..." lirih Mama.

"Maaf Ma...aku harus menyiapkan sesuatu dikamar" katanya kemudian Winter beranjak pergi ke kamar meninggalkan Mama.

Mama melihat punggung putrinya kian semakin jauh pun menghela nafasnya "Sifatmu semakin berubah nak..." lirihnya dengan suara mengecil sampai ia meneteskan air matanya lalu ia hapus.

Ya, Kim Minjeong yang telah diganti namanya semenjak kecelakaan saat kecil menjadi Kim Winter, tumbuh menjadi kepribadian pendiam dan agak kasar. Tak jarang orang-orang memanggilnya sebagai 'winter gurl' siapapun teman sekolahnya kenal dengan Winter, gadis berperawakan cantik, pintar dan memiliki banyak bakat namun memiliki sifat yang sangat sarkas membuat dirinya disegani oleh siapapun.  Entah sifat darimana yang ia dapat, semenjak kecelakaan tersebut dirinya sangat membatasi diri.

Ia selalu menutup diri, bahkan kepada Keluarganya pun ia sangat tertutup. Kak Jungwoo yang melihat perubahan sikap adiknya tentu pernah sangat marah namun dirinya kalah dengan kalimat menusuk dari Winter, jadi mau tak mau mereka seperti hidup sebatas kenal nama. Kalau berpapasan pun Kak Jungwoo melemparkan senyuman namun tak dibalas apapun oleh Winter malahan dirinya melengos pergi, baik Kak Jungwoo sabar.

Kembali lagi, kini Winter sudah masuk kedalam kamarnya berjalan menuju balkon kamarnya dan terduduk menatap jalanan kota yang ramai, ia bingung harus apa..ingin membaca buku tapi semua bukunya telah ia baca dan pelajari sampai habis.

Tiba-tiba ponsel yang digenggamnya berdering menandakan telfon masuk ia pun segera mengangkat.

"Aku lagi dijalan menuju kesana, mau nitip sesuatu?" Ucapnya dari sambungan telfon.

"Tidak" jawab Winter singkat.

"Iya iya aku bawain es krim coklat fav-"

"Aku bilang tidak!" Potong Winter sedikit emosi dan terdengar helaan nafas dari sambungan telfon.

"Kamu kenapa jadi gini sih? Kakak kangen sama sifat kamu saat kecil dulu" lirihnya, ya yang telfon tak lain adalah Kak Jungwoo.

"Kita sudah dewasa kak! Jangan disamakan masa kecil" ucap Winter dengan nada dingin.

"Yaudah...sampai ketemu nanti dirumah" finalnya kemudian sambungan telfon dimatikan, Winter pun langsung menghela nafas.

Satu hal yang dia tak suka kepada Kak Jungwoo, ia selalu bersikap menjengkelkan dan terus mengatakan hal-hal seperti kekanakan dan menurutnya itu sangat mengganggu.

✔White Winter | ssungwintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang