3. Si Pemenang

204 22 29
                                    

Ayo votmen, biar saya semangat berkarya ☺️😁

Reva terus menyerang dan menangkis serangan para preman. Dia mulai mengatur pernafasannya, mengumpulkannya dan memusatkan pada satu titik  lalu segera memukul preman itu sampai dari mulut preman itu keluar darah tepat setelah Reva memukul perut preman itu.

Preman satunya tak tinggal diam, dia bermaksud menyerang Reva dari belakang namun dengan sigap Reva menangkisnya dan memelintir tangan preman itu sampai berbunyi tulang retak.

Sedangkan kedua preman yang menahan David langsung lari ketakutan melihat Reva .

"Bagus Rep ayo pulang" kata Dhani

Sedangkan Reva langsung menatap David yang sedang memegangi perutnya yang sakit. Lalu mendekatinya

"Ga papa?" Tanya Reva singkat

"Alhamdulillah ga papa kok, terimakasih ya" kata David sambil tersenyum lalu meringis

"Bilang saja, tidak usah bohong" kata Reva menusuk

Lalu menyingkap kaos David dibagikan perut. Terlihat perut David yang Six pack itu memar biru biru. David yang mendapat perlakuan seperti itu pun deg degan.

"Pulang" kata Reva singkat memerintah kepada David. Lalu berlalu begitu saja dan menghampiri Dhani.

"Dhan lu pulang dulu aja gw mau nolongin tu orang" kata Reva kepada Dhani.

"Emang dia siapa? Lu kenal Rep?" Tanya Dhani heran karena baru kali ini dia melihat kekhawatiran di mata Reva walau ekspresinya biasa saja.

"Dia orang desa sebelah Dhan" jawab Reva

"Oh gitu, gw ikut Rep, gw ikutin dari belakang ya" kata Dhani

Reva mengangguk lalu segera menghampiri David lagi.

"Bisa nyetir?" Tanya Reva seperti biasa dengan nada dinginnya. Sedangkan David hanya mengangguk menahan sakit.

"Biar saya aja yang nyetir" kata Reva tak terbantahkan

"Udah gak papa kok nyil" kata David

"Ck, turun!" Perintah Reva tegas singkat dan jelas. David pun entah kenapa terhipnotis dengan titah Reva. Dia pun turun dan Reva yang mengendarai motornya, lalu David membonceng di belakang Reva. Reva mulai melajukan motor David dengan di ikuti Dhani

Reva menyetir dengan begitu tenangnya. Sampai dia menyadari kalau tangan David berpegangan di perutnya.

"Lepas" kata Reva dingin

"Ah Unyil kamu mah gitu, nanti kalau saya jatuh gimana, kan perut saya sakit nih" alibi David

Reva hanya berdecak malas yang membuat David tersenyum. Sedangkan di belakang, Dhani memperhatikan mereka berdua.

"Hmm sepertinya mereka ada sesuatu" batin Dhani. Lalu menggelengkan kepalanya menepis pemikirannya.

Sesampainya dirumah David, Reva mengeluarkan salep dari tasnya untuk mengobati luka David. Reva menyingkap kaos David dibagian perut lalu mulai mengoleskan salep tersebut pelan.

"Lain kali hati hati" kata Reva singkat lalu segera pulang bersama Dhani

Dijalan Dhani bercengkrama dengan Reva

" Eh rep lu ga tanya kenapa dia bisa dipukulin gitu?" Tanya Dhani

"Bukan urusan gw Dhan" kata Reva

"Iya juga sih, tapi lu nyadar ga sih Rep tatapannya ke lu begitu teduh menenangkan dan ada cinta didalamnya" kata Dhani sambil terkekeh

" Taek ayam, bocah cilik kok ngomongin cinta nyel" kata Reva sambil menoyor kepala Dhani pelan (Tai ayam, anak kecil kok ngomongin cinta)

"Ck lu noyor gw udah 2 kali loh Rep, ntar otak pinter gw geser gimana" kata Dhani mendramatisir

"Gak pinter lagi ahaha" gelak Reva

"Sudah sampai mas Reva" kata Dhani berhenti didepan rumah Reva

"Yo makasih mba Danyel" kata Reva sambil tergelak

"Lu kira gw perempuan apa " kesal Dhani

"Menurut Lo?" Tanya Reva mendelik kesal karena Dhani juga melakukan hal yang sama padanya.

Dhani pun segera mengayuh sepedanya kembali menuju rumahnya. Sedangkan Reva masuk kerumahnya disambut adeknya.

"Kakakkk, aku mau beli es ke desa sebelah boleh ya kak? Temenin ya" rengek Riva yang membuat Reva memijit pelipisnya, karena dia baru sampai adeknya ini langsung merengek minta ditemenin jajan.

Reva pun berjalan menuju ke kamarnya tanpa memperdulikan adiknya itu. Lalu segera berganti pakaian.

Riva yang diperlakukan seperti itu merasa sedih, matanya berkaca kaca. Lalu Reva keluar dari kamarnya dan melihat adiknya dengan ekspresi datarnya itu.

"Cepet" kata Reva singkat tak terbantahkan

Lalu mereka berdua mulai jalan kaki ke desa sebelah yaitu daerah David. Mereka berjalan santai di iringi semilir angin sawah yang masih begitu hijau.

Mereka pun sampai di tempat yang dituju. Riva segera membeli es yang dia mau, setelah itu Reva membayar jajan adiknya tersebut dan kembali jalan kaki pulang.

" Makasih ya kak" kata Riva sambil menyeruput es nya

"Hmm, lain kali kalau kakak baru pulang ga usah ngerengek gitu" kata Reva dingin

"Kenapa kak?" Tanya Riva sedih

"Cape" jawab Riva singkat

Riva terlihat semakin sedih. Dia merasa di tidak berguna sama sekali untuk kakaknya, dia bahkan tidak bisa mengerti kakaknya yang sudah banyak berubah itu.

"Aku ingin kakak yang dulu" tangis Riva dalam hati karena merasa tidak nyaman dengan kakaknya yang sekarang. Dia hanya bisa menghela nafas lalu menyeruput es nya.

"Eh Unyil itu kenapa adeknya sedih?" Tanya seseorang tiba tiba.

Reva pun menengok lalu menjawab dengan dingin "bukan urusanmu"

"Adeknya Unyil kenapa sedih?" Tanya David lalu menggendong Riva

Riva tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanda dia baik baik saja. David yang melihat sorot kesedihan di mata Riva pun tak percaya. Tiba tiba hujan datang membasahi jalanan Desa Pattimura itu. Lalau dengan panik David berlari sambil menggendong Riva dan menggandeng Reva berteduh dirumahnya.

David menurunkan Riva, sedangkan Reva langsung melepaskan genggaman tangan David ditangannya dengan wajah datar andalannya itu.

"Kamu bisa cerita sama om kok kalau kamu ada apa apa hm" Kata David kepada Riva

"Gapapa kok om" kata Riva polos

"Bener nih?" Tanya David sambil mencubit hidung Riva pelan

Raut Riva berubah sedih lagi. David yang melihat itu pun langsung memeluk Riva.

"Hiks kakak hiks, Riva pengin kakak yang dulu" tangis Riva di pelukan David

Reva yang menyaksikan hal itu langsung meringis dalam hati. Lalu membatin "apakah aku begitu berbedanya sekarang hingga adikku sendiri tidak lagi nyaman bersamaku?" Tanya nya dalam hati

"Sttt, udah ya jangan nangis anak manis, nanti manisnya dibawa semut loh" hibur David

"Dengar kakak mu tidak berubah kok, dia tetap kakak Reva kan bukan Re re yang lain?" Canda David yang membuat Riva juga tertawa

"Iya juga ya om" sahut Riva

"Iya makanya jangan sedih lagi ya, mungkin kakakmu lagi cape , jadi dia begitu" kata David

Riva hanya mengangguk angguk aja. Anak kelas satu itu kemudian menguap merasa mengantuk kemudian terlelap di pelukan David.

Dengan perlahan David bergeser mendekati Reva duduk.

"Rep, memangnya kamu tetap dingin sama adekmu ini? Kasihan dia masih kecil, bukankah dia tidak tahu apa apa?" Cerca David

Reva hanya terdiam memandang hujan yang begitu sejuk dimatanya. 

Tentang Kamu dan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang