33. Badai hati

97 5 0
                                    

Sudah terhitung 3 bulan Reva dan David menjalani kehidupan mereka, tak ada badai menerpa kehidupan mereka. Namun ada satu badai di hati Reva yang sampai saat ini masih membekas.

Hari itu Reva berpapasan dengan Saputra Revan selaku ayah Reva. Tapi yang dilakukan Revan hanya buang muka saat melihat putrinya itu. Hati Reva menangis sedih.

"Papah, Apa salahku" ratap Reva sambil menahan air matanya.

Saat ini Reva tengah berada di balkon menikmati sejuknya udara malam ini. Mengenang dimana ia sangat di manja oleh Ayahnya hingga sekarang hubungan mereka tak sehangat dulu.

"Sayang ada kabar ba-" David menghentikan ucapannya karena tidak melihat kekasih hatinya di kamar.

Pikiran David langsung menuju ke balkon. Yeah istrinya itu sangat menyukai tempat tersebut ketika dalam keadaan senang ataupun sedih.

"Tahukah Papah, Aku merindukan masa dimana Papah menggendongku dengan penuh kasih sayang"

David mendengar istrinya tengah berbicara sendiri sambil terisak. David tidak ingin mengganggu istrinya, dia ingin memberi waktu berbicara agar pikirannya dan hatinya merasa lega.

"Tahukah Papah? Sekarang waktu sudah merubahku, tidak menjadi anak kecil lagi. Waktuku terasa hampa dan sakit saat kau mulai berubah"

"Membentakku ketika aku berkumpul bersama para saudaraku..." Reva menarik nafas dan melanjutkan perkataannya

"Menggertakku dengan perkataan mu yang begitu kasar dan menyakiti hatiku"

"Apakah Papah merasakan apa yang ku rasakan?" Kata Reva dan mengusap air matanya kasar.

"Haha, sepertinya tidak" tawa sumbang Reva sukses membuat David ikut sesak karena merasakan kesedihan dari istrinya tersebut.

"Pah, harapanku cuma satu, semoga pikiranmu di beri kecerahan oleh Allah dan kau akan memperbaiki semuanya seperti dahulu"

David tak dapat mengendalikan diri lagi. Dia segera memeluk istrinya untuk memberikan tempat ternyaman. Reva pun membalas pelukan suaminya dengan begitu eratnya.

"Sttt, sudah sayang jangan sedih lagi, pasti suatu saat Papah kamu akan berubah dan menyadari kesalahannya. Kamu tidak perlu bersedih, ada mas disini, ada Papa ada Mama" kata David menenangkan Reva.

Sedangkan Reva hanya menangis pelan di dalam pelukan David. David menggendong Reva ala koala dan membawanya ke kamar mereka. Lalu sesampainya di kamar David menurunkan Reva ke ranjang dan mengusap lembut air matanya, memberi senyuman menghangatkan di sana.

"Udah sayang, jangan nangis lagi ya? Reva kan kuat ga pernah nangis, ya kan?" Tanya David untuk menghibur Reva

Reva menghela nafasnya sesak lalu dia menyahuti ucapan David.

"Tidak, aku tidak sekuat dan sedingin yang kau bayangkan, aku hanyalah anak lemah yang bersembunyi dalam kekuatan palsu ini" kata Reva menunduk sedih

"Sttt, udah udah jangan dilanjutkan, nanti kamu nangis lagi, ntar jadi jelek gimana hayo" hibur David agar Reva tidak lagi bersedih.

"Jelekan juga kamu mas" kata Reva yang perhatiannya mulai teralihkan dan mulai meledek David balik.

David tersenyum, akhirnya dia bisa mengalihkan perhatian istrinya agar tidak larut dalam kesedihannya lagi.

"Enak aja kamu, seneng banget ledekin mas ya" kata David gemas sambil menggelitiki istri kecilnya yang sukses membuat Reva tertawa sambil memohon kepada David untuk berhenti.

"Sudah mas hahaha , geli mas" kata Reva meminta agar David menghentikan kegiatannya menggelitiknya.

David menghentikan kegiatannya dan menatap mata Reva lekat lekat. Begitu indah dimata David, tidak ada didunia ini yang menyamainya.

Tentang Kamu dan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang