4. Isi hati Reva

208 20 16
                                    

Ayo votmen, biar saya semangat berkarya ☺️😁

David menggenggam tangan Reva dengan lembut. Reva tersentak, hangat yang dia rasakan dari tangan David membuatnya nyaman. Namun dia segera menepis tangan David lalu mengangkat satu alisnya mengisyaratkan 'apa' .

"Ga denger ternyata, kamu ada masalah apa sih? Lihat adekmu aja sampai tertekan. Dia merindukanmu yang dulu Rep, sama sepertiku" kata David sambil melirihkan kata terakhirnya yang tak Reva dengar.

Reva menghela nafas kasar. Lalu mulai menatap David, tatapan pria dewasa itu penuh kekhawatiran, kasih sayang dan cinta. Dia membenarkan kata kata Dhani beberapa jam lalu saat mereka pulang sekolah.

"Banyak" jawab Reva singkat seperti biasa

"Kamu bisa cerita sama saya, cerita saja jika kamu ada masalah, setidaknya beban di hatimu bisa terbagi bukan? Justru jika kamu diam seperti itu akan semakin menambah beban pikiranmu bahkan orang lain juga terkena imbasnya, salah satunya adikmu" kata David serius

"Untuk apa saya cerita? Jika ujung-ujungnya kembali lagi seperti Boomerang? Bukankah itu sia sia? " Kata Reva sambil tertawa hambar.

" Setidaknya beban pikiranmu berkurang Rep dan-" ucapan David terpotong oleh Reva

"Dan hanya dapat kata sabar lalu tak ada jalan keluar? Seperti itu bapak David sok bijak?" Sinis Reva yang membuat David terkejut karena dia dikatai sok bijak.

"Maaf saya bukannya sok bijak, tapi saya benar-benar peduli sama kamu, saya tidak ingin kamu mengalami masalah, saya merasa sedih melihat kamu yang sekarang, saya tidak sanggup melihatnya" lirih David

"Maaf jika memang kamu tidak nyaman dengan saya dan perasaan saya, jika kamu mau saya akan menghilang dari hidupmu kalau memang itu bisa membuatmu bahagia" lanjut David lalu dengan cepat Reva meletakkan jari telunjuknya di bibir David bermaksud menghentikan perkataan David setelah David menghentikan ucapannya perlahan dia menjauhkan tangannya

"Tidak perlu, saya seperti ini bukan karena mu jadi tidak perlu menghilang dari hidupku, jalani saja seperti biasanya, dan jangan pernah berubah" lirih Reva di akhir kalimat

Sejujurnya Reva nyaman dengan David yang dewasa, bisa menghiburnya walau Reva tutupi dengan muka datarnya. Tapi banyak hal yang Reva pikirkan terutama cita citanya.

David tersenyum apa yang dikatakan Reva.

" Butuh pelukan?" Tawar David

"Tidak, nanti adek saya bangun" tolak Reva.

Sejujurnya dia hanya gengsi saja, mana mau dia dipeluk David. Bisa ngelunjak nanti David, kira kira seperti itu yang ada di pikiran Reva.

" Lagian tidak baik, laki laki perempuan bukan muhrim pelukan" lanjut Reva

"Mau saya muhrim in?" Kekeh David

"Apa sih pak ih, ga usah ngaco deh" ucap Reva kesal sama seperti dulu saat dia dan David saling bercanda dan meledek.

David tersentak dia bahagia bisa melihat Reva nya seperti dahulu

"Ekhem" Reva kembali menetralkan ekspresinya.

"Sepertinya sudah reda, biarkan saya pulang" kata Reva bermaksud mengambil adiknya dari dekapan David.

"Masih gerimis Rep, ingat kamu bawa adikmu loh, nanti adikmu sakit" nasehat David karena dia tau betul Reva akan menerobos hujan tak peduli seberapa deras hujan turun. Sama seperti masa Reva masih SMP dulu.

"Nih adikmu, sebentar tunggu disitu ya" kata David lalu pergi menuju garasi rumahnya dan mengeluarkan mobilnya. Dia kembali menuju Reva lalu kembali menggendong Riva dan meletakkannya di jok belakang.

Tentang Kamu dan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang