Jangan lupa vote dan komen yaaa, kalau bisa dari part BLURB sampai part ini udah di vote semua. Makasihh😘😘
Someday when you leave me, I bet these memories follow you around
—Taylor Swift, Wildest Dreams
"MULAI sekarang kamu jadi sekretaris saya, Rena."
"..."
"Rena, layani saja sekarang. Di meja ini."
"..."
"Jangan dekat dengan laki-laki lain, Rena."
"..."
"Kalau kamu masih mengandalkan saya untuk membayar uang pengobatan Ibu kamu, jadilah tunangan saya."
"Bapak hanya punya satu kekurangan, yaitu tidak bisa membuat saya jatuh cinta pada Anda."
"HMMPPHHH..."
"Dante? Apa kamu bisa dengar suara Uncle?"
Napas pria itu tersengal-sengal, seakan baru saja mengalami mimpi buruk. Beberapa orang berpakaian putih mulai melepas alat-alat medis yang bersarang di tubuhnya. Matanya memang terbuka, tapi untuk berbicara saja rasanya pria itu tidak sanggup.
"Biarkan dia istirahat dulu. Dia baru saja melewati masa kritisnya."
"Jeremy, bagaimana keadaan Dante?" tanya Grace dengan nada khawatir ketika melihat Jeremy—adiknya—keluar dari ruang rawat putranya.
"Dia baru saja sadar dan sudah melewati masa kritisnya. Sebaiknya kamu kembali datang besok, Dante belum bisa dikunjungi," ujar Jeremy yang menangani Dante sejak keponakannya itu datang dengan ambulans.
"Kamu mengusirku?" tanya Grace sinis, bersiap untuk melempar adiknya dengan sepatu.
"Aku berbicara serius, for god sake! Putramu baru sadar," balas Jeremy kesal dan juga heran dengan sikap bar-bar kakaknya itu yang entah diturunkan dari siapa.
Grace menghela napasnya, menatap putra satu-satunya itu dari kaca. Rasanya dia ingin memukul kepala putranya itu karena membawa mobil dengan ugal-ugalan sampai akhirnya kecelakaan.
"Aku merindukan putraku," ungkap Grace lirih.
"Ya, aku tahu. Seorang Ibu pasti akan mengatakan hal yang sama jika berdiri ditempatmu sekarang," balas Jeremy malas, sibuk mengecek kertas berisi laporan follow up keponakannya.
Plak!
"Aw!" ringis Jeremy ketika merasakan pukulan keras di kepalanya. "Kamu benar-benar tidak berperi kedokteran!"
"Kamu tidak berperi keibuan!"
"Aset seorang dokter adalah kepala. Kalau dokter tidak memiliki kepala ya... seram," Jeremy mengerutkan keningnya, bingung sendiri dengan apa yang dia katakan tadi. "Intinya, kepala itu penting bagi dokter. Jangan semena-mena!"
"Benar-benar dokter sombong," cibir Grace. "Ingatlah, setengah dari biaya pendidikanmu itu ditanggung suamiku," lanjutnya kesal.
"Dan sekarang, nyawa putramu berada ditanganku!"
"Kamu ini—"
"Permisi dok, nyonya. Ini rumah sakit," tegur salah satu perawat rumah sakit itu dengan senyum ramahnya.
"Ah, maaf," ucap Grace sungkan, lalu setelah itu menatap wajah Jeremy yang memerah dengan sinis. "Kenapa? Khawatir jika citramu sebagai dokter yang tampan dan dingin menjadi hancur di hadapan perawat rumah sakit ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Safety Net
Romance[21+] • Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Dante Alejandro Smith, pemilik perusahaan yang bergerak di bidang hospitality. Seluruh wanita bertekuk lutut padanya karena pria itu memiliki Hotel, Resort, hingga Villa yang tersebar luas s...