Safety Net | Part 29 - Farewell Fight

7.5K 965 520
                                    

  Vote!









I made a long space biar kalian tekan vote dulu









































Udah?



































Oke kalau gitu, Happy reading!
















Klo belum gua tampol online ya



I'm the first to say that I'm not perfect
And you're the first to say you want the best thing
But now I know a perfect way to let you go
Give my last hello, hope it's worth it

—Jamie Miller, Here's Your Perfect





  TANPA mengiraukan sapaan maid disekitarnya, Katherine menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu dan memijat pelipisnya pelan. Ujian Akhir Semester yang baru saja dia ikuti tadi benar-benar menguras pikirannya, walau akhirnya dia bisa menjawab semua soal itu dengan baik. Tapi tetap saja, otaknya sekarang seakan ingin meledak karena lelah berpikir.

"Dimana semua orang?" tanya Katherine pada seorang maid yang sedang membersihkan meja ruang tamu.

"Mr. dan Mrs. Martinez sedang berada di rumah sakit karena hari ini merupakan jadwal Tuan Muda kontrol kesehatan."

"Baiklah, aku akan berada di kamarku sampai jam makan malam."

Tapi, saat Katherine membuka pintu kamarnya, tubuhnya di dorong masuk ke dalam kamar dengan kencang. Secara refleks, perempuan itu menoleh dan terbelalak ketika melihat siapa orang yang mendorongnya. Siapa lagi jika bukan Dante—mantan bosnya yang entah mengapa tidak bisa lepas darinya?

"Kamu!"

"Sshhh sshh sshh," Dante mengangkat jari telunjuknya, memberi isyarat pada Katherine agar diam di tempatnya.

"Kenapa kamu datang ke rumah ini?" tanya Katherine, memilih untuk menyuarakan kebingungannya dengan suara pelan.

"Tentu saja untuk membawamu kembali ke rumahku," jawab Dante seraya menutup pintu kamar mantan perawatnya itu.

"Aku tidak bisa, Boss. Lagipula, untuk apa aku kembali kesana? Kamu sudah bisa berjalan dengan baik," ujar Katherine cuek. Kakinya melangkah menuju meja belajar untuk menaruh tas yang dia bawa ke kampus tadi.

  "Tidak ada yang mengusap kepalaku sebelum tidur," sahut Dante mengingatkan. Ah, malam tanpa adanya Katherine disebelahnya sangat buruk. Seno yang mengerti keadaannya selalu membuat waktu paginya luang dan saat di malam hari, pria itu akan memberikannya banyak pekerjaan sampai dia mengantuk dan tidur. Beruntung, Dante tidak seperti Eros yang sampai membutuhkan obat tidur hingga parfum Laura. Itu sangat berlebihan, bukan?

  "Kamu bisa mengusap kepalamu sendiri."

  Dante mendelik, tapi buru-buru menormalkan ekspresinya. "Apa kamu rindu kepadaku?" tanyanya dengan alis terangkat satu.

  Mendengar pertanyaan aneh dari mantan bosnya itu, Katherine tertawa kencang. "Kamu serius menanyakan itu kepadaku?"

  "Tidak perlu, aku tahu jawabannya. Kamu merindukan aku, bukan? Ayo tinggal bersamaku lagi!" seru Dante percaya diri.

  "Aku tidak bisa tinggal bersamamu, Boss. Laura dan Eros sudah berbaik hati, dan aku tidak mungkin pergi meninggalkan mereka sekarang," ujar Katherine, berusaha memberikan pengertian pada mantan bos-tapi-mesra-nya itu.

Safety NetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang