[46] Ana Uhibbuka Fillah

290 19 6
                                    

***

"ADEL!" teriak Aban.

Adel pingsan.

"Ya Allah! Adel!" teriak duo A.

"Ada apa?" ustadz Ali datang bersama ustadzah Rumi.

Semua mata pun tertuju pada Adel yang terbaring dilantai.

"Sini, biar ustadz bawa Adel ke uks!" ucap ustadz Ali.

Ustadz Ali membawa Adel ke uks, diikuti ustadzah Rumi, duo A, dan Azmi, Aban, Tino di belakangnya.

Sesampainya di uks, dokter ponpes langsung bergerak cepat. Seluruh orang diminta untuk menunggu di luar, selama dokter memeriksa keadaan Adel.

"Semoga ga terjadi apa-apa sama Adel." celetuk Aban.

"Aamiin!" jawab semuanya.

Semua orang tampak panik, sembari menunggu dokter keluar, mulut mereka tak berhenti mengucapkan doa. Hingga dokter pun keluar.

"Alhamdulillah, Adel tidak apa-apa. Dia pingsan karena dia tidak kuat dengan suasana gudang yang pengap, apalagi disana kan banyak sekali barang dan berdebu. Sebentar lagi dia akan siuman." ucap dokter itu.

"Alhamdulillah, syukur deh kalo gitu. Terimakasih dok." ujar ustadz Ali.

"Sama-sama." kata dokter itu dan ia langsung pergi.

💚💚💚

"Duduk!"

Safira kini berada di kantor, saat ini, tepat dihadapannya ada ustadz Muklis yang siap mengintrogasinya.

"Ustadz langsung saja. Apa benar kamu yang mengunci Adel di gudang tadi sore?"

"I-iya ustadz." jawab Safira.

"Sekarang, ustadz minta kamu ceritakan bagaimana kamu bisa mengunci Adel gitu."

"Awalnya, saya tau kalo salah satu diantara trio A, pasti akan pergi ke gudang. Karena posisinya mereka lagi bersih-bersih kamar, jadi pasti bakal pergi ke gudang untuk mencari sesuatu. Dan ternyata benar, salah satu dari mereka pergi ke gudang, tapi saya pikir, Nisa lah yang datang, karena pada awalnya memang saya ingin mengunci Nisa, bukannya Adel. Lalu tanpa pikir panjang, saya langsung mengunci dia, dan pergi gitu aja. Saya tau saya salah ustadz, saya minta maaf. Saya janji ga akan mengulangi lagi." jelas Safira.

"Nisa? Jadi yang pengen kamu kunci itu Nisa? Kenapa?"

"Itu karena, karena Nisa suka sama Azmi ustadz, dan,-"

"Dan kamu cemburu? Hadeh, Safira, kamu itu sudah dewasa, harusnya kamu tau hal-hal seperti ini, tidak seharusnya kamu lakukan."

"Iya Safira tau Safira salah ustadz, Safira minta maaf."

"Ya jangan minta maaf ke saya, minta maaf aja ke Adel sama Nisa!"

Tak kuasa menahan tangis, Safira pun meneteskan air matanya. Berkali-kali ia memohon maaf dari ustadz Muklis, namun ustadz Muklis tetep bersikeras untuk memintanya agar meminta maaf saja pada duo A.

"Sebagai hukuman karena tindakan kamu ini, ustadz akan keluarkan kamu. Ustadz tidak mau ada korban lagi di pondok ini. Cukup Adel sama Nisa aja yang jadi korbannya." tegas ustadz Muklis.

"A-apa ustadz? Dikeluarkan? J-jangan ustadz, jangan keluarkan Safira. Saya mohon ustadz." tangis Safira semakin deras saat mendengar hal itu. Ia tak menyangka, hukumnya akan begitu fatal seperti ini.

"Mohon maaf sebelumnya, apa itu tidak berlebihan ustadz? Maksud saya, bisakah diganti dengan hukuman yang lain?" sahut ustadz Husein.

"Tidak. Keputusan saya sudah bulat. Saya akan minta Kyai Ahmad untuk mengeluarkan Safira."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang