[32] Sarapan Pagi

770 43 12
                                    

💚💚💚

Allahuakbar Allahuakbar...

Para santri segera bangun ketika mendengar suara adzan subuh, untuk segera ke masjid.

"Mi bangun mi. Adzan!" Seru Aban.

"Huaaa." Azmi meregangkan tubuhnya dan mengucek matanya.

"Ayo keburu telat nanti!" Seru Aban.

"Iya-iya."

"Kak Hafidz mana?" Tanya Azmi.

"Udah duluan."

"Dih, ketus amat ban. Pms?"

"Ngaco aja. Enggaklah."

"Abisnya ketus gitu jawabnya."

"Salah kamu sih, nanya-nanya dimana kak Hafidz."

"Yailah. Cuma nanya doang masa ga boleh."

"Dahlah buruan ke masjid." Paksa Aban.

Aban menarik paksa tangan Azmi untuk ke masjid. Karena Aban tau, Azmi itu lelet sekali jadi orang. Udah kek siput. Makanya tanpa aba-aba, Aban langsung narik Azmi. Padahal Azmi lagi pake sarung.

Syukur Alhamdulillah, sesampainya di masjid, shalat belum dimulai. Masih ada beberapa santri yang berwudhu terlebih dahulu. Kesempatan itu dimanfaatkan Azmi untuk merapikan sarungnya.

Tak lama, Iqamah berkumandang dan shalat pun segera dilaksanakan. Tak sampai 10 menit, shalat subuh selesai.

Para santri dan santriwati kembali ke kamar untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

💚💚💚

Pulang dari masjid, trio A merapikan tempat tidur mereka. Mulai dari melipat selimut, menata kembali bantal dan guling, hingga menyapu.

Semua kegiatan itu wajib mereka lakukan setiap hari. Kalau tidak, mereka akan kena marah sama ketua kelompok. Ya, lebih tepatnya kelompok Madinah. Kebetulan trio A menempati kamar di kelompok Madinah, dimana ketua kelompok itu terkenal tegas dan galak.

Karena itu, trio A tidak mau sampe kena marah si ketua. Dan yang jelas juga, kalau kita tidak merapikan kamar, kamar akan jadi tempat kotor. Kebayang kan kalian gimana kotornya.

Saat Fina sedang merapikan tempat tidurnya, ia terkejut karena tidak menemukan kalung yang biasa ia letakkan dibawah bantal.

"Nis, Del, kalian liat kalung aku ga?" Tanya Fina.

"Loh bukannya kamu taruh di bawah bantal ya?" Tanya Adel balik.

"Iya Fin." Sahut Nisa.

"Iya. Biasanya tak taruh sini. Tapi ini ga ada."

"Coba cari di bawah kasur. Siapa tau jatuh." Saran Nisa.

Fina pun menuruti permintaan Nisa dan mencari kalungnya.

"Gimana Fin?" Tanya Adel memastikan.

"Nihil."

"Coba deh aku bantu nyari." Ujar Nisa.

Kemudian mereka bertiga mencari kalung berinisial F itu di seluruh penjuru kamar. Berharap segera ketemu.

Semua tempat sudah mereka cari, tinggal lemari saja yang belum. Akhirnya, Nisa meraba lemarinya bagian atas. Tapi ia merasa ada sesuatu yang ia injak tanpa sengaja. Nisa melihat ke kakinya dan menemukan kalung Fina.

"Fin. Liat deh!"

"Ya Allah syukur Alhamdulillah. Akhirnya ketemu. Makasih Nis."

"Sama-sama."

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang