[8] Flashback

1.4K 76 5
                                    

Aban mengemasi pakaiannya. Ia begitu semangat hari ini. Aban begitu rindu dengan Abah dan umi nya.

Aban juga merindukan suara tangisan bayi dirumahnya. Pada intinya ia rindu keluarganya.

Tok tok tok..

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"

"Ban, kamu ditunggu abahmu didekat pos satpam." Ujar ustadz Muklis.

"Na'am ustadz. Syukron katsiira."

"Afwan, kalau gitu ustadz lanjut jalan lagi. Assalamualaikum." Pamit ustadz Muklis.

"Waalaikumsalam."

"Ada apa ban?" Tanya Hafidz tiba-tiba.

"Astaghfirullah, kakak tu ngagetin tau nggak." Ucap Aban.

"Afwan, gitu ae marah."

"Hhhh, tadi ustadz Muklis dateng, katanya ana udah dijemput abah." Jelas Aban.

"Buruan gih, samperin sana!" Suruh Hafidz.

"Iya, Azmi mana?"

"Biasa, lagi bertapa dia."

"Owalah di toilet?"

"Iya, udah sana! Kasian abahmu."

"Ok, aku duluan kak, tolong bilang sama Azmi kalau aku duluan. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam. Besok jangan lupa!" Teriak Hafidz.

"Na'am."

Aban berjalan sambil membawa kopernya. Sesekali ia melirik setiap sudut ponpes.

Matanya sendu, ia tak menyangka 3 tahun sudah ia ada disini. Tiba-tiba memori 3 tahun lalu teringat di otaknya. Dimana untuk pertama kalinya ia merasa ponpes ada penjara.

Flashback on

"Apa bah? Mondok? Nggak salah Abah masukin Aban di pondok?" Tanya Aban

"Loh memangnya kenapa? Justru dengan masuknya kamu di pondok, kamu bisa berubah. Nggak ngerokok dan suka mabuk lagi. Disana kamu juga akan belajar agama. Dimana agama yang akan mengatur kamu nanti. Bukan Abah. Abah yakin, kamu bisa berubah jadi orang yang lebih baik lagi." Jelas Abah Umar.

"Tapi bah, mondok itu nggak enak. Nanti disuruh menghafalkan Al Qur'an, shalat tepat waktu, ngaji. Aban nggak mau bah, Aban nggak akan bisa."

"Belum dicoba kok udah bilang nggak bisa. Pokoknya besok kita ke Nurul Qadim, kita daftar disana!"

"Umik, Aban nggak mau umi, bilangin ke Abah mik!" Rengek Aban.

"Nak, apa yang dibilang Abah itu benar. Umi pengen kamu jadi anak yang baik, nggak kaya sekarang. Aban yang sekarang bukan Aban yang umi pengen. Umi yakin kok, disana kamu jadi orang yang baik. Insyaallah." Ujar umi.

"Udah, sekarang kamu tidur, besok kita ke pondok!" Suruh Abah Umar.

Pagi tiba. Abah Umar pergi dengan Aban berniat mendaftarkan Aban di Nurul Qadim.

Selama perjalanan, Aban hanya mengomel terus. Abah sampai pusing dengan ocehan Aban. Tapi tekad Abah kuat. Jadi ia tak peduli dengan ucapan Aban.

"Assalamualaikum pak, saya mau mendaftarkan anak saya ini." Ucap Abah Umar pada ustadz Ali.

"Waalaikumsalam, silahkan duduk dulu pak, nanti giliran bapak, akan saya panggil." Jelas ustadz Ali.

"Baik pak, terimakasih."

Menunggu membuat Aban bosan. Ia benar-benar kesal dengan Abahnya itu.

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang