[2] Azmi Pindah??

2.9K 101 1
                                    

Suara gaduh terdengar dari kamar salah satu santriwati. Entah apa yang diributkan, yang jelas mereka sedang mencari sesuatu.

"Enggak, kemaren aku ingat banget, bros itu ada dimeja deket tasku." Ucap Fina.

"Tapi kalo emang bros itu ada dimeja, harusnya sekarang juga ada dimeja." Sahut Adel.

"Iya, nggak mungkin hilang. Coba kita cari lagi aja." Saran Nisa.

"Apa ada yang ngambil ya? Tapi nggak mungkin lah, itu kan cuma bros murahan." Jawab Fina.

"Gimana kalo kita lapor ustadzah Rumi aja, siapa tau ada jalan keluar." Kata Adel.

"Yodah yukk." Ucap Fina.

Sepanjang perjalanan, trio A terus mengoceh. Mereka terus membicarakan bros itu. Hingga seseorang datang mengagetkan mereka.

"Woyyy."

"Eh kucing makan paket tangan." Ucap Adel.

"Ada kak Rijal. Assalamualaikum kak." Sahut Nisa.

"Waalaikumsalam. Emang kucing makan paket tangan ya?" Tanya kak Rijal.

"Yeee, kak Rijal ngagetin aja. Untung jantung Adel masih nempel disini." Ucap Adel sambil menunjuk dadanya.

"Kalian mau kemana sih? Kayaknya buru-buru banget??"

"Mau cari ustadzah Rumi kak." Jawab Fina

"Oh, ustadzah ada di dapur keknya. Biasanya kan disitu."

"Ok kak, kita permisi dulu ya, makasih infonya." Pamit Nisa.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Trio A pergi menuju dapur. Mereka ingin segera memberi tahu masalah ini.

💚💚💚

Hari ke 4 ujian akhir semester sudah terlaksana. Para santri keluar dari ruangan dengan wajah sumringah. Bagaimana tidak? Rupanya soal ujian yang mereka dapat begitu mudah untuk dijawab.

Lain halnya dengan Aban, ia justru terlihat murung. Bahkan matanya sudah tak sanggup menahan air matanya. Ia sedih. Bukan karena soal ujian

Tapi karena Azmi. Entah mengapa ia begitu memikirkan sahabatnya itu. Ia sedih karena Azmi tak ikut ujian hari ini. Tapi kata ustadz Musa, Azmi akan ikut ujian susulan pekan depan.

Namun tetap saja Aban sedih. Karena kesedihannya itu, ia tak sadar ada sosok yang memperhatikan dia dari tadi. Tapi sekarang sosok itu mendekat ke Aban dan menepuk pundak Aban.

"Assalamualaikum ban, kamu kenapa nangis?" Tanya Hafidz.

"Waalaikumsalam kak, Azmi kak, dia nggak ikut ujian."

"Tapi ada susulan kan?"

"Iya ada, kata ustadz Musa, Azmi susulan minggu depan."

"Syukurlah, ya sudah, sekarang kita latihan yuk. Dah lama kan kita nggak latihan?"

"Ok kak."

Hafidz dan Aban menyusui lorong pondok dengan langkah pelan. Mereka berniat akan latihan vokal bersama. Hafidz mencoba menenangkan Aban dengan terus mengajaknya berbicara.

Saking serunya bicara, mereka tak sadar, kalo mereka sudah melewati ruang latihan. Tapi ada seseorang yang memanggil mereka.

"Hafidz, Aban!"

"Ehh, assalamualaikum ustadz Muklis." Ucap Hafidz

"Waalaikumsalam. Sini sebentar!"

"Ada apa ustadz?" Tanya Aban

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang