[31] Selamat!

826 45 5
                                    

Sore tiba. Acara perlombaan berlangsung seperti yang diharapkan. Walaupun ada sedikit kendala ketika hujan tadi, tapi tidak menyurutkan semangat semua orang.

Kini banyak peserta lomba yang mulai meninggalkan Nurul Qadim. Seperti Tino contohnya. Ia bersiap untuk segera kembali ke pondoknya.

"Assalamualaikum Tino!"

Tino pun menengok ke belakang dan melihat siapa yang mengucapkan salam kepadanya.

"Waalaikumsalam, eh ada Fina."

"Hehe. Gimana pertandingan tadi? Lancar kan?" Tanyanya.

"Alhamdulillah, iya Fin."

"Dengar-dengar, kamu dapet juara ya?"

"Alhamdulillah iya, ya walaupun cuma bisa dapet juara 2."

"Eh ga boleh gitu, harus bersyukur dong. Mau juara 1 kek, juara 2, juara 3, atau juara ke berapa pun juga tetep aja namanya juara. Juara ga bisa diukur dari angkanya. Apapun itu, harus tetep bersyukur, inget, masih banyak orang yang pengen kayak kamu, bisa dapet juara 2. Dan ga semua orang bisa seberuntung kamu. Makanya banyakin bersyukur." Jelas Fina.

"Iya Bu ustadzah. Terimakasih atas pencerahannya."

"Apa sih no. Aku bukan ibu-ibu."

"Kan ibu dari anak-anakku nanti."

"Apaan sih ga jelas."

"Iya-iya maaf. Bercanda tadi."

"Bercandanya kelewatan."

"Haha, iya maaf."

Tino tersenyum tipis mendengar penjelasan Fina tadi.

"Sekarang kamu beda ya Fin." Ujar Tino tiba-tiba.

"Beda? Beda apanya?"

"Sekarang kamu jadi lebih tau tentang agama. Jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Aku bangga sama kamu."

Fina tersenyum dan menunduk seraya berkata, "Semua orang pasti berubah no. Entah cepat atau lambat, entah menjadi lebih baik, atau malah sebaliknya, entahlah."

"Iya kamu bener."

"Oh iya, kedatangan aku kesini karena aku pengen ngucapin sesuatu buat kamu."

"Maksudnya?"

"Selamat kamu udah dapet juara 2."

"Oalah, kirain apa. Iya-iya makasih ya."

"Sama-sama."

"Kalo gitu, aku balik dulu ya. Salam buat semua temen-temen kamu dan Azmi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya no! Sering-sering mampir sini!"

"Iyaa."

Fina melihat punggung Tino mulai menghilang dari pandangannya. Hatinya kembali berdesir ketika berbicara dengan orang yang ia sayang dulu. Ia sendiri bingung kenapa perasaannya jadi seperti ini. Ah, Fina masih terlalu kecil untuk memahami semua ini.

💚💚💚

Aban duduk bersantai dengan Azmi di masjid ditemani teh dan biskuit. Mereka ingin melepas penat akibat perlombaan tadi.

Angin sepoi-sepoi membuat mereka semakin hanyut dalam pikiran masing-masing.

Tak sengaja, Aban menangkap dua orang sedang berbincang. Ia memicingkan kedua matanya, berharap dapat melihat dengan jelas siapa orang itu.

Dan.

"Hah astaghfirullah." Aban sedikit teriak karena saking terkejutnya ia melihat orang itu. Sampai-sampai Azmi terbangun dari lamunannya.

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang