[27] Menjauh

725 40 0
                                    

💚💚💚

30 menit sudah mereka berempat di pasar. Rupanya mereka sudah selesai berbelanja. Mereka pun segera menuju tempat yang disetujui untuk berkumpul dan segera balik ke pondok sebelum hujan turun.

Mereka berjalan ke arah halte dan menunggu angkot datang. Aneh ya biasanya halte digunakan untuk menunggu bis, tapi ini malah untuk menunggu angkot. Haha. Aneh tapi nyata.

Akhirnya hujan turun dengan deras disertai petir. Awan mendung dan langit begitu gelap seakan magrib akan segera datang.

Angkot yang ditunggu tak kunjung datang dan angin mulai menusuk pakaian yang mereka pakai.

"Nis kamu kedinginan?" Tanya Hafidz.

"E-enggak kok kak Hafidz."

"Tapi kamu menggigil. Nih kamu pake jaket aku aja. Biar kamu ga dingin." Ujar Hafidz sembari memberikan jaketnya untuk Nisa.

"Ga perlu kak. Ga usah. Aku gapapa kok." Tolak Nisa halus.

"Gapapa gimana. Udah ini pake! Aku gamau menerima tolakan dari kamu!"

"Iya deh. Makasih kak!"

"Ini gimana ya. Hujan belum berhenti, Nisa sakit, angkot ga dateng dateng, belum shalat Zuhur lagi." Gerutu Fina.

"Iya nih. Lama banget angkotnya. Biasanya angkotnya dateng jam berapa sih?" Tanya Hafidz.

"Biasanya jam segini kak. Ini gatau kenapa sampe sekarang kok belum dateng." Sahut Adel.

Tiba-tiba...

"Kak, mau beli jas hujannya ga kak?" Tanya seorang gadis kecil dengan membawa beberapa jas hujan berwarna-warni ditangannya yang membuyarkan lamunan Nisa.

"Boleh dek, satunya berapa?" Tanya Nisa dengan senyumnya.

"Satu 3 ribu kak." Jawab gadis itu.

"Kalo gitu kakak beli 4 ya dek!"

"Iya kak. Nih!"

"Nih uangnya!" Kata Nisa dengan beberapa lembar uang ditangannya.

"Aduh maaf kak, aku ga punya kembalian. Gimana dong?" Tanyanya polos.

"Kembaliannya adek simpan aja. Atau kalo enggak buat jajan aja gapapa." Ujar Nisa.

"Wah yang bener kak?"

"Iya."

"Asikkk. Alhamdulillah ya Allah. Terimakasih kakak cantik. Semoga kakak dapet jodoh yang ganteng kayak kakak Azmi ya kak!"

"Kakak Azmi siapa dek?" Sahut Hafidz.

"Ih masa kakak pada gatau. Padahal kak Azmi itu terkenal banget. Itu loh vokalisnya Syubbannul Muslimin. Eh sebentar. Kakak ini.." ucap gadis itu memandangi wajah Hafidz intens.

"Kakak ini kak Hafidz ya? Temennya kak Azmi! Sama-sama vokalis syubband juga kan kak?" Tanyanya antusias.

"Iya. Kok adek tau?" Tanya Hafidz.

"Kan aku penggemar berat kak Azmi. Ya pasti tau lah. Kan kak Hafidz itu juga temannya kak Azmi kan. Sama yang satunya lagi itu namanya siapa. Aduh lupa. Aaaaaa-"

"Aban dek. Hahaha." Jawab Fina.

"Nah iya. Kak Aban. Kak Aban juga vokalis syubband juga kan. Aku tau."

"Berarti adek suka shalawatan juga dong." Tebak Nisa.

"Iya kak. Pasti itu. Kata bapak, kalo kita shalawatan kepada nabi Muhammad, suatu saat nanti kita akan mendapat syafaatnya. Insyaallah." Kata gadis itu.

"Wah MasyaAllah. Teruskan ya dek. Jangan lupa shalawatan tiap hari. Oke?!!" Sahut Nisa.

"Oke kak!" Jawab si gadis.

"Tos dulu dong kita!" Ajak Fina.

Gadis itu bertos ria dengan trio A dan kak Hafidz. Setelah itu, ia berpamitan pergi untuk menjajakan kembali jas hujan yang ia jual tersebut.

Setelah kepergian gadis itu, mereka berempat kembali memikirkan cara supaya bisa kembali dengan selamat ke pondok.

Hingga pada akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali dengan berjalan kaki sembari menggunakan jas hujan yang mereka beli tadi.

💚💚💚

Setelah shalat Zuhur, hujan turun. Azmi dan Aban memutuskan untuk menunggu hujan reda di masjid.

Sembari menunggu, Azmi mengambil Al-Qur'an dan membacanya. Surah Ar-Rahman. Surah Ar-Rahman menjadi pilihannya ketika ia membaca Al-Qur'an. Entahlah, ia sangat mencintai surah itu. Saking cintanya, Azmi mempunyai cita-cita bahwa suatu saat ketika ia menikah, ia ingin membaca surah Ar-Rahman sebagai mahar yang akan ia berikan kepada calon istrinya kelak.

Sedangkan Aban menunggu hujan reda dengan secangkir teh hangat yang disediakan masjid. Sambil melihat ciptaan Allah yang sangat luar biasa.

Tak lama, seorang akhwat datang ke masjid membawa payung dengan nampan berisi teh dan beberapa cemilan.

"Ban. Azmi mana?" Tanyanya.

"Waalaikumsalam." Jawab Aban.

"Assalamualaikum ban. Azmi mana." Ralat akhwat itu.

"Tuh didalem masjid. Cari aja sendiri!" Suruh Aban.

Akhwat itu pun masuk ke masjid dan..

"AZMIIIIIIIII!" Teriak akhwat itu yang membuat Azmi berhenti membaca Al-Qur'an.

"Eh lagi baca Al-Qur'an ya. Yah ga bisa berduaan dong." Kesalnya.

Azmi memilih menyudahi bacaannya.

"Mau apa?" Tanya Azmi ketus.

"Hehe. Aku kesini karena aku bawain teh buat kamu! Kan mumpung hujan nih, jadi enak kalo sambil minum teh. Aku juga bawain kamu cemilan kok. Pasti enak."

"Diluar aja ya." Pinta Azmi.

"Oke."

Diluar masjid.

"Nih tehnya. Diminum gih!"

"Iya." Dengan segala keterpaksaan, Azmi meminum teh yang dibawakan Safira sebagai penghargaan karena udah repot-repot buat ini terus dibawain ke masjid.

"Gimana? Enak?" Tanya Safira.

"Enak kok enak banget malah!"

"Padahal aslinya pahit banget. Tapi karena aku gamau nyakitin perasaan dia, jadi ya udah deh iyain aja. Kasian kalo ngomongin yang sebenernya. Ga tega." Batin Azmi.

"Yeayyy! Akhirnya. Eh ini cemilannya juga dimakan dong. Jangan diliatin aja. Diliatin ga akan ngebuat kamu kenyang." Suruh Safira.

"Iya nanti ya. Aku makan kok."

"Ga boleh nanti! Makan sekarang atau aku suapin!!!!" Ancam Safira.

"Eh iya iya. Aku makan sekarang kok. Tapi Aban juga boleh makan ya. Kasian dia udah ga makan sebulan. Liat tuh badannya kurus kering gitu."

"Enak aja bilang ga makan sebulan!" Aban menoyor kepala Azmi pelan.

"Aduh. Iya iya maap." Ujar Azmi.

"Ya udah Aban boleh ikut makan. Tapi kamu juga harus makan!" Suruh Safira.

"Kalo Azmi udah baik gini sama aku. Berarti dia lagi ada masalah sama Nisa. Yesss! Akhirnya Nisa sama Azmi jauhan. Sekarang giliran aku yang deketin Azmi. Haha." Batin Safira.



@almazhrr
Klaten, 7 Maret 2020

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang