[19] Together we can!

839 67 5
                                    

Setelah sarapan bersama, para santri pulang ke kandang masing-masing. Kamar mereka maksut author.

Mereka kini disibukkan dengan rutinitas mereka di hari minggu ini. Mulai dari bersih-bersih kamar, bersih-bersih diri sendiri, ada yang nyuci baju, makan, mainan hp, bahkan ada juga yang memilih rebahan dikamar :v

Begitu juga dengan Aban, ia tengah disibukkan dengan beberapa pakaiannya.

Tok tok tok...

"Assalamu'alaikum!!"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Eh ustadz Muklis. Ada apa ustadz, pagi-pagi udah kesini?" Tanya Aban.

"Gini, Ustadz mau kasih tau tentang SM, tapi kita semua harus kumpul dulu di ruang latihan."

"Jam berapa ustadz?"

"Kumpulnya nanti jam 10 pagi. Jangan lupa nanti ajak Hafidz sama Azmi juga ya."

"Iya, na'am ustadz."

"Kalau gitu, ustadz pergi dulu ya, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Kira-kira member Syubbanul Muslimin disuruh kumpul buat apa ya? Ah bodo ah, ngapain mikir gituan, nanti juga bakalan tau." Batin Aban dan melanjutkan kegiatannya merapikan baju.

"Tadi yang ketok pintu terus ucap salam kenceng banget siapa ban?" Tanya Azmi yang habis mandi.

"Oh tadi, ustadz Muklis."

"Ustadz Muklis? Ngapain?"

"Kasih tau kita, kalo nanti jam 10 harus kumpul di ruang latihan SM."

"Oh. Kenapa harus kumpul? Ga biasanya," Tanya Azmi.

"Kamu tanya aku, aku tanya siapa?"

"Temboklah. Kan yang paling deket sama Aban saat ini tembok. Ya tanya aja sama tembok. Gimana si?"

"Bodo lah."

"Dih."

"Ini pada kenapa si?" Tanya Hafidz tiba-tiba.

"Ada syukuran kak. Aku sama Nisa jadian."

"What? Serius?"

"Iya." Jawab Azmi dengan entengnya.

"Aku aduin sama pak kyai." Ancam Hafidz lalu bergegas pergi.

"Eh eh kak Hafidz mau kemana?" Tanya Aban menarik tangan Hafidz.

"Mau ketemu pak kyai lah."

"Allahuakbar kak Hafidz yang paling ganteng dan suaranya paling bagus ini, Azmi tuh cuman mau ngeprank kakak. Azmi bercanda, ya ga mungkinlah Azmi berani macam-macam, apalagi sampe jadian sama anak ustadz Muklis, terus melanggar aturan di ponpes. Ya ga mi?" Jelas Aban.

"Hehe. Iya kak. Aku tuh cuma bercanda. Lagian kak Hafidz ini, becandaan dianggep serius, giliran serius malah dibecandain."

"Tapi masalah ini bukan becandaan Azmi!!" Tegas Hafidz.

Deg!

Azmi jadi teringat sesuatu. Ya, Azmi ingat bahwa Hafidz menyukai Nisa. Pantesan saja tadi dia sangat kaget ketika Azmi mengatakan bahwa ia dan Nisa jadian, dan pantesan Kak Hafidz mendadak jadi galak gini.

"Ya, ya udah, maafin Azmi kak. Sekarang Azmi tau."

Hafidz menarik nafas panjang dan..

"Duarrr. Selamat kalian kena prank juga. Bwahaahhaja." Tawa Hafidz sangat keras kali ini.

"Woyyy yang didalam, jangan berisik dong. Kalau ketawa jangan keras-keras." Tegur seseorang dari luar pintu kamar mereka.

"Iya maap!" Teriak Azmi kepada si orang yang keganggu tadi.

"Maksutnya apa nih prank segala?" Tanya Aban.

"Iyalah. Kalian kena prank. Wkkwkw. Muka Azmi tuh lucu banget pas aku marahin tadi. Serius. Kali ini lucu banget. Hadeuh."

"Gimana sih kak?" Tanya Aban sekian kalinya.

"Jadi gini, sebenernya aku udah tau kalau Azmi tadi bercanda, tapi kan aku juga pengen becandain kalian. Ya udah deh, tadi aku pura-pura marah ke Azmi dan mau ngaduin ke pak kyai, padahal mah cuma becanda."

"Oh jadi aku dibecandain balik ini?"

"Ya iyalah. Kalian pikir kalian doang yang bisa bercanda? Aku juga bisa kali."

"Iyain deh."

"Terus tadi pada ribut-ribut pada bahas apa?" Tanya Hafidz.

"Itu kak, kita disuruh kumpul sama SM ntar jam 10." Jawab Azmi.

"Oh ya. Makasih."

"Y." Jawab Aban dan Azmi.

💚💚💚

Duo A tengah bersantai menikmati waktu luang di hari Minggu ini. Yap mereka lagi bersandar didinding kamar sambil memainkan benda pipih berbentuk persegi panjang.

"Nis, Del! Tolong bantuin aku dong!"

"Ga ah. Males!" Jawab Adel.

"Ih kok gitu sih Del? Jahat!"

"Bantuin apa Fin?" Tanya Nisa.

"Bantuin jemur pakaian hehe. Lagi banyak banget soalnya." Jawab Fina.

"Pasti dari seminggu lalu kan gak kamu cuci? Makanya jadi banyak banget! Tuman!!" Ujar Adel.

"Sok tau kamu Del. Eh bener deng. Hehe. Ya maap. Abisnya mager sih. Kan kalian tau juga, tugas dari ustadz Ali akhir-akhir ini banyak buangett. Jadi ga sempet nyuci."

"Ya udah kalau emang gitu, yuk aku bantuin." Kata Nisa.

"Wihhh, serius Nis? Ya udah yuk. Si Adel mah biarin aja dia disini sendiri. Ntar ada yang gangguin tau rasa. Hahahaha." Ucap Fina.

"Ehhhh. Iya iya aku bantuin kamu Fin, daripada disini sendirian. Gamau ah." Adel langsung lari keluar menyusul Nisa sama Fina.

"Huuuu dasar penakut!" Ejek Fina.

"Bodo."

Akhirnya, dengan keterpaksaan hati, Adel mau membantu Fina menjemur pakaiannya. Karena yang menjemur bertiga, pekerjaan Fina pun cepat selesai.

Dengan ini, kita bisa belajar bahwa, seberat apapun pekerjaan, akan lebih ringan bila tidak dikerjakan.

Ga kok. Cuma bercanda. Hehe ✌️😂

Yang bener, seberat apapun pekerjaan, akan lebih ringan jika dikerjakan bersama-sama. Apalagi dengan hati yang ikhlas.


Nih buat tadi yang nagih suruh update. Segitu dulu ya. Next lebih panjang. Insyaallah.

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang